Jumat, 19 November 2010

Sejarah Cina Benteng

Akulturasi Cina Benteng, Wajah Lain Indonesia

TIDAK seperti Cina peranakan pada umumnya, Ong Gian (47) berkulit gelap. Matanya pun tidak sipit. Sehari-hari ia bekerja sebagai petani di Neglasari, Tangerang. Selain itu, ia juga awak kelompok kesenian gambang kromong yang sering tampil di acara-acara hajatan perkawinan.

Nenek moyangnya adalah Cina Hokkian yang datang ke Tangerang dan tinggal turun- temurun di kawasan Pasar Lama. Mereka masuk dengan perahu melalui Sungai Cisadane sejak lebih 300 tahun silam.

Cina Benteng memang selalu diidentifikasi dengan stereotip orang Cina berkulit hitam atau gelap, jagoan bela diri, dan hidupnya pas-pasan atau malah miskin. Sampai sekarang, ternyata mereka juga tetap miskin meski sudah jarang yang jago bela diri.

Meski ada beberapa yang sudah berhasil sebagai pedagang, sebagian besar Cina Benteng hidup sebagai petani, peternak, nelayan. Bahkan, ada juga pengayuh becak.

SEJARAH Cina Tangerang memang sulit dipisahkan dengan kawasan Pasar Lama (Jalan Ki Samaun dan sekitarnya) yang berada di tepi sungai dan merupakan permukiman pertama masyarakat Cina di sana. Struktur tata ruangnya sangat baik dan itu merupakan cikal-bakal Kota Tangerang. Mereka tinggal di tiga gang, yang sekarang dikenal sebagai Gang Kalipasir, Gang Tengah (Cirarab), dan Gang Gula (Cilangkap). Sayangnya, sekarang tinggal sedikit saja bangunan yang masih berciri khas pecinan.

Pada akhir tahun 1800-an, sejumlah orang Cina dipindahkan ke kawasan Pasar Baru dan sejak itu mulai menyebar ke daerah-daerah lainnya. Menurut Tagara Wijaya, yang bernama asli Oey Tjie Hoeng (77), yang menjabat Ketua Umum Klenteng Boen Sen Bio (1967-1978), Pasar Baru pada tempo dulu merupakan tempat transaksi (sistem barter) barang orang- orang Cina yang datang lewat sungai dengan penduduk lokal.

Mengenai asal-usul kata Cina Benteng, menurut sinolog dari Universitas Indonesia, Eddy Prabowo Witanto MA, tidak terlepas dari kehadiran Benteng Makassar. Benteng yang dibangun pada zaman kolonial Belanda itu-sekarang sudah rata dengan tanah-terletak di tepi Sungai Cisadane, di pusat Kota Tangerang.

Pada saat itu, kata Eddy, banyak orang Cina Tangerang yang kurang mampu tinggal di luar Benteng Makassar. Mereka terkonsentrasi di daerah sebelah utara, yaitu di Sewan dan Kampung Melayu. Mereka berdiam di sana sejak tahun 1700-an. Dari sanalah muncul, istilah “Cina Benteng”.

Tahun 1740, terjadi pemberontakan orang Cina menyusul keputusan Gubernur Jenderal Valkenier untuk menangkapi orang-orang Cina yang dicurigai. Mereka akan dikirim ke Sri Lanka untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik VOC.

Pemberontakan itu dibalas serangan serdadu kompeni ke perkampungan-perkampungan Cina di Batavia (Jakarta). Sedikitnya 10.000 orang tewas dan sejak itu banyak orang Cina mengungsi untuk mencari tempat baru di daerah Tangerang, seperti Mauk, Serpong, Cisoka, Legok, dan bahkan sampai Parung di daerah Bogor.

Itulah sebabnya banyak orang Cina yang tinggal di pedesaan di pelosok Tangerang-di luar pecinan di Pasar Lama dan Pasar Baru.

Meski demikian, menurut pemerhati budaya Cina Indonesia, David Kwa, mereka yang tinggal di luar Pasar Lama dan Pasar Baru itu tetap disebut sebagai Cina Benteng.

Sebagai kawasan permukiman Cina, di Pasar Lama dibangun kelenteng tertua, Boen Tek Bio, yang didirikan tahun 1684 dan merupakan bangunan paling tua di Tangerang. Lima tahun kemudian, 1869, di Pasar Baru dibangun kelenteng Boen San Bio (Nimmala).

Kedua kelenteng itulah saksi sejarah bahwa orang-orang Cina sudah berdiam di Tangerang lebih dari tiga abad silam.

Dalam penelitiannya, sarjana Seni Rupa dan Desain ITB Jurusan Desain Komunikasi Visual, Y Sherly Marianne, antara lain menyebutkan, sekitar 80 persen dari 19.191 warga Kelurahan Sukasari di Kotamadya Tangerang adalah orang Cina Benteng. Angka statistik April 2002 ini tidaklah mengherankan karena Pasar Lama masuk dalam wilayah Sukasari.

Menurut Sherly, kehidupan masyarakat Cina Benteng memang keras agar bisa bertahan hidup. Sebab, sebagian besar pekerjaan mereka bukan dalam bidang ekonomi, tetapi sebagai petani di pedesaan.

YANG unik dari masyarakat Cina Benteng adalah bahwa mereka sudah berakulturasi dan beradaptasi dengan lingkungan dan kebudayaan lokal. Dalam percakapan sehari-hari, misalnya, mereka sudah tidak dapat lagi berbahasa Cina. Logat mereka bahkan sudah sangat Sunda pinggiran bercampur Betawi. Ini sangat berbeda dengan masyarakat Cina Singkawang, Kalimantan Barat, yang berbahasa ina meskipun hidup kesehariannya juga banyak yang petani miskin.

Logat Cina Benteng memang khas. Ketika mengucapkan kalimat, “Mau ke mana”, misalnya, kata “na” diucapkan lebih panjang sehingga terdengar “mau kemanaaaa”.

Di bidang kesenian, mereka memainkan musik gambang kromong yang merupakan bentuk lain akulturasi masyarakat Cina Benteng. Sebab, gambang kromong selalu dimainkan dalam pesta-pesta perkawinan, umumnya diwarnai tari cokek yang sebenarnya merupakan budaya tayub masyarakat Sunda pesisir seperti Indramayu.

Meski demikian, masyarakat Cina Benteng masih mempertahankan dan melestarikan adat istiadat nenek moyang mereka yang sudah ratusan tahun. Ini terlihat pada tata cara upacara perkawinan dan kematian. Salah satunya tampak pada keberadaan “Meja Abu” di setiap rumah orang Cina Benteng.

“Tidak usah dipertentangkan. Realitasnya, masyarakat Cina Benteng memang sudah berakulturasi dengan lingkungan lokal, tapi mereka juga masih memegang adat istiadat kepercayaan nenek moyang dan leluhur mereka,” kata Eddy.

Beberapa tradisi leluhur yang masih dipertahankan antara lain Cap Go Meh (perayaan 15 hari setelah Imlek), Pek Cun, Tiong Ciu Pia (kue bulan), dan Pek Gwee Cap Go (hari kesempurnaan).

Demikian pula panggilan encek, encim, dan engkong masih digunakan sebagai tanda hormat kepada orang yang lebih tua. “Juga salam (pai) tetap dipertahankan dalam keluarga Cina Benteng pada saat bertemu dengan orang lain,” kata Asiuntapura Markum (55) yang lahir di Tangerang.

Yang khas dari masyarakat Cina Benteng adalah pakaian pengantin yang merupakan campuran budaya Cina dan Betawi. Pakaian pengantin laki-laki, kata Eddy, merupakan pakaian kebesaran Dinasti Ching, seperti terlihat dari topinya, sedangkan pakaian pengantin perempuan hasil akulturasi Cina-Betawi yang tampak pada kembang goyang.

SECARA ekonomi, masyarakat tradisional Cina Benteng hidup pas-pasan sebagai petani, peternak, nelayan, buruh kecil, dan pedagang kecil.

Ny Kenny atau Lim Keng Nio (48) yang tinggal di Gang Cilangkap RT 03 RW 02, Kelurahan Sukasari, Tangerang, misalnya, setiap hari harus bangun pagi-pagi untuk membawa dagangan kue ke pasar. Ong Gian, petani sawah di Neglasari yang nyambi menjadi pemain musik gambang kromong, juga harus bekerja keras untuk bisa mempertahankan hidup.

Fenomena Cina Benteng, kata Eddy, merupakan bukti nyata betapa harmonisnya kebudayaan Cina dengan kebudayaan lokal. Lebih dari itu, keberadaan Cina Benteng seakan menegaskan bahwa tidak semua orang Cina memiliki posisi kuat dalam bidang ekonomi. Dengan keluguannya, mereka bahkan tak punya akses politik yang mendukung posisinya di bidang ekonomi.

David Kwa lebih melihat fenomena Cina Benteng sebagai contoh dan bukti nyata proses pembauran yang terjadi secara alamiah. Masyarakat Cina Benteng hampir tidak pernah mengalami friksi dengan etnis lainnya. Kenyataan ini membuat David yakin, persoalan sentimen etnis lebih bernuansa politis yang dikembangkan oleh orang-orang yang punya kepentingan politik.

Realitas Cina Benteng yang tinggal di pusat kekuasaan politik dan ekonomi menunjukkan, masyarakat etnis Cina sesungguhnya sama dengan etnis lainnya. Ada yang punya banyak uang, tetapi ada pula yang hidup di bawah garis kemiskinan.

Bahkan, Ridwan Saidi, pengamat budaya dari Betawi, melihat realitas Cina Benteng sebagai wajah lain Indonesia. Ada yang kaya, tetapi tidak sedikit pula yang miskin.

Bagi mereka, wajar kalau perayaan Tahun Baru Imlek menjadi pengharapan agar rezeki di tahun baru ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Wajar pula bahwa meski sudah berakulturasi begitu dalam, mereka tetap membeli bunga sedap malam dan bersembahyang di kelenteng-kelenteng.

Sejarah Masyarakat Tionghoa di Bandung

Sejarah telah berkata bahwa bangsa China adalah bangsa yang ekspansif. Mereka menyebar ke berbagai belahan dunia, mulai dari ujung barat hingga ujung timur. Sifat ekspansif ini didorong oleh karakter budaya mereka sebagai pedagang. Sebutlah Jalur Sutra―rute perdagangan bangsa China kuno―yang termasyhur itu sebagai buktinya. Selain melalui darat, penyebaran mereka pun terjadi melalui laut. Salah satu tempat persebaran mereka adalah Indonesia.

Menurut catatan sejarah, bangsa China pertama kali datang ke Indonesia melalui ekspedisi Laksamana Haji Muhammad Cheng Hoo (1405-1433). Ketika itu Cheng Hoo berkeliling dunia untuk membuka jalur perdagangan sutra dan keramik. Cheng Hoo pun pernah menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Sejak ekspedisi itu, berangsur-angsur bangsa China terus berdatangan dan membangun pecinan di beberapa daerah di Pulau Jawa, termasuk Bandung.

Sesuai dengan karakter budaya leluhur mereka, sebagian besar masyarakat Tionghoa (sebutan bagi masyarakat keturunan bangsa China di Indonesia) yang ada di Bandung pun melaksanakan kegiatan berdagang sebagai mata pencaharian mereka. Lokasi berdagang mereka tersebar di daerah-darah yang disebut dengan pecinan.

Kuncen Bandung, Haryoto Kunto, dalam Wajah Bandoeng Tempo Doeloe (Granesia, 1984), menuturkan bahwa sebagian warga Tionghoa di Pulau Jawa pindah ke Bandung ketika terjadi perang Diponegoro (1825). Setiba di Bandung, sebagian besar dari mereka tinggal di kampung Suniaraja dan sekitar Jalan Pecinan Lama. Mereka kemudian menetap dan mencari nafkah disana.

Pada tahun 1885, mereka mulai menyebar ke Jalan Kelenteng. Pecinan di Jalan Kelenteng ditandai dengan pembangunan Vihara Satya Budhi. Menurut keterangan pengurus Vihara Satya Budhi, pecinan di Bandung seperti rumah-rumah toko pada umumnya, tak ada asesoris khusus seperti pecinan di daerah lain di Indonesia. Warganya pun beragam, tak hanya keturunan Tionghoa.

