Selasa, 18 Mei 2010

BUKU MEMOAR PROF. DR. HAN HWIE SONG .

EFERENSI BUKU MEMOAR PROF. DR. HAN HWIE SONG .

Dari pecinan Surabaya Hingga mendapatkan Bintang Ridder In De Orde Van Oranje Nassau.
Penulis : Prof. DR. Han Hwie Song.
Penyunting : Benny G. Setiono, Lisa Suroso
Penerbit : Pustaka Sutra.

DR. Han Hwie Siong lahir Di Surabaya Pada 21 Desember 1931. Anak ke 2 dari 9 bersaudara. Ayahnya bernama Han Hien liong dan Ibunya bernama Tan Hian Nio.

DR Han bertemu dengan kami di sebuah gathering pada Minggu tg 07 Maret 2010 di Restoran Galangan – VOC , acara tsb sekaligus juga adalah peluncuran Buku Memoarnya yang dilaksanakan secara sederhana namun cukup sukses , acara tersebut sungguh amat mendadak dan tak diduga duga sebelumnya, beliau meceritakan Kehidupannya dimasa lampau pada era jaman Sebelum kemerdekaan sampai Orde Baru. Beliau menceritakan Masa kecil beliau di Surabaya, dan juga bercerita mengenai Surabaya pada tempo dulu.

Ketika bertemu pada acara tesebut sempat ada yang bertanya kepada Beliau "Om Han Apa Rahasia Om Han berhasil menjadi seorang yang hebat" begitulah biasa beliau dipanggil . Dan beliau menjawab dengan santai dan tersenyum yang bersahaja, dari senyumnya kita melihat seorang yang rendah hati dan sama sekali tidak ada kesan menganggap rendah pada lawan bicaranya yang jauh lebih muda, tapi beliau lebih menganggap seperti kawan atau sahabatnya sendiri dan menjawab" Om berhasil itu karena mau mendengar Nasihat Orang tua, Terutama ibu saya sendiri, Om kasih tau kamu, Banyak mendengar nasihat dari Orang Tua dan nasihat dari orang yang menginginkan kamu maju".

Lalu Ia menceritakan alasan mengapa beliau menulis Buku " Memoar Prof. DR HAn Hwie Song, dari Pecinan Surabaya sampai menerima Bintang Ridder in De Orde Van Oranje Nassau". Ia berkata pada khalayak " Saya Menginginkan buku ini dapat Dibaca oleh Seluruh Generasi Muda , khususnya Generasi Muda Tionghoa di Indonesia, Agar memahami betul bahwa semenjak jaman dahulu Suku etnis Tionghoa sudah berjuang demi kemerdekaan Bangsa Indonesia, Saya menginginkan agar Generasi Muda Tionghoa Indonesia dapat berguna bagi masyarakat, Bangsa dan Negaranya, agar melalui buku ini dapat memotivasi generasi muda tionghoa yang ada di Indonesia agar tidak minder, kurang percaya diri, tidak berkeluh kesah, dan memiliki semangat yang tinggi serta bersedia masuk kedalam Main Stream ".

Ia Meceritakan masa lampaunya dalam buku ini, sejak beliau bersekolah di Sekolah Tionghoa karena keinginan Ayahnya yang begitu totok pemikirannya, walaupun ia sendiri mengenyam pendidikan Belanda, akhirnya dari ibunya sendiri meminta Ayah dari DR Han agar minta 1 anaknya dari 9 anaknya agar didik secara pendidikan Belanda, Begitulah akhirnya beliau mengecap sistim pendidikan belanda, setelah selesainya pendidikan dengan sistim Belanda tersebut , Dr Han memasuki Sekolah Bumi Putera dimana Ia menceritakan betapa Bangga ketika itu ia dapat bersekolah di sekolah yang pernah mendidik Bung Karno , beliau memasuki sekolah tersebut dengan alasan supaya bisa menyelesaikan sekolahnya sampai jenjang SLTA dan bisa memasuki Dunia Universitas. Akhirnya beliau memasuki Universitas Airlangga sampai beliau mendapatkan gelar Kedokterannya. Dalam berkawan Dr Han menasehati kita agar "janganlah menjadi seorang yang berpandangan Loe Loe Gua Gua " artinya egois, tidak mau peduli sama orang lain , menjadi orang haruslah Care pada sesama terutama pada seorang kawan.

