Selasa, 18 Mei 2010

Tradisi Cheng Beng

Setiap tanggal 4 atau 5 April, menurut tradisi Tionghoa,
adalah hari Cheng Beng (Mandarin: Qingming). Di mana menurut
tradisi Tionghoa, orang akan beramai-ramai pergi ke tempat
pemakaman orang tua atau para leluhurnya untuk melakukan upacara
penghormatan. Biasanya upacara penghormatan ini dilakukan dengan
berbagai jenis, misalnya saja membersihkan kuburan, menebarkan
kertas sampai dengan membakar kertas yang sering dikenal dengan
Gincua (mandarin: Yinzhi=kertas perak).

Cheng beng adalah salah satu dari 24 Jieqi yang ditentukan
berdasarkan posisi bumi terhadap matahari. Pada Kalender Gregorian
AWAL (bukan akhir!) Cheng beng jatuh pada tanggal 5 April atau 4
April. Bila kita artikan kata Cheng beng, maka Cheng berarti cerah
dan Beng artinya terang sehingga bila digabungkan maka Chengbeng
berarti terang dan cerah.
Hari Qingming berkaitan dengan 2 hal yaitu Hanshi jie dan jieqi.

Saat Chengbeng ideal untuk berziarah dan membersihkan makam
karena cuaca yang bagus (cuaca cerah, langit terang). Apalagi pada
jaman dahulu lokasi pemakaman cukup jauh dari tempat
pemukiman.
Bahkan bila ada orang yang tinggal jauh dari kampung halamannya,
mereka akan berusaha untuk pulang ke kampung halamannya, khusus
untuk melakukan upacara penghormatan para luluhur.

Sejarah Cheng Beng

Sejarah Cheng beng dimulai sejak dulu kala dan sulit dilacak kapan
dimulainya. Pada dinasti Zhou, awalnya tradisi ini merupakan suatu
upacara yang berhubungan dengan musim dan pertanian
serta pertanda berakhirnya hawa dingin (bukan cuaca)
dan dimulainya hawa panas. Ada sebuah syair yang
menggambarkan bagaimana cheng beng itu yaitu: "Sehari
sebelum cheng beng tidak ada api" atau yang sering
disebut Hanshijie (han: dingin, shi: makanan, jie:perayaan/festival).

Hanshijie adalah hari untuk memperingati Jie Zitui yang tewas
terbakar di gunung Mianshan. Jin Wengong (raja muda negara Jin pada
periode Chunqiu akhir dinasti Zhou) memerintahkan rakyat untuk tidak
menyalakan api pada hari tewasnya Jie Zitui. Semua makanan dimakan
dalam kondisi dingin, sehingga disebut perayaan makanan
dingin. Jin Wengong untuk mengenangnya sebagai sahabat, ia
mengenakan sepatu kayu atau yang kita kenal dengan sebutan bakiak.
Sepatu kayu ini berkaitan dengan bunyi ketika dipakai, yaitu bunyi
peng yang artinya adalah sahabat.

Pada masa dinasti Zhou, kebiasaan tidak menyalakan api pada hari
Hanshi sudah ada.
Kisah Jie Zitui dikaitkan dengan perayaan Hanshi dimulai pada masa
dinasti Han.

Chengbeng lebih tepat jika dikatakan terjadi pada tengah
musim semi. Pertengahan musim semi (Chunfen) sendiri
jatuh pada tanggal 21 Maret, sedangkan awal musim
panas (Lixia) jatuh pada tanggal 6 Mei.
Sejak jaman dahulu hari cheng beng ini adalah hari untuk
menghormati leluhur. Pada dinasti Tang, hari cheng beng
ditetapkan sebagai hari wajib untuk para pejabat untuk
menghormati para leluhur yang telah meninggal, dengan
mengimplementasikannya berupa membersihkan kuburan
para leluhur, sembahyang dan lain-lain.
Pada masa pemerintahan Tang Xuanzhong, hari raya Qingming menjadi
libur nasional.
Pada hari itu, para pejabat, karyawan mendapat cuti untuk berjalan-
jalan, kembali ke kampung halaman untuk membersihkan kuburan.