Pecinan berkembang pesat di sekitar Pasar Baru sejak 1905. Umumnya warga Tionghoa menjadi pedagang. Salah satunya, Tan Sioe How yang mendirikan kios jamu ”Babah Kuya” di Jalan Belakang Pasar pada tahun 1910. Bisa dikatakan, toko Babah Kuya merupakan salah satu perintis toko di kawasan ini. Selain Babah Kuya, warga Tionghoa lain pun banyak yang mendirikan kios.

Budayawan Tionghoa, Drs. Soeria Disastra, mengatakan bahwa pecinan memang ada, tapi tidak ada batasan. Maksudnya, hubungan warga Tionghoa dan Pribumi sekitar abad ke-19 dekat sekali. Akan tetapi, Belanda tidak senang melihat kedekatan itu. Belanda pun memisahkan Tionghoa dan pribumi dari segi ekonomi. Warga Tionghoa dijadikan perantara perekonomian bangsa Eropa dan pribumi. Mereka menjual rempah-rempah dari pribumi ke Belanda untuk di ekspor. Lama kelamaan kedekatan itu pun memudar.

Menurut Sie Tjoe Liong (75), generasi keempat pemilik kios ”Babah Kuya”, kawasan pecinan di Bandung terbentuk karena faktor politik. Warga pecinan tidak diizinkan berbaur dengan pribumi karna kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang memisahkan pemukiman orang asing dengan pribumi. Kebijakan itu tidak hanya untuk warga Tionghoa tetapi juga untuk Arab dan Eropa.

Selain di Pasar Baru, kawasan pecinan juga tumbuh di Suniaraja dan Citepus pada tahun 1914. Setiap pecinan dipimpin oleh Wijkmeester. Wijkmeester untuk daerah Suniaraja adalah Thung Pek Koey, sedangkan untuk daerah Citepus adalah Tan Nyim Coy. Wijkmeester dipimpin oleh seorang Luitennant der Chineeschen. Di Bandung, Luitennant-nya adalah Tan Djoen Liong (H. Buning, ”Maleische Almanak”, 1914). Para pemimpin Tionghoa itu diabadikan di beberapa tempat, misalnya di sekitar jalan Chinees-Wijk Citepus, ada pula Gang Goan Ann di Andir dan Jap Lun.

Sie Tjoe Liong menjelaskan, ketika peristiwa Bandung Lautan Api (1946). Kios-kios di Pasar Baru dibakar tentara Belanda. Wilayah Bandung terpisah menjadi bagian utara dan selatan. Kedua wilayah dibatasi rel kereta api yang membujur dari Cimahi hingga Kiaracondong. Wilayah utara dikuasai Belanda, sedangkan selatan oleh pribumi dan warga asing.

Akibat peristiwa itu, warga Tionghoa mengungsi ke kawasan Tegalega, Kosambi, Sudirman, dan Cimindi. Dengan demikian, dari Pasar Baru, kawasan pecinan meluas ke daerah-daerah tersebut. Warga Tionghoa dan pribumi pun bersatu kembali.

Belanda menyebut kawasan ini Groote Post Weg. Pada masa pemerintahan Orde Lama (1945-1968), pemerintah membatasi bidang ekonomi dan politik. Akan tetapi, menurut Soeria Disastra, dari segi kebudayaan pemerintah membuka pintu lebar-lebar. Lain lagi dengan pemerintahan Orde Baru (1968-1998), warga Tionghoa mengalami pembatasan di segala bidang, kecuali ekonomi. Lagi-lagi, jurang pemisah itu pun muncul lagi.

Akan tetapi, pada zaman Reformasi (1998-2008), kehidupan sudah lebih baik. Kebebasan yang diberikan mencakup hampir di segala bidang. ”Pengakuan Imlek sebagai libur nasional adalah hal yang sangat berarti bagi kami,” kata Soeria.

Saat ini, daerah Pecinan di Bandung semakin luas meliputi Jalan Pasar Baru, Jalan ABC, Jalan Banceuy, Jalan Gardu Jati, Jalan Cibadak, dan Jalan Pecinan Bandung. Sie Tjoe Liong berpesan agar warga pribumi dan Tionghoa tetap akur. ”Sekarang mah ga ada pecinan teh. Sudah berbaur. Interaksi antara warga Tionghoa dan pribumi telah berlangsung lama. Kita adalah bangsa Indonesia,” kata dia.

Kamis, 18 November 2010

Peran Etnis Tionghoa dan Sejarah Kemerdekaan RI

Sejarah kemerdekaan Republik Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peran etnis Tionghoa yang memberikan dukungan tenaga, suplai logistik dan senjata. Keterlibatan etnis Tionghoa dalam upaya perjuangan menegakkan kemerdakaan RI, telah dimulai sejak lama.

Bahkan Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, dilaksanakan dirumah seorang Tionghoa bernama Sie Kok Liong, yang sekarang dijadikan sebagai Museum Sumpah Pemuda.

Kita bisa menduga, sanksi seperti apa yang dijatuhkan pemerintah Kolonial Hindia Belanda kepada Sie Kok Liong yang mengizinkan pemuda Indonesia melaksanakan kongres di rumahnya. Namun demikian, nama Sie Kok Liong atau Muhammad Cia ini seakan mulai terhapus dari sejarah kemerdekaan Indonesia.

Selain Sie Kok Liong, keterlibatan etnis Tionghoa dalam perjuangan menegakkan kemerdekaan RI juga dilakukan oleh Liem Koen Hian di Surabaya. Pada 1932, Liem Koen Hian mendirikan Partai Tionghoa Indonesia (PTI), yang perlu kita catat disini adalah digunakannya istilah Indonesia, yang waktu itu diharamkan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Perlu diingat pula, pada saat itu etnis Tionghoa juga mengalami diskriminasi dan dikategorikan sebagai bangsa Timur Jauh oleh pihak penjajah Hindia Belanda.

Selain PTI juga ada gerakan bawah tanah yang bernama Chung Yang Hai Wei Ting Chin atau Chungking. Organisasi yang bermarkas di Malang ini dipimpin oleh Yap Bo Chin. Anggota Chungking ribuan orang dan tersebar merata di seluruh pulau Jawa.

Organisasi ini berwatak radikal, tak jarang mereka melakukan sabotase terhadap jaringan telepon dan membongkar rel kereta api. Tujuannya untuk menghambat proses komunikasi dan pengiriman logistik bagi tentara penjajah di daerah pedalaman.

Peran etnis Tionghoa dalam perjuangan bersenjata untuk menegakkan kemerdekaan Indonesia, tampak semakin kentara. Jaringan kolega kelompok etnis Tionghoa ini banyak membantu suplai logistik dan persenjataan yang diselundupkan dari Singapura.

Pasang Surut Etnis Tionghoa

Menjelang proklamasi kemerdekaan RI, setidaknya terdapat empat orang etnis Tionghoa yang duduk dalam Badan Penyelidik Upaya Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan seorang dalam Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).

Sedangkan pada masa awal-awal kemerdekaan, etnis Tionghoa juga diberi peran politik. Dimana Mr. Tan Po Gwan diangkat menjadi Menteri Negara Urusan Tionghoa dalam kabinet Sjahrir kedua. Selain itu, dalam kabinet Amir Sjarifoedin diangkat dua menteri dari etnis Tionghoa. Yaitu, Siauw Giok Tjhan yang diangkat sebagai Menteri Negara mewakili etnis Tionghoa dan Dr. Ong Eng Die yang diangkat sebagai Wakil Menteri Keuangan.

Dr. Ong Eng Die ini selanjutnya ditunjuk sebagai Menteri Keuangan dalam kabinet Ali Sastroamidjojo. Selain Dr. Ong Eng Die, Ali Sastroaidjojo juga menunjuk Lie Kiat Teng sebagai Menteri Kesehatan.

Peran politik yang diberikan kepada etnis Tionghoa ini bukan melulu pada pemberian jabatan publik. Dalam politik diplomasi melalui serangkaian perundingan pun, pemerintah Indonesia juga menunjuk orang-orang dari etnis Tionghoa untuk duduk sebagai anggota tim delegasi. Dalam perjanjian Renville ada Dr. Tjoa Siek In, sementara dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) ada Dr. Sim Kie Ay.

Ketika Indonesia berbentuk Republik Indonesia Serikat (RIS) tahun 1950, terdapat enam orang etnis Tionghoa yang duduk dalam parlemen RIS. Mereka mewakili Negara Republik Indonesia dan Negara-negara bagian yang ada dalam konsep RIS.

Keenamnya adalah, Siauw Giaok Tjhan dan Drs. Yap Tjwan Bing (Wakil Republik Indonesia), Mr. Tan Tjin Leng (Negara Indonesia Timur), Ir. Tan Boen Aan dan Mr Tjoa Sie Hwi (Negara Jawa Timur) serta Tjoeng Lin Seng (Negara Kalimantan Barat)

Bahkan yang mengejutkan, dalam pemilu 1955 banyak orang Tionghoa yang berhasil menduduki kursi parlemen dan berangkat dari partai poltik Islam, yaitu Oei Tjeng Hien (Masjumi) serta Tan Oen Hong dan Tan Kim Long (NU).

Pada zaman orde baru, pemerintah melarang segala aktivitas yang berkaitan dengan budaya Tionghoa. Larangan ini bukan hanya membatasi aktivitas politik orang-orang Tionghoa, melainkan juga aktivitas budayanya. Bahkan pada masa ini dikeluarkan aturan bagi orang Tionghoa untuk mengganti namanya dengan nama Indonesia. Namun setelah reformasi, etnis Tionghoa memiliki ruang kembali untuk mengekspresikan nilai budaya dan kehendak politiknya secara bebas.

Sejarah Masyarakat Tionghoa di Surabaya (1910-1946)

