Selasa, 18 Mei 2010

BUATLAH WARGA KETURUNAN TIONGHOA MERASA "AT HOME " DI BUMI PERTIWI

KENAPA TIONGHOA DI INDONESIA SERING DIJADIKAN KAMBING HITAM SEHINGGA ADA YANG MERASA TIDAK “ AT HOME “

Dilahirkan sebagai Keturunan Tionghoa di Indonesia tentunya bukan Pilihan, dilahirkan menjadi orang Tionghoa ataupun suku / etnis tertentu adalah di luar kemampuan dan kemauan semua manusia, karena hal itu adalah semata-mata “Hak Preogratif” dari TUHAN , Tidak ada satupun insan di dunia ini yang mampu menentukan pilihannya menjadi anak siapa dan dari siapa dia mau dilahirkan, karena Hidup itu adalah Karunia dari TUHAN YME kepada umat manusia.

Kalau bisa memilih tentunya semua nya akan memilih menjadi orang atau suku bangsa tertentu yang tidak pernah mengalami penderitaan oleh karena ras ataupun gender. Manusia yang rasionil pasti bisa berpikir bahwa tidak akan bisa memilih menjadi ras tertentu ataupun menghindari menjadi ras tertentu yang selalu menjadi bulan-bulanan ras lain.

Nama – nama Alias Yang Tidak Seimbang Dalam Penyebutannya sehingga Menjatuhkan

Boleh dibilang Tionghoa Indonesia hampir selalu dan dalam banyak kasus selalu dijadikan kambing hitam , demikian juga kalau ada kasus besar yang belum tahu kebenarannya menimpa mereka. Contoh yang belum lama terjadi adalah "Baligate" dimana yang melibatkan Bank Bali di Indonesia. Kebetulan yang diekspos secara kurang adil adalah dua Tionghoa Indonesia: Rudy Ramli (pakai ‘Y’ bukan ‘I’) dan Djoko Tjandra. Waktu nama Djoko ditulis maka disebutkan juga aliasnya yaitu Tjan Kok Hui. Ini hanya untuk menunjukan lebih jelas lagi bahwa Djoko adalah warga keturunan Tionghoa.

Padahal yang terlibat dalam kasus ini bukan hanya mereka berdua, masih banyak elite politik yg lain lagi yg berperan dan belakangan saling tuding menuding. Dan mereka inilah yang berusaha cuci tangan dengan segala cara, praktek-praktek yang dijalankan oleh Rezim terdahulu semacam ini bahkan mengancam mereka berdua untuk dibawa ke pengadilan dan dengan juga dengan ancaman diadukan ke polisi.kasus lainnya seperti kedekatan Bob Hasan dengan Soeharto , maka disitu disebutkan Bob Hasan alias The Kian Seng berkolusi dengan Soeharto sehingga dengan Nusamba & Kalimanis Groupnya menguasai hutan di Kalimantan. Belum lagi mantan orang terkaya Indonesia (tapi belum tentu benar kalau ia adalah orang terkaya di Indonesia ) Soedono Salim maka akan disebutkan juga kedekatan beliau dengan Keluarga Cendana dengan nama Tionghoanya Liem Sioe Liong.

Menengok ke sekitar tahun antara 1970-an dan 1980-an, maka waktu terjadi kasus pada perumahan Pluit yang melibatkan Endang Wijaya; orang-orang hanya tahu itu Acai bukan Endang Wijayanya. Kasus yang menghebohkan tentang Bapindo dimana Eddy Tansil alias Tan Tjoe Hong disebutkan merugikan negara 1,3 triliun rupiah. Sekali lagi selalu saja nama Tionghoa disebutkan. Jadi apa perlunya "Ganti Nama" seperti yang disarankan pemerintah waktu itu bila untuk urusan2 yang bersifat negative tersebut selalu saja masih disebutkan “ nama asli ” nya bukankah pada hakekatnya ganti nama itu adalah meninggalkan / menghapus nama yang lama untuk digantikan dengan nama yang baru .