Di dinasti Tang ini, implementasi hari cheng beng hampir
sama dengan kegiatan sekarang, misalnya seperti membakar uang-
uangan, menggantung lembaran kertas pada pohon Liu, sembayang dan
membersihkan kuburan.
Yang hilang adalah menggantung lembaran kertas, yang sebagai
gantinya lembaran kertas itu ditaruh di atas kuburan. Kebiasaan
lainnya adalah bermain layang-layang,makan telur, melukis telur dan
mengukir kulit telur.

Hari raya Qingming juga merupakan hari dimana para petani siap
bercocok tanam, dan konon daun teh dipetik pada hari sebelum
Qingming adalah daun teh yang terbaik.

Permainan layang-layang dilakukan pada saat Chengbeng karena selain
cuaca yang cerah dan langit yang terang, kondisi angin sangat ideal
untuk bermain layang-layang.
Pada jaman dahulu, layang-layang itu memiliki fungsi lain yaitu
dituliskan uneg-uneg atau hal-hal yang menyedihkan dan diterbangkan
ke langit.
Kegiatan seperti ini sebenarnya dilaksanakan pada festivali Shangsi
tapi dengan cara yang berbeda yaitu dengan mandi.
Festival ini sekarang sudah jarang dilakukan secara umum dan meluas.

Sedangkan pohon Liu dihubungkan dengan Jie Zitui,
karena Jie Zitui tewas terbakar di bawah pohon liu.
Pada dinasti Song (960-1279) dimulai kebiasaan
menggantungkan gambar burung walet yang terbuat
tepung dan buah pohon liu di depan pintu. Gambar ini
disebut burung walet Zitui.

Kebiasaan orang-orang Tionghoa yang menaruh untaian
kertas panjang di kuburan dan menaruh kertas di atas
batu nisan itu dimulai sejak dinasti Ming.
Menurut cerita rakyat yang beredar, kebiasaan seperti
itu atas suruhan Zhu Yuanzhang, kaisar pendiri dinasti
Ming, untuk mencari kuburan ayahnya. Dikarenakan tidak
tahu letaknya, ia menyuruh seluruh rakyat untuk menaruh
kertas di batu nisan leluhurnya. Rakyatpun mematuhi
perintah tersebut, lalu ia mencari kuburan ayahnya yang
batu nisannya tidak ada kertas dan ia menemukannya.

Kenapa pada hari cheng beng itu harus membersihkan
kuburan?

Itu berkaitan dengan tumbuhnya semak belukar yang
dikawatirkan akar-akarnya akan merusak tanah kuburan
tersebut. Juga binatang-binatang akan bersarang di semak
tersebut sehingga dapat merusak kuburan itu juga.
Dikarenakan saat itu cuaca mulai menghangat, maka hari
itu dianggap hari yang cocok untuk membersihkan kuburan.
Dan keluarga bisa berkumpul bersama-sama pada hari Qingming dan
bermain
setelah membersihkan kuburan. Pada masa dinasti Song, permainan
tarik tambang, lomba perahu merebut bola kain, sepak bola,
pertunjukan boneka di atas air dan banyak hiburan lainnya dilakukan.
Para gadis juga bisa bebas bermain keluar pada hari sebelum dan
sesudah perayaan perayaan Qingming.

Selain cerita di atas, ada pula tradisi dimana jika orang
yang merantau itu ketika pulang pada saat cheng beng,
orang itu akan mengambil tanah tempat lahirnya dan
menaruh di kantong merah. Ketika orang tersebut tiba lagi
di tanah tempat ia merantau, ia akan menorehkan tanah
tersebut ke alas kakinya sebagai perlambang bahwa ia
tetap menginjak tanah leluhurnya.

Bagi mereka yang merantau, hari Qingming ini adalah hari untuk
kembali ke kampung halamannya dan kebiasaan ini ditetapkan sebagai
hari libur kenegaraan pada masa dinasti Tang untuk mereka yang
merantau bisa ada waktu untuk kembali ke kampung halamannya.
Sebenarnya perayaan orang Tionghoa banyak yang berkaitan dengan
jieqi atau penanggalan yang dikaitkan dengan sistem kalender
matahari. Sebagai contoh adalah Dongzhi, Qingming, Duan Wu adalah
festival yang berkaitan dengan jie qi.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

thank infonya ya gan

Posting Komentar