Komunitas Tionghoa yang tersebar di Indonesia merupakan komunitas yang masing-masing memiliki ciri khas dan tentunya memiliki sejarah tersendiri. Bahkan, sejarawan Denys Lombard dalam Nusa Jawa: Silang Budaya , Jaringan Asia menuliskan satu bab khusus ‘Warisan Cina’mengenai masuknya komunitas ini ke Jawa.
Komunitas Tionghoa tersebut dapat ditemui di hampir seluruh kota besar di Indonesia dengan variasi jumlah yang berbeda. Namun, tetap saja perlakuan terhadap mereka, sampai sekarang masih terasa diskriminatif dan dalam benak penduduk pribumi masih tersimpan stereotip yang memang sengaja dibuat sejak berabad-abad silam. Pun sejarah mencatat, peristiwa-peristiwa politis yang terjadi di Nusantara, mulai di masa VOC 1740 hingga reformasi 1998 selalu menyeret kelompok komunitas ini sebagai korban.
Salah satu kota besar tempat bermukim masyarakat Tionghoa di Indonesia adalah Surabaya, Jawa Timur. Surabaya merupakan salah satu kota penting di Jawa dan salah satu kota tertua di Indonesia. Di masa kolonial, kota ini berkembang dan menjadi salah satu kota modern. Tidaklah mengherankan jika dalam satu buku panduan wisata dari awal abad ke-20 menyebutkan Surabaya sebagai pintu masuk di Jawa bagi para pelancong, di samping Batavia (Jakarta).
Awal abad ke-20, Surabaya berkembang menjadi kota dagang yang besar dan ramai. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya masyarakat yang tinggal di kota tersebut. Dalam autobiografinya Soekarno menyebutkan Surabaya adalah kota pelabuhan yang sibuk dan ribut, lebih menyerupai kota New York. Pelabuhannya baik dan menjadi pusat perdagangan yang aktif. Surabaya juga menjadi kota tempat perlombaan dagang yang kuat dari orang-orang Tionghoa yang cerdas, ditambah arus yang besar dari para pelaut dan pedagang yang membawa berita-berita dari segala penjuru dunia.
Sebagai salah satu kelompok masyarakat yang datang dan menetap di Surabaya, jumlah orang Tionghoa semakin meningkat. Bila dibandingkan dengan kelompok imigran lain, Arab dan India, masyarakat Tionghoa menempati jumlah terbesar. Hal ini dapat dilihat dari data pada tahun 1920, penduduk Tionghoa di Surabaya berjumlah 18.020 orang, Arab 2.539 orang, dan etnik Timur Asing lainnya 165 orang.
Diangkat dari skripsi di jurusan sejarah Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada, buku Komunitas Tionghoa Surabaya (1910-1946) membahas masyarakat Tionghoa di Surabaya di masa kolonial yang dikaitkan dengan adanya gejolak sosial pada golongan Tionghoa. Penulis mencoba mengaitkan gejolak sosial masyarakat Tionghoa dengan kebijakan politik penguasa selama tiga masa.
Mulai dari pemerintah kolonial yang mengeluarkan peraturan yang membatasi gerak orang-orang Tionghoa seperti wijkenstelsel, passenstelsel (pas jalan), politierol (hal.69-79), peraturan masa pada pendudukan Jepang yang memerintahkan pada warga Tionghoa untuk menyediakan perempuan penghibur dari kalangan Tionghoa (hal.89) hingga berpuncak pada pemogokan selama 4 hari berturut-turut oleh pedagang dan pengusaha Tionghoa di Surabaya pada masa awal kemerdekaan 10 –13 Januari 1946. Pemogokan ini merupakan protes atas tingkah laku sewenang-wenang dan kambing hitam yang didasarkan pada diskriminasi rasial dalam penyediaan barang keperluan sehari-hari tentara dan personil pemerintahan pendudukan Sekutu. Pembahasan mengenai pemogokan ini secara lugas dapat dilihat pada bab 5 (hal.103-118) yang menjelaskan faktor-faktor yang mendorong terjadinya peristiwa pemogokan tersebut. Hanya saja dalam buku ini ada kesalahan cetak, tahun 1949 seharusnya dicetak 1946 (hal.103).
Secara khusus masyarakat Tionghoa di Surabaya dalam buku ini dibahas pada Bab 3 yang memuat keragaman asal usul yang terdiri dari berbagai suku bangsa, seperti Hokkian, Hakka, Teo-Chiu (hal.37-41), perbedaan antara orang Tionghoa totok (singkeh) dan peranakan (hal.41-45), ragam stratifikasi sosial (hal.45-48), agama dan kepercayaan (hal.48-50), organisasi-organisasi masyarakat Tionghoa (hal.50-54), jenis-jenis pekerjaan (hal.55-59), dan para pemimpin komunitas Tionghoa (hal.60-62).
Peraturan diskriminatif pada warga Tionghoa sebenarnya dapat ditelusuri ke belakang dengan melihat peraturan-peraturan yang dibuat berabad-abad lalu. Dalam Regeringsreglement tahun 1854, masyarakat Hindia Belanda dibagi dalam tiga golongan besar yaitu Europeanen (golongan orang Eropa), Vreemde Oosterlingen (Timur Asing), dan Inlander (pribumi). Pada pembagian secara rasial ini, orang Tionghoa dimasukkan dalam kelompok Timur Asing bersama orang India, Arab, dan Melayu. Pemisahan ini dimaksudkan untuk alasan keamanan. Mereka diharuskan mengenakan pakaian khas, ciri khas fisik kelompoknya masing-masing, seperti penggunaan thaucang (kuncir) bagi para pria Tionghoa. Khusus untuk istilah golongan Vreemde Oosterlingen merupakan pergeseran nama dari Vreemdelingen yang berlaku pada abad ke-17 dan ke-18.
Peraturan berikutnya adalah wijkenstelsel, pemusatan pemukiman orang Tionghoa, yang dikeluarkan pada tahun 1866 dan dimuat dalam Staatsblad van Nederlandsch Indië No 57. Peraturan ini menyebutkan bahwa para pejabat setempat menunjuk tempat-tempat yang dapat digunakan sebagai wilayah pemukiman orang Tionghoa dan Timur Asing lainnya. Lagi-lagi, peraturan ini untuk keamanan. Maksudnya, supaya orang-orang tersebut mudah diawasi. Bagi mereka yang melanggar dengan tetap tinggal di luar dari wilayah yang telah ditentukan, akan dikenakan sanksi penjara atau denda sebesar 25-100 gulden dengan diberi batas waktu tinggal. Di Surabaya, tempat yang ditunjuk sebagai wilayah pemukiman orang Tionghoa adalah di sebelah timur Jembatan Merah, daerah di sepanjang aliran Sungai Mas seperti Kapasa, Kembang Jepun, Panggoeng, Songoyudan, Bibis, dan Bongkaran. Wilayah Pecinan ini tepat berada di depan kantor residen Surabaya.
Disamping wijkenstelsel ada pula peraturan lain yaitu passenstelsel yang berlaku sejak 1816. Orang Tionghoa harus membawa kartu pas jalan jika hendak mengadakan perjalanan keluar daerah. Bagi mereka yang tidak mendaftarkan diri dan ketahuan tidak membawa kartu tersebut dalam perjalanan akan dikenai sanksi hukuman atau denda sebesar 10 gulden. Peraturan ini sangat merepotkan orang Tionghoa, terutama dalam hal mengembangkan perdagangan mereka. Hal itu karena prosedur yang sulit dan waktu pembuatan yang cukup lama.
Dalam hal peradilan, sejak 1848 bagi masyarakat Tionghoa berlaku peradilan politierol. Maksudnya suatu peradilan polisi dimana kepala polisi berhak bertindak sebagai hakim. Ia berhak memberi keputusan hukuman tanpa harus mendengarkan keterangan saksi terlebih dahulu. Jelas, dalam sistem ini unsur pemerasan dan ketidakadilan seringkali terjadi.
Perlakuan pemerintah Hindia Belanda tersebut menimbulkan semangat dan keinginan untuk menggalang persatuan di antara orang-orang Tionghoa perantauan, Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang dibentuk pada 1900, Siang Hwee (Kamar dagang Tionghoa) yang dibentuk pada 1907, serta Chung Hua Hui. THHK dan Siang Hwee di Surabaya merupakan cabang dari Batavia. Mereka memiliki paham bahwa orang Tionghoa perantauan memiliki musuh bersama yaitu orang Belanda dan Eropa yang harus dihadapi dengan menguatkan perasaan nasionalisme. Pemerintah Hindia Belanda menganggap hal tersebut cukup berbahaya sehingga mereka mulai melonggarkan aturan yang membatasi orang Tionghoa dengan imbalan gerakan nasionalisme di kalangan Tionghoa harus dibatasi dan dikekang.
Hasil ketelitian dan kecermatan penulis dalam menggali sumber tertulis maupun lisan menghasilkan satu kajian lokal peranan masyarakat Tionghoa pada awal abad ke-20 di salah satu kota besar di Indonesia. Suatu hal yang patut dihargai untuk lebih dapat memahami peranan sejarah hubungan komunitas Tionghoa dengan komunitas lainnya di Nusantara, seperti halnya penerbitan ulang buku Indonesia dalam Api dan Bara, karya Tjamboek Berdoeri (Kwee Thiam Tjing) yang menggambarkan situasi kota Malang tahun 1939 hingga 1947.
Terlepas dari uniknya sejarah masing-masing komunitas Tionghoa di Indonesia tampaknya mereka masih mendapat perlakuan diskriminatif, misalnya dalam Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI). Penghapusan diskriminasi setelah Keppres No 56 tahun 1996 dan Inpres No 4 tahun 1999 sepertinya tidak efektif. Hal tersebut mungkin karena tidak jelasnya siapa (baca: lembaga mana) yang harus melakukannya. Apakah hanya tugas Departemen Kehakiman dan HAM semata?
Akhirnya kita semua pun harus dapat belajar dari sejarah untuk tidak mengulangi prasangka rasis gila yang menurut seorang prajurit Belanda di awal abad ke-20 dalam Gedenkschrift van een oud koloniaal sebagai hal yang menggelikan dan ide tolol.

Sejarah Suku Tionghoa di Bangka Belitung,

:

Sejarah toleransi antarsuku, agama, ras, dan golongan di Kepulauan Bangka Belitung sudah terjalin sejak berabad-abad silam. Jalinan itu bermula dari kedatangan masyarakat China ke kepulauan itu, kemudian membaur bersama kelompok masyarakat Melayu, Jawa, Bugis, dan kelompok lain.

Penulis sejarah WP Goeneveldt, dalam buku Historical Notes on Indonesia and Malaya: Compiled from Chinese Source, menyebutkan, pembahasan tentang Pulau Bangka pernah ditulis dalam kitab klasik China, Hsing-cha Sheng-lan (tahun 1436). Diceritakan, Bangka Belitung merupakan wilayah kepulauan yang memiliki tradisi unik dan pemandangan indah dengan sungai-sungai dan tanah datar.

Sumber lain menyebutkan, komunitas China mulai menetap di Pulau Belitung tahun 1293. Saat akhir kejayaan Kerajaan Sriwijaya itu, rombongan kapal tentara China yang berlayar hendak menyerang Kerajaan Singasari, Jawa Timur, dihantam badai besar. Rombongan itu terdampar dan akhirnya menetap di Belitung. Pada abad ke-18 tentara China di bawah kepemimpinan Laksamana Cheng Ho juga sempat singgah di Pulau Belitung.

Kehadiran bangsa China secara besar-besaran di Kepulauan Bangka Belitung berawal dari penambangan timah pada awal abad ke-18. Mary F Somers Heidhues dalam Bangka Tin and Mentok Pepper memaparkan, ribuan pekerja asal China datang secara massal sebagai kuli kontrak di penambangan timah di Bangka dan Belitung tahun 1710.

Kuli kontrak itu umumnya berasal dari daerah utara Kwantung dan selatan Fukien, China, dan biasa disebut Hakka. Kadang, mereka dipanggil Xinke atau orang Khek. Selain itu, ada kaum Hokkian yang datang atas kemauan sendiri untuk berdagang. Kelompok lain yang datang adalah kelompok Hainan, Kanton, dan kelompok Techiu. Setiap kelompok memiliki bahasa sendiri-sendiri.

Sebagian kuli kontrak pulang kembali ke kampung halaman di China, sebagian lagi menetap di sejumlah kawasan di Pulau Belitung. Mereka yang tinggal rata-rata kaum lelaki dan akhirnya menikah dengan kaum perempuan lokal.

Menurut pengamat budaya asal Pangkalpinang, Willy Siswanto, sejarah ini memunculkan kesadaran bersama di antara masyarakat China dan Melayu serta kelompok lain di Bangka Belitung. Mereka sama-sama menyadari, kehidupan di kepulauan itu berangkat dari usaha timah. Kesadaran ini melahirkan kedekatan emosional dan ada perasaan senasib, tanpa memedulikan suku, ras, dan golongan.

Kesadaran itu lantas diturunkan dari generasi ke generasi, baik oleh masyarakat China, Melayu, maupun kelompok lain. Kebetulan sekali, kawasan Bangka Belitung tidak memiliki sejarah kerajaan besar yang mewariskan feodalisme-monarki sehingga tidak memicu budaya kelas. Tak ada stratifikasi sosial di kepulauan itu.

Meski ada ikatan sejarah, hubungan Melayu-Tionghoa di Bangka Belitung sebenarnya juga tak luput dari gesekan. Menurut Suhaimi Sulaiman, pada masa penjajahan Belanda, rasa iri terhadap orang-orang Tionghoa yang dianakemaskan oleh Belanda juga terjadi di wilayah kepulauan itu.

Namun, dalam perkembangannya, ketika Indonesia sudah merdeka, orang-orang Tionghoa di Bangka Belitung mulai berkolaborasi dengan orang-orang Melayu. ”Caranya ya itu tadi, mereka memberi berbagai kemudahan untuk orang Melayu,” kata Suhaimi.

Menelusuri Sejarah Etnis Tionghoa di Tangerang

Kota Tangerang mempunyai perjalanan sejarah tersendiri yang berhubungan dengan budaya Tionghoa. Kota yang dibelah oleh Sungai Cisadane ini, mempunyai kekhasan tersendiri menyangkut warga keturunan Tionghoanya, mereka dikenal dengan sebutan Cina Benteng. Kedatangannya sejak tahun 1700-an meninggalkan beberapa jejak penting yang sekarang masih dijaga kelestariannya.

