Anda tentu merasa heran dengan judul di atas, "Dewa Ikan Asin". Itu adalah sindiran yang dipakai masyarakat China untuk menertawakan orang-orang yang mendewakan atau memercayai sesuatu yang sebenarnya tidak ada dan tidak dimengerti. Ungkapan ini dalam bahasa aslinya disebut "bao jun shen."
Ceritanya, entah berapa ratus tahun yang lalu, seorang pemburu berhasil menangkap seekor rusa kecil yang hidup di tepi Sungai Jun. Namun ia tidak segera membawa rusa itu pulang. Rusa itu ia ikatkan pada sebatang pohon di tepi jalan kecil yang hampir tidak pernah dilalui orang. Ia pun kembali berburu.
Tak lama kemudian, serombongan pedagang melintas di situ. Salah seorang dari mereka yang melihat rusa itu, berhenti dan melepaskannya, lalu membawanya serta dalam rombongan. Sebagai gantinya, di tempat yang sama, orang itu meletakkan seekor ikan asin. Ketika sang pemburu kembali, ia kaget melihat rusa kecilnya hilang. Hanya ada seekor ikan asin tergeletak di tempat ia mengikat rusa tangkapannya. Padahal setahunya, jalan ini belum pernah dilewati orang asing sebelumnya. Tetapi rusa kecilnya telah lenyap begitu saja dan berubah menjadi ikan asin. "Tidak salah lagi, pasti rusa itu jelmaan seorang dewa yang sakti," guman batin sang pemburu.
Kejadian aneh itu pun segera tersebar luas. Tidak lama kemudian, beberapa orang datang ke tempat itu untuk meminta kesembuhan, rezeki atau supaya menang lotere. Karena banyak permintaan mereka yang terkabul, masyarakat pun berbondong-bondong datang ke sekitar desa itu untuk berziarah. Akhirnya, sebuah kuil yang cukup besar pun didirikan utnuk menyembah di dewa ikan asin: "bao jun shen". Tetabuhan musik terus menerus terdengar mengiringi mereka yang sedang memanjatkan doa.
Beberapa tahun kemudian, si penukar rusa dengan ikan asin kembali melewati tempat terebut. Ia begitu tertarik dengan keramaian kuil dan bertanya apa yang sedang dilakukan orang-orang yang ada di dalam. Setelah bertanya dan mengetahui sejarah berdirinya kuil, ia tertawa terbahak-bahak.
"Dewa macam apa? Sayalah yang meletakkan ikan asin di tempat itu," katanya. Ia lalu naik ke altar dan mengambil ikan asin yang telah didewakan itu, dan pergi begitu saja.
Setelah kejadian itu istilah dewa ikan asin dipakai untuk menertawakan seseorang yang mendewakan sesuatu yang sebetulnya tidak perlu.
Tak berbeda dengan cerita di atas, orang pun sering medewakan feng shui. Bahkan sejak dulu masyarakat China meyakini feng shui dapat membuat orang menjadi kaya raya dan panjang usia. Karena segala sesuatu yang terbaik hanya untuk raja, maka ilmu "sakti" feng shui yang dapat membuat hidup seseorang beruntung, menjadi eksklusif. Ilmu ini tidak boleh beredar di masyarakat jelata selain raja. Ini membuat banyak orang penasaran. Mereka ingin menggunakan feng shui supaya hidup mereka beruntung seperti raja.
Sayangnya mereka yang menguasai feng shui dengan baik, sangatlah sedikit. Di sisi lain, sekelompok orang yang mengamati fenomena itu,melihatnya sebagai sebuah peluang. Mereka memanfaaatkan keinginan masyarakat untuk cepat kaya dan selalu beruntung dengan mengemukakan berbagai macam teori feng shui yang sebenarnya tidak memiliki dasar yang kuat. Di antaranya, ketika tidur kaki harus selalu menghadap ke timur. Alasannya, agar kaki terjemur sinar matahari sehingga selalu sehat. Kilah yang tidak masuk akal. Namun kenyataannya, justru produk-produk dewa ikan asin seperti itu yang mengendap di masyarakat awam.
Bagaimana pendapat Anda?
0 komentar:
Posting Komentar