Saran Pemerintah untuk ganti nama pada waktu itu dengan alasan supaya lebih mempercepat terjadinya pembauran Tionghoa di Indonesia yang didukung oleh tokoh-tokoh Bakom-PKB seperti Sindhunata, Junus Jahja dll.

Padahal pada kasus Bapindo itu juga melibatkan banyak pejabat pemerintah saat itu tetapi tidak semua nama disebutkan dengan gamblang paling-paling hanya dengan inisial namanya saja . Belum lagi kasus kakaknya Eddy Tansil, Hendra Raharja dengan Bank Harapan Sentosa nya. Lagi-lagi nama alias nya ( Tan Tju Hin ) juga disebut kan kembali dimedia . Masih ada lagi kasus Chandra Asri yang melibatkan Prajogo Pangestu , lagi-lagi nama alias nya ( Phang Djun Phen) pun diexpose besar-besaran. Untuk urusan Sofyan Wanandi yang waktu itu sedang berobat mata di Klinik Mayo dan disebutkan tidak berani pulang ke Indonesia untuk diusut. Lagi-lagi disebutkan nama Tionghoanya adalah Lim Bian Koen.

Peranakan Tionghoa yang Membawa Harum Nama Indonesia di dunia Internasional

Sedangkan kalau ada Keturunan Tionghoa di Indonesia yang mengharumkan Negara dan Bangsa , jarang sekali disebutkan nama aliasnya. Seperti Rudy Hartono yang menjadi juara bulutangkis All England 8 kali, hampir tak pernah orang tahu nama Tionghoanya adalah Nio Hap Liang. Padahal sampai sekarang belum satupun orang di dunia ini yang menyamai prestasinya dalam bulutangkis. Bahkan Rudy Hartono lah orang pertama di Indonesia yang pertama kali namanya dimasukkan dalam Guinness Book of Record dan sebagai orang Indonesia.

Belum lagi nama Hendra Kertanegara alias Tan Yoe Hok, generasi pertama yang membawa keharuman nama Indonesia dalam bidang bulutangkis dan merebut Piala Thomas untuk pertama kalinya dari Malaysia setelah melewati suatu perjuangan yang sangat Heroik. Ada juga Pasangan Emas Olimpiade Susi Susanti dan suaminya Allan Budikusuma sebagai orang pertama Indonesia yang mengondol medali emas dalam Olimpiade Barcelona belum pernah disebutkan nama Tionghoanya adalah Wang Lian Xiang dan Goei Ren Fang.

Ada lagi sutradara film yang terkenal yaitu Teguh Karya yang namanya kondang dan malang melintang diperfilman Indonesia yang dedikasinya untuk Bangsa dan Negara Indonesia tidak perlu dipertanyakan lagi, mungkin banyak yang tidak tahu kalau dia adalah seorang warga Keturunan Tionghoa dengan nama Lim Tjoan Hok alias Steeve Lim .

Dalam bidang kedokteran juga ada banyak nama yang mengangkat prestasi dibidang ini. Salah satunya adalah ahli bedah saraf yang terkemuka Dr. Priguna Sidharta alias Sie Pek Giok yang bukunya menjadi acuan buat mahasiswa kedokteran.

Ada salah satu dokter yang merawat Mantan Presiden Soeharto akibat stroke , beliau adalah Dr. Satyanegara alias Oey Kim Seng. Katanya nama Satyanegara adalah pemberian Soeharto agar dia tetap setia pada negara. Di Bidang pendidikanpun ada banyak nama warga Tionghoa yang beredar dalam arti tinggi kualitasnya. Ingat saja nama ahli Fisika Prof Yohanes Surya ( yang berjasa seperti ini tidak pernah disebutkan nama Tionghoanya ) yang telah membawa siswa-siswa SMA Indonesia dalam dekade ini untuk bertarung di tingkat Internasional dalam bidang Fisika, Matematika dan Komputer. Dan beberapa kali mendapat tempat yang tertinggi, sehingga membuat nama Indonesia dikenal di dunia science internasional, dan bukan dikenal sebagai bangsa yang senang pada kerusuhan dan pertentangan seperti pada kasus Timor Timur, Aceh, Irian Barat, Ketapang, Kupang, Semanggi, Ambon dan yang paling Parah adalah Tragedi Mei ’98.