Bersama dengan komunitas Historia, akhir Februari lalu penulis menyambangi beberapa situs budaya dan sejarah Tiong Hoa yang ada di kota Tangerang. Berkeliling menggunakan angkot, sambil ditemani udara panas Kota Tangerang, Perjalanan dimulai dari pukul sepuluh pagi hingga pukul tiga sore.

Klenteng Boen San Bio

Klenteng yang mempunyai nama lain Vihara Nimmala ini berada di kawasan Pasar Baru. Dengan usia 300 tahun, klenteng ini telah melalui berbagai perbaikan dan renovasi, terlebih sejak terjadinya kerusuhan 1998. Awalnya pada tahun 1689 klenteng ini hanyalah bangunan sederhana yang terdiri dari dinding Gedeg, tiang Bambu dan atap daun Rumbia.

Tepat bersebelahan dengan klenteng ini adalah Pura Kerta Jaya. Pura ini didirikan tahun 1988, kedua tempat ibadah ini merupakan gambaran toleransi akan keberagaman antar umat beragama di kota industri ini.

Klenteng Tjong Tek Bio dan Kampung Sewan Kongsi

Dari klenteng Boen San Bio, berlanjut ke klenteng Tjong Tek Bio. Nama lain dari klenteng ini adalah Vihara Maha Bodhi, berdiri pada tahun 1830, berada di daerah bernama Sewan Kongsi. Kampung Sewan sendiri berasal dari kata Sewaaan, wilayah kampung ini dulu disewakan kepada warga etnis Tionghoa untuk tempat tinggal dan berkebun.

Berada di dekat bendungan Pintu air 10, rumah – rumah di kampung ini masih banyak yang bergaya Tionghoa. Dengan pintu terletak di tengah diapit jendela, kusen bagian atas pintu selalu ditempelkan kertas berupa sajak dalam bahasa China yang biasa disebut Tuilian. Selain itu ada juga tulisan China yang ditulis diatas kertas berwarna merah atau kuning yang biasa disebut Hu, fungsinya sebagai penolak Bala.

Di belakang kampung ini,terlihat Bendungan Pintu Air 10 berdiri megah. Bendungan yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda ini dibangun pada tahun 1927 dan mulai dioperasikan pada tahun 1932. Disebut Bendungan Pintu Air 10 karena memang pada bendungan ini terdapat 10 buah pintu air yang dibuka tutup secara bergantian tergantung debit air sungai Cisadane. Bedungan ini dahulu berfungsi selain sebagai pengatur debit air sungai Cisadane juga sebagai sumber pengairan untuk 1.500 ha sawah kala itu.

Klenteng Tjo Su Bio dan kelenteng Boen tek Bio

Semakin siang, perjalanan dilanjutkan ke klenteng tua lainnya. Klenteng Tjo Su Bio berdiri pada tahun 1946, terletak di kampung Rawa Kucing . Tidak banyak yang istimewa dari klenteng ini, kecuali adanya patung Dewa Kera Sung Go Kong yang langsung jadi spot menarik untuk berfoto.

Lain dengan klenteng Boen Tek Bio, Boen berarti sastra, Tek artinya kebajikan dan bio artinya kelenteng. Tempat ini merupakan klenteng tertua di Kota Tangerang, berdiri pada tahun 1684. Dibangun atas atas bantuan secara gotong royong warga petak sembilan yang ada di Batavia. Di kompleks klenteng ini juga berdiri vihara Padumutara. Klenteng yang berada di kawasan Pasar Lama ini mempunyai tradisi selama ratusan tahun, yaitu ritual gotong Toapekong, patung –patung dewa dan perayaan Pe’cun. Lilin – lilin raksasa berdiri sebesar tubuh manusia di halaman depan, di sisi kiri dan kanan klenteng ini, terdapat ruang – ruang tempat berdoa dengan patung – patung dewa dewi yang berbeda – beda. Dewi Kwan Im adalah tuan rumah dari klenteng ini.

Dari klenteng tertua, kami pun beranjak menuju stasiun untuk kembali ke Jakarta. Puas rasanya berpanas –panas ria sambil menikmati warna – warni kelenteng, yang juga warna – warni kehidupan di Kota Tangerang.

Sejarah Tionghoa Di indonesia Yang terlupakan oleh Negara.

Sejarah Tionghoa Di indonesia Yang terlupakan oleh Negara

Milestone

1740 Pemberontakan orang tionghoa kepada VOC yg mengakibatkan Pembunuhan Rasial Terhadap Orang tionghoa selama 3 hari
di batavia
1848 Penggolongan system sosial secara ras oleh belanda
1850 Masuknya imigran tionghoa baru sebagai buruh perkebunan
1900 tiong hwa hwe koan thhk berdiri di batavia
1908 HCS sekolah belanda untuk orang tionghoa didirikan
1910 UU kewarganegaraan hindia belanda diterbitkan
1918 volksraad dibentuk belanda orang tionghoa memiliki wakil golongan tionghoa
1925 Pelarabgan pemindahan hak tanah kepada orang tionghoa
1927 Chung Hua Hui didirikan pada tahun 1927
1930 berdirinya Partai Tionghoa Indonesia di surabaya oleh liem Koen Hian
1946 beriri (SMH) SIN MING HUI atau sinar baru
peristiwa tanggerang anti tionghoa
1947 berdirinya po antui
1949 Partai Persatuan Tionghoa (PPT)
1950 Persatuan tionghoa berubah menjadi Partai Demokrasi Tionghoa Indonesia (PDTI)
1954 Badan Permusyaratan Kewarganegaran Indonesia (Baperki) Didirikan 12-13 Maret 1954
1955 Baperki mendirikan sekolah sekolah bagi orang tionghoa
Permusyawaratan Pemuda Indonesia (PPI) dilahirkan pada 28 Oktober 1955 undurbow Baperki
1958 berdirinya universitas res publika
1957 larangan anak tionghoa masuk sekolah belanda oleh jepang
1959 larangan org tionghoa berdagang di tingkat kabupaten/pedesaan kebawah hanya diperbolehkan di kota besar PP10
1962 berdirinya kampus URECA di surabaya
1963 kerusuhan anti tionghoa di jawabarat bandung dan sukabumi "peristiwa 10 mei" juga di jawa tengah
oei tjoe tat diangkat menjadi mentri
berdirinya Lembaga Pembinaan Kesatuan Bangsa (LPKB) yg disponsori oleh Militer
Peng Koen Auw Jong dan Jakob Utama menerbitkan Intisari terbit 17 Agustus 1963 pertamakali
1965 Meletus G30S/PKI yg mengakibatkan huruhara penangkanpan, pembunuhan , peruskan toko serta rumah dan anti tionghoa sampai dengan tahun 1968
Universiat res publika dibakar massa pemuda dan mahasiswa 15 oktober
Universiat res publika diambil alih dan berganti universitas trisakti didirikan 29 november
1966 Bapaerki dibubarkan oleh instruksi suharto 12 maret
terbit Kep MPRS xxxii yg melarang pers menggunakanaksara cina
terbit Inpres no 14 tentang pelarangan agama ,kepercayaan serta adat istiadat tionghoa
Pengusiran dan pemulangan orang tionghoa
laporan penutup seminar AD ke 2/ 1966 untuk menganti kata tionghoa menjadi CINA
1967 Sekolah baperki di 25 cabang dibubarkan/membubarkan diri 3 desember
intruksi LPKB 003/vii-2/1967 an InstMen Dalam negri no 4 tentang ganti nama tionghoa
Demontrasi orang tionghoa atas kekerasan atas orang tionghoa di beberapa daerah april
Pembubaran LPKB melalui KePres No220 1967
Berdirinya (SCUT) Staf Chusus Urusan Tjina sbg penerus tugas LPKB
1968 Kerusuhan anti cina di Surabaya
Kerusuhan anti cina di glodok oleh RPKAD
SNPC Sekolah nasional proyek chusus oleh SCUT
1970 Kerusuhan anti cina di manado
1973 pencabutan terbit Kep MPRS xxxii yg melarang pers menggunakanaksara cina
Kerusuhan anti cina di bandung
1974 Berdiri BPKB badan pembina kesatuan bangsa di jakarta oelh gubernur jakarta
Kerusuhan anti cina di jakarta
1975 SNPC Sekolah nasional proyek chusus dibubarkan
1977 terbit InMen dalam Negri no x01 mengenai K1 kusus warga tionghoa dijakarta
pekan komunikasi penghayatan Kesatuan Bangsa dr sini muncul ide mendirikan BAKOMPKB
Berdirinya BAKOMPKB yg merupakan neoLPKB
1978 terbit peraturan mentri kehakiman JB 3/4/12 ttg SKBRI
Surat Edaran Mendagri no 477/74054 1978 ttg petunjuk pengisian kolam agama yg melarang agama tidak resmi
1980 InPres no 2 1980 dan Kepres no 13
1983 KepMen Kehakiman M01-HL04.02 SKBRI hny menjadi syarat warga yg memiliki dwikewarganegaraan
1996 Terbitnya Kepres yg mencabut SKBRI
1998 Kerusuhan rasial anti tionghoa 13-14 mei di jakarta, solo, medan , surabaya
Berdirinya SNB dan gandi
1999 berdirinya INTI, PSMTI,PARTI, SIMPATIK
Peringatan 1 tahun Kerusuhan Mei oleh simpatik di reruntuhan Glodok City jakarta barat
2000 Simpatik Melakukan Demonstrasi Di Depan Istana Negara Menuntut penuntasan
Pencabutan Inpres no 14 tentang pelarangan agama ,kepercayaan serta adat istiadat tionghoa oleh pres gusdur
Pencabutan Surat Edaran Mendagri no 477/74054 1978 ttg petunjuk pengisian kolam agama yg melarang agama tidak resmi
2004 kabupaten/Kota Solo Menerbitkan intruksi SKBRI tidak digunakan lagi
2006 Aug RUU kewarganegaraan disah kan menghapus kata WNI "asli/pribumi non pribumi" hasil kerja yayasan gandi(Gerakan Anti Diskriminasi) dan anggota DPR Murdaya Po diperjuangkan oleh orang tionghoa Wahyu Effendi dan teman KPC melati Keluaga Perkawinan Campur antar warga asing

2006 Des RUU Adminduk telah disahkan dan menghapus segala bentuk diskriminasi warga tionghoa dalam pencatatan Akta Lahir, Akta Pernikahan, Akta Kematian masuk sekolah/universitas,pembuatan pasport tanpa memerlukan SBKRI dan implementasi di lapangan dapat melaporkan kepada yang berwajib akan kena denda dan hukuman

Rabu, 17 November 2010

Peran Warga Tionghoa Bagi Republik Indonesia

Peran Sosial Budaya dan Pendidikan

Didirikannya sekolah-sekolah Tionghoa oleh organisasi Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) sejak 1900, mendorong berkembangnya pers dan sastra Melayu Tionghoa. Maka dalam waktu 70 tahun telah dihasilkan sekitar 3000 buku, suatu prestasi yang luar biasa bila dibandingkan dengan sastra yang dihasilkan oleh angkatan pujangga baru, angkatan 45, 66 dan pasca 66 yang tidak seproduktif itu. Dengan demikian komunitas ini telah berjasa dalam membentuk satu awal perkembangan bahasa Indonesia.

Sumbangsih warga Tionghoa Indonesia juga terlihat dalam koran Sin Po, dimana koran Sin Po menjadi koran pertama yang menerbitkan teks lagu Indonesia Raya setelah disepakati pada Sumpah Pemuda tahun 1928.