Beliau sudah mulai menulis Artikel dalam dunia kesehatan ketika ia lulus dari kuliahnya, tidak lupa ia bercerita tentang cinta. Cinta yang pertama sampai Ia menikah dengan ibu Chen Shue Yi. Ketika ia bicara mengenai cinta ia sempat berpesan pada saya dan ibu Chen Shue yi "Kamu harus ingat sesuatu sebagai anak muda, janganlah mengaku mencintai hanya sekedar cinta lalu menikah, Karena banyak sekali anak muda sekarang setelah menikah tidak lama kemudian bercerai , karena pandangan perkawinan mereka hanya berlandaskan cinta badaniah semata, bukan berlandasan pada Kasih dan rasa ingin membahagiakan pasangannya , Kasihi lah anak - anak kalian kalau sudah menikah, utamakanlah dan nomor satu kan pendidikan anak-anak, letakan mereka dalam pengaruh lingkungan sosial yang baik, Suami istri sebaiknya menjunjung tinggi dan menghargai satu sama lainnya, seperti kami ( maksudnya beliau dengan sang istri ) kalau kami berdebat atau berselisih tidak pernah didepan anak kami, dan kami selesaikan dengan baik tanpa dendam apapun, dan belajarlah saling mengalah, karena kami mengingat bahwa hal paling penting dalam pondasi keluarga adalah mendidik anak".

Lalu Dr han bercerita mengenai yang ia pelajari tentang ilmu pengetahuan. Pengetahuannya yang amat luar biasa, dia belajar membaca buku teks tebal lalu diringkasnya dibuat dalam sebuah catatan kecil, agar mudah diingat dan enak dibaca dibaca, Beliau menceritakan Pengalamannya tentang Budaya Tionghoa, Ajaran leluhur dan sebagainya, dan tidak lupa ia bercerita tentang agamanya sendiri yaitu SAM KAU atau Tridharma ( Budha , Tao & Khong Hu Cu ), ia bercerita tentangg dirinya yang pernah mengenyam pendidikan klenteng atau bio dan akhirnya menikah dengan istri yang beragama Nasrani, Beliau menikah sebuah Gereja Tionghoa, karena pada jaman dahulu Klenteng tidak menyediakan catatan sipil , sehingga ia mengajarkan pada generasi muda Tionghoa agar taat pada hukum dan aturan.

Dr Han menceritakan tentang karirnya " Bahwa kita harus mencintai pekerjaan kita dan bekerja dengan sepenuh hati, giat bekerja, penuh semangat, pantang mengeluh dan harus displin". Dan beliau juga ia bercerita tentang kehidupan " Pengalaman adalah Guru Utama bagi diri sendiri, Pendidikan sekolah seperti matematika dan sebagainya, bisa kamu dapatkan dibangku sekolah, tapi sebuah pengalaman tidak bisa kamu dapatkan dari bangku sekolah, Belajarlah juga dari pengalaman orang lain yang menjadi sukses , jadikan itu sebagai pedoman untuk mencapai kesuksesan".

Perjalanan kehidupan DR Han tidaklah semulus yg ia kira, Pada masa ada Pergolakan G 30S PKI menyebabkan DR. Han mengalami dilema ke Dwi kewarganegaraan. Dimana Kencintaan Beliau dengan Tanah leluhur dan Tanah Kelahirannya Sendiri, Ia bingung harus memilih, Dimana didalam lubuk hatinya terdalam beliau memilih Tanah Kelahirannya sendiri. Akhirnya dengan paksaan yang amat keras dari seorang ayah yang amat dominan, maka dengan amat terpaksa Dr. Han meninggalkan Indonesia yang dicintainya. Ia juga bercerita mengapa Chow En Lai ( Mantan Perdana Menteri China ) mau mengalah dengan paksaan sistem Ius sanguitis yaitu bahwa orang Tionghoa dimanapun ia lahir diluar Tiongkok maka ia menjadi warganegara asing dan bukan warga Negara China lagi .

Dr Han kemudian dengan terpaksa kembali ke Tiongkok dan beberapa tahun kemudian beliau menuju Belanda ( beliau menetap di Belanda sampai sekarang ), Disini ia memulai karirnya sebagai dokter, Ia banyak sekali menulis dan memberikan kontribusi besar bagi dunia kesehatan, dan menjadi jembatan penghubung antara Benua Eropa dengan Tiongkok, sehingga ia mendapat Penghargaan tertinggi dari Ratu Beatrix atas dedikasinya dalam Dunia Kesehatan yaitu Bintang Ridder In De Orde Van Oranje Nassau pada tahun 1999.

Pada tahun 2002 , beliau mulai bergabung dalam milis-milis tionghoa di Internet untuk berbagi pengalaman dan menyuarakan pandangannya selama ia merantau sampai ke Belanda , tetapi yang paling beliau tekankan adalah bahwa beliau sangat mengagumi Bung Karno dan Gus Dur yang menurut beliau telah banyak berjasa bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia.

DR Han sangat mencintai generasi muda dan khususnya Generasi Muda Tionghoa , beliau berharap agar Generasi Muda mau mengabdikan dirinya untuk Negara dan membuat dirinya agar bermanfaat bagi masyarakat luas, bangsa dan negaranya, gaya penulisan beliau dalam menulis artikel seperti ibarat sedang bertutur dan mendongeng begitulah ia cara menulis. Beliau juga berharap agar para generasi muda bisa mencintai Tanah Airnya, juga mencintai Budaya dan ajaran2 positif dari para leluhur.