Ada lagi nama ahli matematika Dali S Naga yang sekarang menjabat sebagai Rektor di salah satu Universitas Swasta besar yang sangat terkenal, iapun warga keturunan Tionghoa dengan nama Yo Goan Li. Ada ahli gempa Indonesia seperti Teddy Boen pun bisa disebutkan cukup menonjol dalam dunia akademis Indonesia. Ada lagi seorang Indonesianis kental seperti Arief Budiman alias Soe Hok Djin beserta adiknya Alm Soe Hok Gie yang juga bergabung dalam barisan Angkatan ’66 . Jangan lupa ada pula salah satu pelopor pusat riset data bisnis yang jempolan di Indonesia dikomandani oleh seorang warga Keturunan Tionghoa , Christianto Wibisono atau Oey Kian Kok dengan PDBInya ( PDBI terhapuskan dan menjadi korban Tragedi Mei’98 sehingga hilang lenyap beserta seluruh data-data yang dimilikinya ).

Di kelompok peneliti LIPI pun ada Tionghoanya juga seperti Lie Tek Tjeng, The Kian Wie, Thung Ju Lan, Melly G Tan. Salah satu pendiri CSIS pun ada orang Tionghoanya beliau adalah Panglaykim yang seorang ekonom besar yang tersohor, dimana sekarang anaknya Marie Elka Pangestu mengantikan posisi beliau dan diangkat menjadi Menteri Perdagangan untuk dua Periode oleh Presiden SBY.

Kalau mau dideret nama warga keturunan Tionghoa yang punya andil buat kemajuan Bangsa Indonesia ini akan sangat banyak, belum lagi mereka yang turut berjuang secara phisik melawan penjajahan belanda maupun mereka yang memberikan dukungan kepada Kaum Pejuang pada waktu itu baik secara Moril maupun Materiel, contohnya Pemilik Gedung Joeang di Jl. Kramat Raya yang sekarang telh merelakan rumahnya untuk dijadikan Museum , Djiauw Kie siong yang rumahnya dijadikan tempat penampungan Soekarno waktu diamankan oleh para pemuda pada waktu itu, Laksamana John Lie yang dengan gagah berani menembus blokade Angkatan Laut Belanda dengan Kapal pribadinya untuk membawa supply senjata untuk para Pejuang Kemerdekaan . ( rasanya khusus untuk deretan nama-nama Warga keturunan Tionghoa yang pernah berjasa buat Negara ini harus dibuatkan satu artikel khusus yang hanya membahas masalah tersebut )

Kambing Lain Yang Lebih Hitam

Kami Kaum keturunan Tionghoa ini sering dijadikan sasaran empuk , karena kami ini adalah kelompok minoritas yang tak terbela, mana ada pihak yg bisa membela kami sa’at kami dijadikan sasaran tembak, Jelas kami ini adalah warga yang rentan dan mudah sekali dijadikan Kambing Hitam, apalagi bagi mereka yang tergolong mampu & kaya dan tinggal didaerah yang tergolong elite. Kalau mau dilihat secara berimbang,terbukti banyak dari mereka yang menjadi kaya oleh karena mereka kerja keras dengan memeras keringat malah kadangkala harus dipaksa memeras keringat oleh oknum-oknum tertentu sampai tetes keringat ( Bahkan kadang juga darah ) penghabisan. Jadi janganlah dilihat secara skeptis kalau keturunan Tionghoa itu semua kaya-raya.

Kelompok Tionghoa yang “ Kere” pun tidak kurang banyaknya, bahkan jauh lebih banyak daripada kelompok yang disebut mapan, di daerah2 tertentu banyak yg jadi petani gurem, ada yg jadi Tukang Becak, tukang dorong Gerobak Air, banyak juga yang menjadi pengangguran ataupun bekerja serabutan apa adanya, bahkan banyak diantara mereka yg untuk mengurus KTP dan Ake Lahir pun tidak punya biaya lagi, karena penghasilan mereka untuk menutupi kebutuhan keluarga pun masih kurang, kelompok-kelompok Tionghoa Miskin yang ini jarang sekali di expose oleh media , jadi banyak orang yang menyangka bahwa keturunan Tionghoa itu semua kaya raya, sungguh suatu pendapat yang jauh dari kebenaran dan mau enaknya sendiri.