Nama Sie Kok Liong memang sangat jarang didengar oleh masyarakat Indonesia, namun Sie Kok Liong merupakan seorang warga Tionghoa yang menyewakan rumahnya bagi para pemuda dalam menyelenggarakan Sumpah Pemuda. Hanya sedikit catatan mengenai Sie Kok Liong, seiring dengan tumbuhnya sekolah-sekolah pada awal abad ke-20 di Jakarta tumbuh pula pondokan-pondokan pelajar untuk menampung mereka yang tidak tertampung di asrama sekolah atau untuk mereka yang ingin hidup lebih bebas di luar asrama yang ketat. Salah satu di antara pondokan pelajar itu adalah Gedung Kramat 106 milik Sie Kok Liong. Di Gedung Kramat 106 inilah sejumlah pemuda pergerakan dan pelajar sering berkumpul. Gedung itu, selain menjadi tempat tinggal dan sering digunakan sebagai tempat latihan kesenian Langen Siswo juga sering dipakai untuk tempat diskusi tentang politik para pemuda dan pelajar. Terlebih lagi setelah Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) didirikan pada September 1926. Selain dijadikan kantor PPPI dan kantor redaksi majalah Indonesia Raya yang diterbitkan oleh PPPI, berbagai organisasi pemuda sering menggunakan gedung ini sebagai tempat kongres. Bahkan pada 1928 Gedung Kramat 106 jadi salah satu tempat penyelenggaraan Kongres Pemuda II tanggal 27 - 28 Oktober 1928.

Universitas Trisakti yang kini menjadi salah satu universitas terkenal di Indonesia juga merupakan salah satu sumbangsih warga Tionghoa di Indonesia. Pada tahun 1958, universitas ini didirikan oleh para petinggi Baperki yang kebanyakan keturunan Tionghoa salah satunya yaitu Siauw Giok Tjhan, pada tahun 1962 oleh Presiden Soekarno nama universitas ini diganti menjadi Universitas Res Publika hingga 1965, dan sejak Orde Baru, universitas ini beralih nama menjadi Universitas Trisakti hingga sekarang.

Di Medan dikenal kedermawanan Tjong A Fie, rasa hormatnya terhadap Sultan Deli Makmun Al Rasyid diwujudkannya pengusaha Tionghoa ini dengan menyumbang sepertiga dari pembangunan Mesjid Raya Medan. Rumah peninggalan Tjong A Fie sampai sekarang masih ada di kota Medan walaupun bangunannya terlihat tidak terurus lagi.

Di Bagansiapiapi terdapat festival atau upacara bakar tongkang sebagai ucapan rasa syukur masyarakat Tionghoa Bagansiapapi atas perlindungan Dewa Ki Ong Ya. Upacara bakar tongkang sangat diandalkan pemerintah daerah setempat sebagai daya tarik wisata daerah dimana setiap tahunnya menyedot puluhan ribu kunjungan wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

Saat ini di Taman Mini Indonesia Indah sedang dibangun taman budaya Tionghoa Indonesia yang diprakarsai oleh PSMTI. Pembangunan taman ini direncanakan akan selesai sebelum tahun 2012 dengan biaya kurang lebih 50 milyar rupiah.

Kerusuhan Rasial terhadap Warga Tionghoa di Indonesia

Kerusuhan-kerusuhan yang menimpa etnis Tionghoa antara lain pembunuhan massal di Jawa 1946-1948, peristiwa rasialis 10 Mei 1963 di Bandung, 5 Agustus 1973 di Jakarta, Malari 1974 di Jakarta, Kerusuhan Mei 1998 di beberapa kota besar seperti Jakarta, Medan, Bandung, Solo ,dll. serta berbagai kerusuhan rasial lainnya.[rujukan?]

Beberapa contoh kerusuhan rasial yang terjadi yaitu :

Bandung, 10 Mei 1963 Kerusuhan anti suku peranakan Tionghoa terbesar di Jawa Barat. Awalnya, terjadi keributan di kampus Institut Teknologi Bandung antara mahasiswa pribumi dan non-pribumi. Keributan berubah menjadi kerusuhan yang menjalar ke mana-mana, bahkan ke kota-kota lain seperti Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan Medan.

Pekalongan, 31 Desember 1972 Terjadi keributan antara orang-orang Arab dan peranakan Tionghoa. Awalnya, perkelahian yang berujung terbunuhnya seorang pemuda Tionghoa. Keributan terjadi saat acara pemakaman.

Palu, 27 Juni 1973 Sekelompok pemuda menghancurkan toko Tionghoa. Kerusuhan muncul karena pemilik toko itu memakai kertas yang bertuliskan huruf Arab sebagai pembungkus dagangan.

Bandung, 5 Agustus 1973 Dimulai dari serempetan sebuah gerobak dengan mobil yang berbuntut perkelahian. Kebetulan penumpang mobil orang-orang Tionghoa. Akhirnya, kerusuhan meledak di mana-mana.

Ujungpandang, April 1980 Suharti, seorang pembantu rumah-tangga meninggal mendadak. Kemudian beredar desas-desus: Ia mati karena dianiaya majikannya seorang Tionghoa. Kerusuhan rasial meledak. Ratusan rumah dan toko milik suku peranakan Tionghoa dirusak.

Medan, 12 April 1980 Sekelompok mahasiswa USU bersepeda motor keliling kota, sambil memekikkan teriakan anti suku peranakan Tionghoa. Kerusuhan itu bermula dari perkelahian.

Solo, 20 November 1980 Kerusuhan melanda kota Solo dan merembet ke kota-kota lain di Jawa Tengah. Bermula dari perkelahian pelajar Sekolah Guru Olahraga, antara Pipit Supriyadi dan Kicak, seorang pemuda suku peranakan TiongHoa. Perkelahian itu berubah menjadi perusakan dan pembakaran toko-toko milik orang-orang TiongHoa.

Surabaya, September 1986 Pembantu rumah tangga dianiaya oleh majikannya suku peranakan TiongHoa. Kejadian itu memancing kemarahan masyarakat Surabaya. Mereka melempari mobil dan toko-toko milik orang-orang TiongHoa.

Pekalongan, 24 November 1995 Yoe Sing Yung, pedagang kelontong, menyobek kitab suci Alquran. Akibat ulah penderita gangguan jiwa itu, masyarakat marah dan menghancurkan toko-toko milik orang-orang Tiong Hoa.

Bandung, 14 Januari 1996 Massa mengamuk seusai pertunjukan musik Iwan Fals. Mereka melempari toko-toko milik orang-orang TiongHoa. Pemicunya, mereka kecewa tak bisa masuk pertunjukan karena tak punya karcis.

Rengasdengklok, 30 Januari 1997 Mula-mula ada seorang suku peranakan Tiong Hoa yang merasa terganggu suara beduk Subuh. Percekcokan terjadi. Masyarakat mengamuk, menghancurkan rumah dan toko TiongHoa.

Ujungpandang, 15 September 1997 Benny Karre, seorang keturunan Tiong Hoa dan pengidap penyakit jiwa, membacok seorang anak pribumi, kerusuhan meledak, toko-toko TiongHoa dibakar dan dihancurkan.

Februari 1998 Kraksaan, Donggala, Sumbawa, Flores, Jatiwangi, Losari, Gebang, Pamanukan, Lombok, Rantauprapat, Aeknabara: Januari – Anti Tionghua

Kerusuhan Mei 1998 Salah satu contoh kerusuhan rasial yang paling dikenang masyarakat Tionghoa Indonesia yaitu Kerusuhan Mei 1998.

Pada kerusuhan ini banyak toko-toko dan perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh amuk massa — terutama milik warga Indonesia keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung, dan Solo. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang terbunuh, terluka, mengalami pelecehan seksual, penderitaan fisik dan batin serta banyak warga keturunan Tionghoa yang meninggalkan Indonesia.

Sampai bertahun-tahun berikutnya Pemerintah Indonesia belum mengambil tindakan apapun terhadap nama-nama besar yang dianggap provokator kerusuhan Mei 1998. Bahkan pemerintah mengeluarkan pernyataan berkontradiksi dengan fakta yang sebenarnya yang terjadi dengan mengatakan sama sekali tidak ada pemerkosaan massal terhadap wanita keturunan Tionghoa disebabkan tidak ada bukti-bukti konkret tentang pemerkosaan tersebut.

Sebab dan alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari ini. Namun demikian umumnya orang setuju bahwa peristiwa ini merupakan sebuah lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa pihak, terutama pihak Tionghoa, berpendapat ini merupakan tindakan pembasmian orang-orang tersebut.

5-8 Mei 1998 Medan, Belawan, Pulobrayan, Lubuk-Pakam, Perbaungan, Tebing-Tinggi, Pematang-Siantar, Tanjungmorawa, Pantailabu, Galang, Pagarmerbau, Beringin, Batangkuis, Percut Sei Tuan: Ketidakpuasan politik yang berkembang jadi anti Tionghoa.

Jakarta, 13-14 Mei 1998 Kemarahan massa akibat penembakan mahasiswa Universitas Trisakti yang dikembangkan oleh kelompok politik tertentu jadi kerusuhan anti Cina. Peristiwa ini merupakan persitiwa anti Cina paling besar sepanjang sejarah Republik Indonesia. Sejumlah perempuan keturunan Tionghoa diperkosa.

Solo, 14 Mei 1998 Ketidakpuasan politik yang kemudian digerakkan oleh kelompok politik tertentu menjadi kerusuhan anti Tionghua

Thionghoa Indonesia

Suku bangsa Tionghoa (biasa disebut juga Cina) di Indonesia adalah salah satu etnis di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokkien), Tengnang (Tiochiu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren (Hanzi: 唐人, "orang Tang"). Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa-Indonesia mayoritas berasal dari Cina selatan yang menyebut diri mereka sebagai orang Tang, sementara orang Cina utara menyebut diri mereka sebagai orang Han (Hanzi: 漢人, hanyu pinyin: hanren, "orang Han").

Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari Cina menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari Cina ke Nusantara dan sebaliknya.

Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia, sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

Asal kata
Kata Tionghwa telah digunakan dalam surat setia kepada tentara Nippon ini.

Tionghoa atau tionghwa, adalah istilah yang dibuat sendiri oleh orang keturunan Cina di Indonesia, yang berasal dari kata zhonghua dalam Bahasa Mandarin. Zhonghua dalam dialek Hokkian dilafalkan sebagai Tionghoa.

Wacana Cung Hwa setidaknya sudah dimulai sejak tahun 1880, yaitu adanya keinginan dari orang-orang di Cina untuk terbebas dari kekuasaan dinasti kerajaan dan membentuk suatu negara yang lebih demokratis dan kuat. Wacana ini sampai terdengar oleh orang asal Cina yang bermukim di Hindia Belanda yang ketika itu dinamakan Orang Cina.

Sekelompok orang asal Cina yang anak-anaknya lahir di Hindia Belanda, merasa perlu mempelajari kebudayaan dan bahasanya. Pada tahun 1900, mereka mendirikan sekolah di Hindia Belanda, di bawah naungan suatu badan yang dinamakan "Tjung Hwa Hwei Kwan", yang bila lafalnya diindonesiakan menjadi Tiong Hoa Hwe Kwan (THHK). THHK dalam perjalanannya bukan saja memberikan pendidikan bahasa dan kebudayaan Cina, tapi juga menumbuhkan rasa persatuan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda, seiring dengan perubahan istilah "Cina" menjadi "Tionghoa" di Hindia Belanda.

Populasi Di Indonesia
Berdasarkan Volkstelling (sensus) di masa Hindia Belanda, populasi Tionghoa-Indonesia mencapai 1.233.000 (2,03%) dari penduduk Indonesia di tahun 1930. Tidak ada data resmi mengenai jumlah populasi Tionghoa di Indonesia dikeluarkan pemerintah sejak Indonesia merdeka. Namun ahli antropologi Amerika, G.W. Skinner, dalam risetnya pernah memperkirakan populasi masyarakat Tionghoa di Indonesia mencapai 2.505.000 (2,5%) pada tahun 1961.

Dalam sensus penduduk pada tahun 2000, ketika untuk pertama kalinya responden sensus ditanyai mengenai asal etnis mereka, hanya 1% dari jumlah keseluruhan populasi Indonesia mengaku sebagai Tionghoa. Perkiraan kasar yang dipercaya mengenai jumlah suku Tionghoa-Indonesia saat ini ialah berada di antara kisaran 4% - 5% dari seluruh jumlah populasi Indonesia.

Daerah asal di Cina
Peta distribusi daerah asal leluhur suku Tionghoa-Indonesia

Ramainya interaksi perdagangan di daerah pesisir tenggara Cina, menyebabkan banyak sekali orang-orang yang juga merasa perlu keluar berlayar untuk berdagang. Tujuan utama saat itu adalah Asia Tenggara. Karena pelayaran sangat tergantung pada angin musim, maka setiap tahunnya para pedagang akan bermukim di wilayah-wilayah Asia Tenggara yang disinggahi mereka. Demikian seterusnya ada pedagang yang memutuskan untuk menetap dan menikahi wanita setempat, ada pula pedagang yang pulang ke Cina untuk terus berdagang.