Terima Kasih kepada Prof. DR. Han Hwie Song dan Ibu Chen Shue Yi atas pembelajarannya mengenai kehidupan, Kita bisa banyak belajar tentang kehidupan dari Seorang Dokter Indonesia yang telah menempuh seluruh perjalanan hidupnya dengan melalang buana di Indonesia, Tiongkok dan Netherlands. Beliau masih memiliki sebuah cita-cita luhur yang masih belum terwujud, Yaitu Menjadi jembatan Indonesia, Tiongkok dan eropa, Dalam Dunia Kesehatan, Ia menginginkan agar Indonesia juga bisa maju dalam Dunia Medis dan Kedokteran.

Hal-hal yang sangat patut dikagumi dari seorang DR Han Hwie Song adalah Kesederhanaan , Keteguhan , Kekuatan Karakter , Pembawaannya yg Jujur dan berterus terang dan bahwa sekarang ini beliau sedang berjuang melawan Kanker di Paru2 nya yang juga telah menyebar kebagian tubuhnya yang lain , dimana para dokter di Belanda sudah menyatakan bahwa penyakitnya sangatlah parah, tetapi semangat hidupnya yang besar sangat membantu pada efek pengobatan dan membuat beliau bisa bertahan hidup dan bahkan bisa menyelesaikan Buku Memoarnya serta bisa hadir dalam acara Peluncuran Perdana nya di Jakarta , ini sungguh luar biasa , semua ini disebabkan kecintaannya yang sangat besar pada Generasi Muda agar para Generasi Muda ini bisa memetik manfaat dari Buku Memoar yg ditulisnya, semua keuntungan dari Buku ini pun tidak mau diterimanya dan beliau telah menyatakan untuk menyumbangkan nya pada Yayasan Sosial di Indonesia.

Inilah adalah sebuah kutipan pelajaran dari seorang Dr Han Hwie Song kepada kita semua ;

"Jika Kita Membuat Suatu Rencana untuk Satu tahun, tanamlah Gandum"
"Jika Kita Membuat Suatu Rencana untuk sepuluh Tahun, Tanamlah Pohon"
"Jika Kita Membuat Suatu Rencana untuk seratus tahun, Didiklah Manusia"

2 komentar:

Eva Yulianti mengatakan...

Miss you so much OOM Han, menjelang 2 tahun kepergianmu (17 Mei 2010-17 Mei 2012) semoga keteladan, kegigihan dan kecintaan akan Tanah Air Indonesia menjadi suar yang tak pernah padam di hati kami,para sahabat yang mengasihimu.

Eva Yulianti mengatakan...

Saya memeluk erat-erat Prof.Dr.Han Hwie Song,saya biasa memanggil dgn sebutan OOM Han, ketika 27 Februari 2010 dia dirawat krn keluhan sesak nafas di RS.Kanker Dharmais, ini kali pertama beliau mengalami sesak nafas,dari beberapa kunjungannya dari Belanda ke tanah air,dgn senyum lebar beliau berkata bahwa ia sudah sembuh dan besok sudah boleh pulang, saya mengandeng tangannya ketika beliau menemui suster utk mengurus kepulangannya, semangatnya memang luar biasa hebat,dgn kanker paru2 yang dideritanya, namun entahlah perasaan saya tiba2 merasa seperti beliau akan pergi jauh, akhirnya atas ide Julie Lauw dan Hartono Zhuang,Min Hui, dan tentunya peranan Dr.Billy yang ngebut dgn cetakan memoar OOM Han, maka digelarlah launching Memoar OOM Han pada 07 Maret 2010 bertempat di restoran Galangan VOC,dgn surprais kami mengadakannya, menurut cerita tante Han, OOM Han sampai menitikkan airmata ketika tahu kami mengadakan lauching memoarnya, dgn dihadiri oleh sesepuh millis Tionghoa Net,para pengurus Indonesia Tionghoa Surabaya, beberapa sahabat OOM Han dari Belanda, dan tentunya keluarga dan sanak famili OOM Han pun turut hadir.
Ternyata lauching memoar OOM Han menjadi pertemuan kami terakhir di Indonesia, OOM Han meninggal di Belanda pada 17 Mei 2010, sungguh kehilangan yang sangat besar bagi kami semua, orang-orang yang begitu mengasihi beliau.
Namun semangat,kasih sayang,dan keteladanannya tentang melekat dan selalu akan menjadi inspirasi kita semua.

Teriring doa selalu untuk Tante Han dan keluarga, semoga senantiasa dilimpahi berkah dan kebahagiaan.

Kami yang selalu mengenang OOM Han.

Posting Komentar