Selasa, 18 Mei 2010

EKSITENSI HIO, DUPA DALAM TRADISI TIONGHOA

Hio sebenarnya adalah medium untuk melakukan sembayang atau bagian dari peralatan sembayang, tidak mempunyai arti khusus dan makna khusus didalamnya

Hio itu sebuah tradisi sebagaimana bunga di barat sana. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah, wong hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi tok. Bandingkan tradisi menghormati dengan bunga di barat dengan tradisi menghormati pakai hio di Tiongkok? Jangan berpikiran sempit. Saya masih sering bingung kalau masih banyak yang merasa sebuah tradisi diadopsi oleh sebuah agama, lalu jadilah tradisi itu haram untuk agama lain.

Dupa atau sering kali disebut Hsiang (Mandarin) atau Hio (Hokkian) adalah
salah satu unsur yang eksis dalam kebudayaan Tionghoa selama ribuan
tahun. Dupa digunakan dalam acara penghormatan kepada leluhur
dan acara2 ritual keagamaan beberapa agama yang ada di Tiongkok.

Asal usul dupa pertama kali sebenarnya bukanlah langsung digunakan
untuk penyembahan atau penghormatan. Dupa masuk bersamaan dengan
masuknya agama Buddha ke China. Dikatakan bahwa sewaktu Buddha Sakyamuni
menyebarkan ajarannya kepada para pengikut, karena cuaca yang panas,
kebanyakan murid2 tak dapat berkonsentrasi, merasa mengantuk dalam
mendengarkan wejangan dari Buddha Sakyamuni. Maka untuk mengatasi hal
ini, orang2 kemudian membakar kayu2 harum dan wangi untuk mengharumkan
udara dan meningkatkan konsentrasi. Kemudian tradisi ini menjadi
kebiasaan dalam agama Buddha dan terbawa ke China dalam penyebarannya.

Dupa kemudian diadopsi oleh agama2 dan kepercayaan2 lain yang telah lama
ada di China sebelum agama Buddha masuk. Sehingga dupa menjadi sebuah
alat dalam ritual dan tradisi kebudayaan Tionghoa selama ribuan tahun,
baik dalam menghormati leluhur, menghormati dewa-dewi dalam agama2
tertentu di China dan juga tentunya oleh penganut agama Buddha sendiri.

Tradisi ini kemudian diperlambangkan sebagai sebuah alat untuk
berkomunikasi dengan leluhur, dewa-dewi dalam agama tertentu ataupun
sang Buddha sendiri. Ini terutama karena anggapan bahwa wewangian yang
menyebar dalam udara adalah salah satu bentuk penghormatan kepada yang
dipuja. Asap dari dupa yang bergerak ke atas juga sebagai perlambang
bahwa niat kita untuk menghormati ataupun memuja akan sampai kepada
tujuannya karena anggapan umum semua bangsa dan agama di dunia (saya
kira bukan hanya dalam agama2 tertentu) bahwa yang kita puja itu baik
Tuhan, Allah, Buddha, leluhur dan lain - lainnya yang derajatnya lebih tinggi
daripada manusia bertempat di atas langit.

Dupa juga dipercaya digunakan dalam acara ritual untuk menghormati
leluhur ataupun dewa-dewi dalam agama tertentu di China sebagai
pengganti persembahan lainnya seperti kurban2 makhluk bernyawa.

Selain itu dari versi lain

Berdasarkan kitab Zhou Li (tata krama dinasti Zhou) ditulis kalau untuk
menghormati Huang Tian adalah dengan Yin.
Yin adalah asap yang membumbung karena kayu2 (harum)yang dibakar.

Pada tulisan Bunsu Sidartanto Buanadjaya, yang berjudul "Ru Jiao - Selayang Pandang Kesejarahan Wahyu dan Kitab Sucinya Sepanjang Kurun Waktu 5000 Tahun", Ong Kun salah satu menteri dari Oey Tee (Huang Di=Kaisar Kuning) adalah penemu Than Hio yang dipakai sebagai wewangian pada upacara sembahyang.
Jauh lebih lama dari waktu masuknya agama Buddha ke Tiongkok (waktu Dinasti Han).

Catatan lain di Indonesia dikenal dengan Kemenyan, kemenyan adalah sejenis dupa, Sebenar pemakaian dupa dan pengenalan dupa berasala dari India pada era 7000 sm, pemakaian dupa sudah dikenal di India karena dupa pertama kali digunakan. Fungsi kemenyan sama seperti pembakaran dupa.

Cara sembahyang di kelenteng untuk orang awam pada umumnya dengan menggunakan hio. Hio digunakan karena simbolisasi juga, karena asapnya membumbung ke atas dan disimbolkan sebagai satu macam pendekatan dengan dewa-dewi di atas sana. Lalu beberapa macam hio juga wangi dan dapat bermakna sebagai penyucian batin dan lingkungan. Ada banyak orang yang bertanya2, kalau pindah agama boleh gak pegang hio yah? Yah, gak masalahlah, hio itu gak ada kaitannya dengan agama apapun. Itu hanya tradisi dan bersifat medium atau alat sembayang saja.

0 komentar:

Posting Komentar