Orang-orang Tionghoa di Indonesia, umumnya berasal dari tenggara Cina. Mereka termasuk suku-suku:

* Hakka
* Hainan
* Hokkien
* Kantonis
* Hokchia
* Tiochiu

Daerah asal yang terkonsentrasi di pesisir tenggara ini dapat dimengerti, karena dari sejak zaman Dinasti Tang kota-kota pelabuhan di pesisir tenggara Cina memang telah menjadi bandar perdagangan yang ramai. Quanzhou pernah tercatat sebagai bandar pelabuhan terbesar dan tersibuk di dunia pada zaman tersebut.

Daerah konsentrasi

Sebagian besar dari orang-orang Tionghoa di Indonesia menetap di pulau Jawa. Daerah-daerah lain di mana mereka juga menetap dalam jumlah besar selain di daerah perkotaan adalah: Sumatera Utara, Bangka-Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Lombok, Kalimantan Barat, Banjarmasin dan beberapa tempat di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara.

* Hakka - Aceh, Sumatera Utara, Batam, Sumatera Selatan, Bangka-Belitung, Lampung, Jawa, Kalimantan Barat,Banjarmasin, Sulawesi Selatan, Manado, Ambon dan Jayapura.
* Hainan - Pekanbaru, Batam, dan Manado.
* Hokkien - Sumatera Utara, Riau ( Pekanbaru Selatpanjang, Bagansiapiapi, dan Bengkalis), Padang, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa, Bali (terutama di Denpasar dan Singaraja), Banjarmasin, Kutai, Sumbawa, Manggarai, Kupang, Makassar, Kendari, Sulawesi Tengah, Manado, dan Ambon.
* Kantonis - Jakarta, Makassar dan Manado.
* Hokchia - Jawa (terutama di Bandung, Cirebon, Banjarmasin dan Surabaya).
* Tiochiu - Sumatera Utara, Riau, Riau Kepulauan, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat (khususnya di Pontianak dan Ketapang).

Di Tangerang Banten, masyarakat Tionghoa telah menyatu dengan penduduk setempat dan mengalami pembauran lewat perkawinan, sehingga warna kulit mereka kadang-kadang lebih gelap dari Tionghoa yang lain. Istilah buat mereka disebut Cina Benteng. Keseniannya yang masih ada disebut Cokek, sebuah tarian lawan jenis secara bersama dengan iringan paduan musik campuran Cina, Jawa, Sunda dan Melayu.

Masa masa Awal
Orang dari Tiongkok daratan telah ribuan tahun mengunjungi dan mendiami kepulauan Nusantara.

Beberapa catatan tertua ditulis oleh para agamawan, seperti Fa Hien pada abad ke-4 dan I Ching pada abad ke-7. Fa Hien melaporkan suatu kerajaan di Jawa ("To lo mo") dan I Ching ingin datang ke India untuk mempelajari agama Buddha dan singgah dulu di Nusantara untuk belajar bahasa Sansekerta dahulu. Di Jawa ia berguru pada seseorang bernama Jñânabhadra.

Dengan berkembangnya kerajaan-kerajaan di Nusantara, para imigran Tiongkok pun mulai berdatangan, terutama untuk kepentingan perdagangan. Pada prasasti-prasasti dari Jawa orang Cina disebut-sebut sebagai warga asing yang menetap di samping nama-nama sukubangsa dari Nusantara, daratan Asia Tenggara dan anakbenua India. Dalam suatu prasasti perunggu bertahun 860 dari Jawa Timur disebut suatu istilah, Juru Cina, yang berkait dengan jabatan pengurus orang-orang Tionghoa yang tinggal di sana. Beberapa motif relief di Candi Sewu diduga juga mendapat pengaruh dari motif-motif kain sutera Tiongkok.[8]

Catatan Ma Huan, ketika turut serta dalam ekspedisi Cheng Ho, menyebut secara jelas bahwa pedagang Cina muslim menghuni ibukota dan kota-kota bandar Majapahit (abad ke-15) dan membentuk satu dari tiga komponen penduduk kerajaan itu.[9] Ekspedisi Cheng Ho juga meninggalkan jejak di Semarang, ketika orang keduanya, Wang Jinghong, sakit dan memaksa rombongan melepas sauh di Simongan (sekarang bagian dari Kota Semarang). Wang kemudian menetap karena tidak mampu mengikuti ekspedisi selanjutnya. Ia dan pengikutnya menjadi salah satu cikal-bakal warga Tionghoa Semarang. Wang mengabadikan Cheng Ho menjadi sebuah patung (disebut "Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong"), serta membangun kelenteng Sam Po Kong atau Gedung Batu.[10] Di komplek ini Wang juga dikuburkan dan dijuluki "Mbah Jurumudi Dampo Awang".[11]

Sejumlah sejarawan juga menunjukkan bahwa Raden Patah, pendiri Kesultanan Demak, memiliki darah Tiongkok selain keturunan Majapahit. Beberapa wali penyebar agama Islam di Jawa juga memiliki darah Tiongkok, meskipun mereka memeluk Islam dan tidak lagi secara aktif mempraktekkan kultur Tionghoa.

Kitab Sunda Tina Layang Parahyang menyebutkan kedatangan rombongan Tionghoa ke muara Ci Sadane (sekarang Teluknaga) pada tahun 1407, di masa daerah itu masih di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda (Pajajaran). Pemimpinnya adalah Halung dan mereka terdampar sebelum mencapai tujuan di Kalapa.

Era kolonial

Di masa kolonial, Belanda pernah mengangkat beberapa pemimpin komunitas dengan gelar Kapiten Cina, yang diwajibkan setia dan menjadi penghubung antara pemerintah dengan komunitas Tionghoa. Beberapa diantara mereka ternyata juga telah berjasa bagi masyarakat umum, misalnya So Beng Kong dan Phoa Beng Gan yang membangun kanal di Batavia[rujukan?]. Di Yogyakarta, Kapiten Tan Djin Sing sempat menjadi Bupati Yogyakarta.[12]

Sebetulnya terdapat juga kelompok Tionghoa yang pernah berjuang melawan Belanda, baik sendiri maupun bersama etnis lain. Bersama etnis Jawa, kelompok Tionghoa berperang melawan VOC tahun 1740-1743. Di Kalimantan Barat, komunitas Tionghoa yang tergabung dalam "Republik" Lanfong berperang dengan pasukan Belanda pada abad XIX.

Dalam perjalanan sejarah pra kemerdekaan, beberapa kali etnis Tionghoa menjadi sasaran pembunuhan massal atau penjarahan, seperti pembantaian di Batavia 1740 dan pembantaian masa perang Jawa 1825-1830. Pembantaian di Batavia tersebut [13][14][4] melahirkan gerakan perlawanan dari etnis Tionghoa yang bergerak di beberapa kota di Jawa Tengah yang dibantu pula oleh etnis Jawa. Pada gilirannya ini mengakibatkan pecahnya kerajaan Mataram. Orang Tionghoa tidak lagi diperbolehkan bermukim di sembarang tempat. Aturan Wijkenstelsel ini menciptakan pemukiman etnis Tionghoa atau pecinan di sejumlah kota besar di Hindia Belanda.

Pendidikan

Kebangkitan nasionalisme di Hindia Belanda tidak terlepas dari perkembangan yang terjadi pada komunitas Tionghoa. Tanggal 17 Maret 1900 terbentuk di Batavia Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) yang mendirikan sekolah-sekolah, seperti di kota Garut dirintis dan didirikan pada tahun 1907 oleh seorang pengusaha hasil bumi saat itu bernama Lauw O Teng beserta kedua anak lelakinya bernama Lauw Tek Hay dan Lauw Tek Siang,dengan maksud agar orang Tionghoa bisa pintar, (kemudian jumlahnya mencapai 54 buah sekolah dan di tahun 1908 dan mencapai 450 sekolah tahun 1934). Inisiatif ini diikuti oleh etnis lain, seperti keturunan Arab yang mendirikan Djamiat-ul Chair meniru model THHK. Pada gilirannya hal ini menyadarkan priyayi Jawa tentang pentingnya pendidikan bagi generasi muda sehingga dibentuklah Budi Utomo.

Perekonomian

Target pemerintah kolonial untuk mencegah interaksi pribumi dengan etnis Tionghoa melalui aturan passenstelsel dan Wijkenstelsel itu ternyata menciptakan konsentrasi kegiatan ekonomi orang Tionghoa di perkotaan. Ketika perekonomian dunia beralih ke sektor industri, orang-orang Tionghoa paling siap berusaha dengan spesialisasi usaha makanan-minuman, jamu, peralatan rumah tangga, bahan bangunan, pemintalan, batik, kretek dan transportasi. Tahun 1909 di Buitenzorg (Bogor) Sarekat Dagang Islamiyah didirikan oleh RA Tirtoadisuryo mengikuti model Siang Hwee (kamar dagang orang Tionghoa) yang dibentuk tahun 1906 di Batavia. Bahkan pembentukan Sarekat Islam (SI) di Surakarta tidak terlepas dari pengaruh asosiasi yang lebih dulu dibuat oleh warga Tionghoa. Pendiri SI, Haji Samanhudi, pada mulanya adalah anggota Kong Sing, organisasi paguyuban tolong-menolong orang Tionghoa di Surakarta. Samanhudi juga kemudian membentuk Rekso Rumekso yaitu Kong Sing-nya orang Jawa.

Pergerakan

Pemerintah kolonial Belanda makin kuatir karena Sun Yat Sen memproklamasikan Republik Cina, Januari 1912. Organisasi Tionghoa yang pada mulanya berkecimpung dalam bidang sosial-budaya mulai mengarah kepada politik. Tujuannya menghapuskan perlakukan diskriminatif terhadap orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda dalam bidang pendidikan, hukum/peradilan, status sipil, beban pajak, hambatan bergerak dan bertempat tinggal.

Dalam rangka pelaksanaan Politik Etis, pemerintah kolonial berusaha memajukan pendidikan, namun warga Tionghoa tidak diikutkan dalam program tersebut. Padahal orang Tionghoa membayar pajak ganda (pajak penghasilan dan pajak kekayaan). Pajak penghasilan diwajibkan kepada warga pribumi yang bukan petani. Pajak kekayaan (rumah, kuda, kereta, kendaraan bermotor dan peralatan rumah tangga) dikenakan hanya bagi Orang Eropa dan Timur Asing (termasuk orang etnis Tionghoa). Hambatan untuk bergerak dikenakan bagi warga Tionghoa dengan adanya passenstelsel.

Pada waktu terjadinya Sumpah Pemuda, ada beberapa nama dari kelompok Tionghoa sempat hadir, antara lain Kwee Tiam Hong dan tiga pemuda Tionghoa lainnya. Sin Po sebagai koran Melayu Tionghoa juga sangat banyak memberikan sumbangan dalam menyebarkan informasi yang bersifat nasionalis. Pada 1920-an itu, harian Sin Po memelopori penggunaan kata Indonesia bumiputera sebagai pengganti kata Belanda inlander di semua penerbitannya. Langkah ini kemudian diikuti oleh banyak harian lain. Sebagai balas budi, semua pers lokal kemudian mengganti kata "Tjina" dengan kata Tionghoa. Pada 1931 Liem Koen Hian mendirikan PTI, Partai Tionghoa Indonesia (dan bukan Partai Tjina Indonesia).

Masa Revolusi dan Pra Kemerdekaan RI

Pada masa revolusi tahun 1945-an, Mayor John Lie yang menyelundupkan barang-barang ke Singapura untuk kepentingan pembiayaan Republik. Rumah Djiaw Kie Siong di Rengasdengklok, dekat Karawang, diambil-alih oleh Tentara Pembela Tanah Air (PETA), kemudian penghuninya dipindahkan agar Bung Karno dan Bung Hatta dapat beristirahat setelah "disingkirkan" dari Jakarta pada tanggal 16 Agustus 1945. Di Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang merumuskan UUD'45 terdapat 4 orang Tionghoa yaitu; Liem Koen Hian, Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoe, Oey Tjong Hauw, dan di Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) terdapat 1 orang Tionghoa yaitu Drs.Yap Tjwan Bing. Liem Koen Hian yang meninggal dalam status sebagai warganegara asing, sesungguhnya ikut merancang UUD 1945. Lagu Indonesia Raya yang diciptakan oleh W.R. Supratman, pun pertama kali dipublikasikan oleh Koran Sin Po.