Lihatlah bagaimana perjuangan mereka yang sukses , mereka biasa bangun pagi sekali sewaktu orang lain masih dibuai mimpi indah , mereka bisa membangun jaringan kerja yang luas, mengutamakan kepuasan langganan, menjaga kepercayaan, menekan biaya hidup demi bisa menabung untuk masa depan dan anak cucu nya, mereka tahan hidup menderita, jelas mereka itu mewarisi dan mempunyai etos kerja yang bagus, mereka juga bisa dengan luwesnya membina hubungan dengan berbagai pihak dengan dasar saling menguntungkan.

Jadi wajar-wajar saja bila pedagang di Glodok atau Mangga Dua banyak yang berhasil dan menjadi kaya. mereka berdagang dan mengelompok di suatu tempat tertentu bukan dengan maksud mau menjadi eksklusif tetapi lebih didasarkan pada prinsip mereka dalam memudahkan pelanggan dan pembeli agar hanya cukup menuju kesuatu tempat maka banyak kebutuhan bisa terpenuhi sekaligus, juga janganlah ada anggapan kalau mereka itu selalu ingin berkelompok apalagi dianggap ingin dekat dengan penguasa.
Memang banyak yang tinggal mengelompok seperti di Jakarta daerah Kelapa Gading, Sunter, Pluit, Pantai Mutiara, di Bandung seperti di Holis Indah, Arcamanik, di Semarang seperti di Puri Anjasmoro, Di Surabaya seperti Taman Darmo, Taman Galaxy. Mereka bisa tinggal disana oleh karena mereka memang mempunyai penghasilan yang cukup dan daya beli yang tinggi, itu semua disebabkan oleh etos kerja yang tinggi sehingga penghasilan mereka memang memadai untuk tinggal di daerah elite, Jadi itu merupakan sesuatu yang kebetulan sekali kalau mereka berkumpul di satu perumahan tertentu, itu bukan karena mereka sudah janjian untuk tinggal di tempat yang sama, memang ada diantara mereka yang ingin tinggal berdekatan dengan para kerabat dan saudaranya, lalu apakah hal ini salah ? saya rasa tidak , Jangan heran kalau sesama tetangga pun belum tentu mereka saling kenal. Hal-hal yang begini ini tentunya Tidak bisa dijadikan alasan kalau orang Tionghoa Indonesia itu eksklusif ?

Bila ada Kelompok Konglomerat ( Hitam – Abu2 ??? ) yang ber KKN Ria dengan penguasa, janganlah hal ini dijadikan alasan untuk menggeneralisir bahwa semua orang Tionghoa mempunyai tabiat yang sama. Apakah tidak ada kelompok lain selain orang Tionghoa yang ber KKN Ria ? rasanya anda bisa lihat sendiri kenyataannya bahwa ternyata yang terlibat KKN ataupun Korupsi juga banyak dari kelompok yang lain ketimbang kelompok Keturunan Tionghoa, jadi jelas masalah KKN & Korupsi itu bukanlah monopoli dan ciri kaum keturunan Tionghoa saja,

Sebagai informasi bahwa sebenarnya banyak kelompok-kelompok orang Tionghoa, baik secara organisasi maupun pribadi-pribadi orang Tionghoa yang sangat membenci tindakan dan ego berlebihan dari para “ Konglo Hitam “ tersebut, karena hal-hal seperti KKN tersebut dianggap bisa mencoreng muka dan merusak reputasi orang Tionghoa di Indonesia secara keseluruhan, percayalah masih jauh lebih banyak orang Tionghoa ( maupun para Konglo nya ) yang hidupnya ditempuh dengan lurus-lurus saja sesuai aturan dan etika umum, mereka itu ( para Konglo yang lurus ) juga termasuk berjasa membantu Pemerintah terutama dalam penyediaan lapangan kerja dengan berbagai Perusahaan dan Pabrik-pabriknya.