Dalam perjuangan fisik ada beberapa pejuang dari kalangan Tionghoa, namun nama mereka tidak banyak dicatat dan diberitakan. Salah seorang yang dikenali ialah Tony Wen, yaitu orang yang terlibat dalam penurunan bendera Belanda di Hotel Oranye Surabaya.

Orde Lama

Pada Orde Lama, terdapat beberapa menteri Republik Indonesia dari keturunan Tionghoa seperti Oei Tjoe Tat, Ong Eng Die, Siauw Giok Tjhan, dll. Bahkan Oei Tjoe Tat pernah diangkat sebagai salah satu Tangan Kanan Ir. Soekarno pada masa Kabinet Dwikora. Pada masa ini hubungan Ir. Soekarno dengan beberapa tokoh dari kalangan Tionghoa dapat dikatakan sangat baik. Walau pada Orde Lama terdapat beberapa kebijakan politik yang diskriminatif seperti Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959 yang melarang WNA Tionghoa untuk berdagang eceran di daerah di luar ibukota provinsi dan kabupaten. Hal ini menimbulkan dampak yang luas terhadap distribusi barang dan pada akhirnya menjadi salah satu sebab keterpurukan ekonomi menjelang tahun 1965 dan lainnya.

Orde Baru

Selama Orde Baru dilakukan penerapan ketentuan tentang Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia, atau yang lebih populer disebut SBKRI, yang utamanya ditujukan kepada warga negara Indonesia (WNI) etnis Tionghoa beserta keturunan-keturunannya. Walaupun ketentuan ini bersifat administratif, secara esensi penerapan SBKRI sama artinya dengan upaya yang menempatkan WNI Tionghoa pada posisi status hukum WNI yang "masih dipertanyakan".

Pada Orde Baru Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin. Mereka pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia.

Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang Tionghoa Indonesia bekerja juga di sana. Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah.

Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air. Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan[rujukan?].

Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.

Pada masa akhir dari Orde Baru, terdapat peristiwa kerusuhan rasial yang merupakan peristiwa terkelam bagi masyarakat Indonesia terutama warga Tionghoa karena kerusuhan tersebut menyebabkan jatuhnya banyak korban bahkan banyak diantara mereka mengalami pelecehan seksual, penjarahan, kekerasan, dan lainnya.

Reformasi

Reformasi yang digulirkan pada 1998 telah banyak menyebabkan perubahan bagi kehidupan warga Tionghoa di Indonesia. Walau belum 100% perubahan tersebut terjadi, namun hal ini sudah menunjukkan adanya tren perubahan pandangan pemerintah dan warga pribumi terhadap masyarakat Tionghoa. Bila pada masa Orde Baru aksara, budaya, ataupun atraksi Tionghoa dilarang dipertontonkan di depan publik, saat ini telah menjadi pemandangan umum hal tersebut dilakukan. Di Medan, Sumatera Utara, misalnya, adalah hal yang biasa ketika warga Tionghoa menggunakan bahasa Hokkien ataupun memajang aksara Tionghoa di toko atau rumahnya. Selain itu, pada Pemilu 2004 lalu, kandidat presiden dan wakil presiden Megawati-Wahid Hasyim menggunakan aksara Tionghoa dalam selebaran kampanyenya untuk menarik minat warga Tionghoa.

Sejarah Tionghua masuk ke Kalimantan Barat

Sejarah Tionghua masuk ke Kalimantan Barat

Sejak abad ketiga, pelaut Cina telah berlayar ke Indonesia untuk melakukan perdagangan. Rute pelayaran menyusuri pantai Asia Timur dan pulangnya melalui Kalimantan Barat dan Filipina dengan mempergunakan angin musim.
Pada abad ketujuh, hubungan Tiongkok dengan Kalimantan Barat sudah sering terjadi, tetapi belum menetap. Imigran dari Cina kemudian masuk ke Kerajaan Sambas dan Mempawah dan terorganisir dalam kongsi sosial politik yang berpusat di Monterado dan Bodok dalam Kerajaan Sambas dan Mandor dalam Kerajaan Mempawah.
Pasukan Khubilai Khan di bawah pimpinan Ike Meso, Shih Pi dan Khau Sing dalam perjalanannya untuk menghukum Kertanegara, singgah di kepulauan Karimata yang terletak berhadapan dengan Kerajaan Tanjungpura. Karena kekalahan pasukan ini dari angkatan perang Jawa dan takut mendapat hukuman dari Khubilai Khan, kemungkinan besar beberapa dari mereka melarikan diri dan menetap di Kalimantan Barat.
Pada tahun 1407, di Sambas didirikan Muslim/Hanafi - Chinese Community. Tahun 1463 laksamana Cheng Ho, seorang Hui dari Yunan, atas perintah Kaisar Cheng Tsu alias Jung Lo (kaisar keempat dinasti Ming) selama tujuh kali memimpin ekspedisi pelayaran ke Nan Yang. Beberapa anak buahnya ada yang kemudian menetap di Kalimantan Barat dan membaur dengan penduduk setempat. Mereka juga membawa ajaran Islam yang mereka anut.

Sejak Abad 17

Di abad ke-17 hijrah bangsa Cina ke Kalimantan Barat menempuh dua rute yakni melalui Indocina - Malaya - Kalimantan Barat dan Borneo Utara - Kalimantan Barat. Tahun 1745, orang Cina didatangkan besar-besaran untuk kepentingan perkongsian, karena Sultan Sambas dan Panembahan Mempawah menggunakan tenaga-tenaga orang Cina sebagai wajib rodi dipekerjakan di tambang-tambang emas. Kedatangan mereka di Monterado membentuk kongsi Taikong (Parit Besar) dan Samto Kiaw (Tiga Jembatan).
Tahun 1770, orang-orang Cina perkongsian yang berpusat di Monterado dan Bodok berperang dengan suku Dayak yang menewaskan kepala suku Dayak di kedua daerah itu. Sultan Sambas kemudian menetapkan orang-orang Cina di kedua daerah tersebut hanya tunduk kepada Sultan dan wajib membayar upeti setiap bulan, bukan setiap tahun seperti sebelumnya. Tetapi mereka diberi kekuasaan mengatur pemerintahan, pengadilan, keamanan dan sebagainya. Semenjak itu timbullah Republik Kecil yang berpusat di Monterado dan orang Dayak pindah ke daerah yang aman dari orang Cina.
Pada Oktober 1771 kota Pontianak berdiri. Tahun 1772 datang seorang bernama Lo Fong (Pak) dari kampung Shak Shan Po, Kunyichu, Kanton membawa 100 keluarganya mendarat di Siantan, Pontianak Utara. Sebelumnya di Pontianak sudah ada kongsi Tszu Sjin dari suku Tio Ciu yang memandang Lo Fong sebagai orang penting. Mandor dan sekitarnya juga telah didiami suku Tio Ciu, terutama dari Tioyo dan Kityo. Daerah Mimbong didiami pekerja dari Kun-tsu dan Tai-pu. Seorang bernama Liu Kon Siong yang tinggal dengan lebih dari lima ratus keluarganya mengangkat dirinya sebagai Tai-Ko di sana. Di San Sim (Tengah-tengah Pegunungan) berdiam pekerja dari daerah Thai-Phu dan berada di bawah kekuasaan Tong A Tsoi sebagai Tai-Ko.
Lo Fong kemudian pindah ke Mandor dan membangun rumah untuk rakyat, majelis umum (Thong) serta pasar. Namun ia merasa tersaingi oleh Mao Yien yang memiliki pasar 220 pintu, terdiri dari 200 pintu pasar lama yang didiami masyarakat Tio Tjiu, Kti-Yo, Hai Fung dan Liuk Fung dengan Tai-Ko Ung Kui Peh dan 20 pintu pasar baru yang didiami masyarakat asal Kia Yin Tju dengan Tai-Ko Kong Mew Pak. Mao Yien juga mendirikan benteng Lan Fo (Anggrek Persatuan) dan mengangkat 4 pembantu dengan nama Lo-Man.
Lo Fong kemudian mengutus Liu Thoi Ni untuk membawa surat rahasia kepada Ung Kui Peh dan Kong Mew Pak, sehingga mereka terpaksa menyerah dan menggabungkan diri di bawah kekuasaan Lo Fong tanpa pertumpahan darah. Lo Fong kemudian juga merebut kekuasaan Tai-Ko Liu Kon Siong di daerah Min Bong (Benuang) sampai ke San King (Air Mati).

Sejak Abad 18

Lo Fong kemudian menguasai pertambangan emas Liu Kon Siong dan pertambangan perak Pangeran Sita dari Ngabang. Kekuasaan Lo Fong meliputi kerajaan Mempawah, Pontianak dan Landak dan disatukan pada tahun 1777 dengan nama Republik Lan Fong.
Tahun 1795 Lo Fong meninggal dunia dan dimakamkan di Sak Dja Mandor. Republik yang setiap tahun mengirim upeti kepada Kaisar Tiongkok ini pun bubar. Oleh orang Cina Mandor disebut Toeng Ban Lit (daerah timur dengan 1000 undang-undang .
Tahun 1795, berkobar pertempuran antara kongsi Tai-Kong yang berpusat di Monterado dengan kongsi Sam Tiu Kiu yang berpusat di Sambas karena pihak Sam Tiu Kiu melakukan penggalian emas di Sungai Raya Singkawang, daerah kekuasaan Tai-Kong. Tahun 1796, dengan bantuan kerajaan Sambas, kongsi Sam Tiu Kiu berhasil menguasai Monterado. Namun seorang panglima sultan bernama Tengku Sambo mati terbunuh ketika menyerbu benteng terakhir kongsi Tai Kong. Perang ini oleh rakyat Sambas disebut juga Perang Tengku Sambo.
Pada 6 September 1818 Belanda masuk ke Kerajaan Sambas. Tanggal 23 September Muller dilantik sebagai Pejabat Residen Sambas dan esoknya mengumumkan Monterado di bawah kekuasaan pemerintahan Belanda. Pada 28 November diadakan pula pertemuan dengan kepala-kepala kongsi dan orang-orang Cina di Sambas.
Tahun 1819, masyarakat Cina di Sambas dan Mandor memberontak dan tidak mengakui pemerintahan Belanda. Seribu orang dari Mandor menyerang kongsi Belanda di Pontianak.
Pada 22 September 1822 diumumkan hasil perundingan segitiga antara Sultan Pontianak, pemerintahan Belanda dan kepala-kepala kongsi Cina.
Namun pada 1823, setelah berhasil menguasai daerah Lara, Sin Ta Kiu (Sam Tiu Kiu), Sambas, kongsi Tai Kong mengadakan pemberontakan terhadap belanda karena merasa hasil perundingan merugikan pihaknya. Dengan bantuan Sam Tiu Kiu dan orang-orang Cina di Sambas, kongsi Tai Kong kemudian dipukul mundur ke Monterado.
Setelah gagal pada serangan kedua tanggal 28 Februari 1823, pada 5 Maret penduduk Cina yang memberontak menyatakan menyerah dan kemudian 11 Mei komisaris Belanda mengeluarkan peraturan-peraturan dan kewajiban-kewajiban kongsi-kongsi.
Tahun 1850, kerajaan Sambas yang dipimpin Sultan Abubakar Tadjudin II hampir jatuh ke tangan perkongsian gabungan Tai Kong, Sam Tiu Kiu dan Mang Kit Tiu. Kerajaan Sambas meminta bantuan kepada Belanda. Tahun 1851, kompeni Belanda tiba dipimpin Overste Zorg yang kemudian gugur ketika perebutan benteng pusat pertahanan Sam Tiu Kiu di Seminis Pemangkat. Ia dimakamkan di bukit Penibungan, Pemangkat.