Tionghoa banyak yang diindentikan dgn Tukang Suap

Hal ibawah ini juga seringkali dijadikan alasan kalau Tionghoa itu tahunya mau yang gampang saja, misalnya dalam mengurus KTP, SIM, ataupun surat-surat lainnya selalu memberikan “ biaya lebih ‘. Sebenarnya ini adalah hal yang lumrah saja, oleh karena kalau dijalankan ataupun diurus sendiri maka akan memakan waktu lama dan kadang bertele-tele. Sedangkan mereka rata2 mempunyai beban pekerjaan yang tidak bisa ditinggal terlalu lama, Jadi wajar saja kalau faktor ekonomis yang menjadi pertimbangan, daripada kehilangan waktu kerja mending bayar lebih, ini adalah Hukum Ekonomi dan Hukum Jual – Beli , yang ingin saya pertanyakan ada berapa banyak kah dari kita yang bisa mengurus sendiri segala surat-surat penting apapun dengan biaya yang resmi dengan tanpa mengeluarkan “ biaya lebih “ rasanya jawabnya hampir2 tidak ada ( tidak perduli dari kelompok manapun itu ).

Apakah untuk urusan-urusan tesebut hanya etnis Tionghoa saja yang melakukannya ? Rasanya tidak. Kelompok lain pun tidak kalah banyak yang melakukan hal ini juga , Bahkan kalau semua urusan tersebut dijalankan dan diurus sendiri maka tidak jarang akan menuai sindiran dan bahkan ditertawakan disertai dengan kata-kata " Masa Boss ngurus suratnya sendiri, pelit sekali." Jadi ini persoalan yang sangat dilematis sekali. Jelasnya Budaya suap menyuap tidaklah bisa dikaitkan dengan etnis tertentu karena ini ibaratnya mempertanyakan Lebih Dulu mana antara Ayam dengan Telur ( Lebih dulu mana antara yang mau menerima / mencari suap dan yang mau menyuap ).

Kapan Kambing Putih Ditemukan

Jadi sudah saatnya jangan lagi mencari kambing hitam lagi di antara warga keturunan Tionghoa di Indonesia. Janganlah praktek-praktek politik adu domba dijalankan, ini hanya akan mengingatkan akan taktik Belanda ketika memecah belah Indonesia ( Devide et Impera ). Bayangkan negara kecil yang luasnya lebih kecil dari Jawa Barat bisa menjajah kita selama 350 tahun. Marilah sebagai bangsa Indonesia kita bersatu untuk memajukan negara kita.

Tapi ada baiknya jangan juga melupakan kejadian-kejadian dulu yang pernah mendiskreditkan orang Tionghoa di Indonesia , hal itu haruslah diakui secara terbuka dan diselesaikan dengan baik dan adil seperti kasus Kerusuhan dan Tragedi Mei ‘98 dan banyak kerusuhan rasial lainnya yang terjadi di Indonesia dari dulu sampai sekarang, banyak yang tidak ada penyelesaiannya sampai tuntas, banyak kejahatan rasial yang terjadi bahkan kadang kala tidak diakui. Hukum dan Keadilan harus tetap ditegakkan. Yang bersalah harus tetap diadili sesuai dengan Hukum yang berlaku , kalaupun kemudian mereka itu diampuni , itu suatu cerita yang lain lagi.

Saya rasa kami warga keturunan Tionghoa di Indonesia bukanlah ingin diperlakukan sebagai anak emas , kami ini hanya ingin diperlakukan sama dan sederajat dengan saudara-saudara kami dari suku dan etnis yang lain , kami ini hanya ingin hidup layak , aman dan berdampingan dengan damai tanpa ada prasangka apapun, buatlah kami ini menjadi “ at home “ di Bumi Nusantara ini , karena kami sadar bahwa kami juga mempunyai tanggung jawab yang sama dengan saudara-saudara kami sebangsa dan setanah air , kami ini hanya ingin diperlakukan sebagai anak bangsa ini sepenuhnya yang ikut juga mewarisi Bumi Pertiwi yang kita cintai bersama.

0 komentar:

Posting Komentar