Setelah Abad 18

Tahun 1854 pemberontakan kian meluas dan didukung bangsa Cina yang di luar perkongsian. Belanda kemudian mengirimkan pasukan tambahan ke Sambas yang dipimpin Residen Anderson. Akhirnya pada 1856 Republik Monterado yang telah berdiri selama 100 tahun berhasil dikalahkan. Tanggal 4 Januari 1857 Belanda mengambil alih kekuasaan Cina di kerajaan Mempawah, dan tahun 1884 seluruh perkongsian Cina di Kalimantan Barat dibubarkan oleh Belanda.
Tahun 1914, bertepatan dengan Perang Dunia I, terjadi pemberontakan Sam Tiam (tiga mata, tiga kode, tiga cara). Pemberontakan di Monterado dipimpin oleh bekas keluarga Republik Monterado, sedangkan pemberontakan di Mempawah dipimpin oleh bekas keluarga Republik Lan Fong. Mereka juga dibantu oleh masyarakat Melayu dan Dayak yang dipaksa untuk ikut. Pemberontakan berakhir tahun 1916 dengan kemenangan di pihak Belanda. Belanda kemudian mendirikan tugu peringatan di Mandor bagi prajurit-prajuritnya yang gugur selama dua kali pemberontakan Cina (tahun 1854-1856 dan 1914-1916). Perang 1914-1916 dinamakan Perang Kenceng oleh masyarakat Kalimantan Barat.
Tahun 1921-1929 karena di Tiongkok (Cina) terjadi perang saudara, imigrasi besar-besaran orang Cina kembali terjadi dengan daerah tujuan Semenanjung Malaya, Serawak dan Kalimantan Barat

Selasa, 16 November 2010

Initial Ghost

"INITIALGHOST"

"Vav. aku kan uda bilangsama kamu...Please.. jangan suka balap-balap motor gitu. Aku gak suka!" marahMelly pada Evan.

"Melly, aku janji. Aku gakbakal kenapa-kenapa kog. Aku udah bisa jaga diri. Lagi pula ini hobby aku yank"jawab Evan membujuk pacarnya, Melly.

Yup.. Melly dan Evan merupakan sepasangkekasih. Pertemuan antara mereka itu terjadi pada tahun 2008 bulan september.Saat hujan membasahi kota pada pukul 23.00 malam. Melly, gadis cantik,berambutpanjang, berbody modis baru pulang lembur dari kerja. karena hujan ia punmenyebrang jalan sambil berlari tanpa melihat jalan.-Yah maklum. Sudah malamjadi jalanan sepi-. Tiba-tiba dari arah kanan ada seseorang menggunakan helmfullface dengan motor KING datang dengan laju hingga akhirnya

Ckiiiitttt...... Bruuakkk... ...!!!! Kecelakaanpunterjadi.

Motor yang di Kendarai orang itu jatuhterpeleset karna jalan yang licin saat mengelak menabrak Melly. Sedangkan Melly shock terjatuh dan pingsan. Saat bangunMelly, dia tidak berada di kamarnya. Dia berada di kamar seseorang. Kamar yangagak berantakan,lumayan gede, banyak poster-poster pembalap GP sepertiValentino Rossi, Cassey stoner, Nicky Hayden dan ada 2 buah piala besar. Humph.. sepertinya kamar cowok.

Tiba-tiba datang seorang cowok cakep, berkulitkuning langsat, tinggi bermata sipit.

"kamu udah sadar?" Tanyacowok itu.

"kamu siapa. Aku dimana?"Tanya Melly.

"aku Evan. Kamu di kamaraku." Jawab Evan sambil tersenyum,membuat kedua lesum pipinya Nampak.

Melly pun langsung ketakutan. Ia langsung mengambilselimut dan menutup tubuhnya seakan tak mau di tiduri.

"Ngapain loe. Ngeres!! akugak ngapa-ngapain kamu kali.. sorry yah. Tadi aku nabrak kamu di jalan. Kamupingsan jadi ku bawa kamu ke rumah ku."

"ow.. maafin aku yah Van,aku tadi gak perhatikan jalan."

"gpp kog. Nama kamusiapa?" Tanya Evan.

"aku Melly. Oh.. tangankamu.." ujar Melly yang belum menyelesaikan pembicaraannya ketika melihattangan kanan Evan masih berdarah.

"oh ini, gpp kog. Cumaluka biasa."

"Luka biasa gimana. Gak diobatin infeksi loh. Kamu ada p3k gak.? Biar luka mu aku obatin." Ujar Melly.

Evanpun mengambil obat P3K yang ada dilemari kecilnya dan memberikannya pada Melly. Melly sempat heran, sangat banyakperban, kapas, obat merah, perekat, obat pembersih luka, alcohol dan alat-alatmedis lainnya. Setelah selesai membersihkan luka di tangan Evan, melly Punbertanya padanya.

"Van, ngomong-ngomong kamuitu kerjanya dokter yah. Kog banyak banget alat p3k nya?"

Hahahhaha.... Evan hanya tertawa terbahak.Sementara Melly hanya menggerutu kesal karena di tertawakan.

"Hahahaha... Lucu-Lucu... kamulucu banget. Hahahha" tertawa Evan.

"hah..? Lucu apa? huw.."gerutu Melly sambil menggembungkan pipinya dan memanyunkan mulutnya.

"kamu logika donk. Masaada sih kamar seorang dokter yang SERAPI ini..?? hahahah" Tanya Evanmenyindir kamarnya.

"jadi.. kerjaan kamu apa?kog banyak banget obat-obat luar, alat-alat medis dan yang lainnya?"

"hahaha...Kerjaan aku mahaku anak kuliahan. Sambilannya sih ada deh.. mau tau aja"

"Pelit.." jawab Mellydengan wajah cemberut.

"Derita Loe..!!" ujar Evansambil mencubit pelan kedua pipi Melly.

Yah.. begitulah awal pertemuan kisah cintamereka. Namun di benak Melly, dia masih penasaran dan selalu bertanya-tanya apapekerjaan Evan. Pada saat hubungan mereka berjalan 6 bulan-Maret-. Melly barumengetahui kalau Pekerjaan Evan adalah seorang Pembalap. Baik dalam sirkuitatau Balap liar dan sampai taruhan uang. Melly tak setuju Evan menjadipembalap. Karena Melly kuatir akan keadaan Evan. Pantas saja waktu itu banyaksekali peralatan Medis di rumah Evan. Rupanya Evan sudah seringjatuh/kecelakaan saat berbalap motor.

"Van,Sumpah. Aku Gak Suka Kamu Jadi Pembalap. Carilah Kerjaan Yang Lain Yang LebihHalal. Kamu Itu Ikut Balap Cuma Dapat Uang 500ribu Atau 2-3 Juta. Ok Lah..Kalau Kamu Menang Kamu Dapat Uang Segitu. Tapi Kalau Kamu Kalah? Kamu Mati?Masa Harga Kamu Cuma Segitu?" nasihat Melly.

"Mel..ini udah hobby aku.. anggap aja ini sebagai pekerjaan ku. Plis." Mohon Evan.

"aku beri waktu 3 tahun untuk kamu mulai dari sekarang. Selama 3 tahun aku berikamu kebebasan. Setelah itu. Kamu harus pensiun untuk balap-balap seperti ini.Kalau masih tetap ngotot. Jangan salahkan aku kalau kamu kehilangan aku." UjarMelly mengancam.

April 2009,1 tahun lebih Sudah perjanjianMelly dan Evan mengenai soal balap. Hubungan mereka tetap-tetap lancar dan Evanmasih saja meneruskan hobbynya sebagai pembalap. Bahkan sekarang Evan menjadiPembalap yang handal dan terkenal di kalangan anak muda. Semua senior-seniorpembalap yang sebelumnya naik daun, dikalahkan oleh Evan. Hari ini Mellymendengar nanti malam Evan akan ikut taruhan Rp.5.000.000 balap liar bersamajoki dari bengkel Bang Roy jam 1 subuh.

Dengan modal nekat, Melly pergi ke tempatEvan Balap. Dengan suasana dikerumuni anak-anak muda yang pergi menonton.Dengan Motor KING milik Evan, dan Motor Satria F milik Joki Bang Roy. Merekapun turun di jalan. Alhasil, Evan menjadi pemenang.

Karena kesal, Melly pun pulang sambilberjalan sendirian. Ia tak peduli lagi dengan hari ini. Ia begitu sedih,melihat Evan harus mencari uang seperti ini. Saat sedang berjalan sendiri,tiba-tiba di depannya ada seorang pria, berumur sekitar 28 tahun keatas,tinggi, postur tubuh sedang, dan rambut Botak yang sedang menonton pertandinganbalap dari jauh.

"melihatsang kekasih menang, harusnya kita juga senang. Ini kog malah sedih." Ujar Priaitu tanpa memandang Melly saat Melly melewatinya.

Melly hanya memandang sambil senyumterpaksa.

"Kamupacarnya kan?" Tanya Pria melanjuti pembicaraannya.

Melly pun terdiam dan menjawab pertanyaanPria itu.

"yangkamu maksud siapa? Evan" Tanya Melly sambil melipat tangannya.

"Yup.Seharusnya kamu menemani dia, karena dia sudah menang." Ujar pria itu.

"hah..gak penting dia mau menang atau apa. BTW, kamu siapa? Kog tau aku pacarnyaEvan." Tanya Melly.

"Panggilaku Bang Jhon. Apa kamu mau mengubah pacar kamu? Supaya dia tidak mengikutibalap-balap seperti ini?"

"Hmmp..aku mau dia tak seperti itu. Tapi dia keras kepala. Huw.. kalau aku bisa balapmotor dan ngerti akan Racing, Aku mau kalahkan dia! Biar dia kapok dan gakseperti ini lagi." Kesal melly.

"Kurasa kau bisa melakukannya. Aku akan membantu kamu." Saran Bang Jhon.

"caranya?"Tanya Melly.

"Kamu datang aja ke bengkel ku. Di kawasan Beringin nomor 51. Besok aku tunggujam 10 pagi. Aku akan ajarkan kamu untuk mengalahkan dia. Kamu jangan takutaku. Aku takkan apa-apakan kamu."

Melly mencatat alamat bang Jhon lalu Mellypun pergi meninggalkan Bang Jhon.

Sesampai di rumah, Melly terus berfikirtentang pembicaraan tadi.

"apa aku harus mengalahkan Evan. Siapa BangJhon itu? Kenapa dia ingin membantuku. Apa dia musuh Evan. Tapi gpp lah. Akuakan mengalahkan Evan. Apapun caranya. Aku gak mau dia ikut balap-balap sepertiini. Aku ingin dia menghargai hidup." Gumam Melly dalam hati dengan penuhtekad.

Sesuai dengan waktu yang telah direncanakan oleh Bang Jhon. Melly pun pergi ke bengkel bang jhon dengan MobilTerios hitam miliknya. Di sana Bang Jhon sudah menunggu di bengkelnya. Ada yanganeh dengan Bengkel Bang Jhon. Selain tempatnya agak jauh dari masyarakat,bengkelnya sudah terlihat kumuh dan tak terawat. Mellypun turun dari mobil danmenuju bengkelnya.

"Datang juga yah.. uda siap jadi pembalap blum?" Tanya Bang Jhon.

"akuingin cepat-cepat rasanya mengalahkannya."

"baiklah.Ada beberapa syarat yang harus kamu lakukan. Kamu itu feminim sekali. Aku inginkamu menjadi tomboy sedikit. Berani kotor-kotoran. Tinggalkan waktu mu merawatdiri demi dunia balap." Ujar Bang Jhon.

"hah..kotor-kotoran gimana.? Pegang oli gitu. OMG.. please deh.." jawab Melly jijik.

"kamumau atau gak.kalau gak mau, sebaiknya kamu pulang saja."

Melly terdiam sesaat lalu menyetujui syaratBang Jhon.

"kamuada motor? Bisa makai motor kopling full?" Tanya Bang Jhon.

"ada.motor saya kopling kog." Jawab Melly.

"Baiklah..besok kamu bawa motor kamu. Baiklah, Sekarang aku ingin menunjukan kamusesuatu. Ikut aku."

Bang jhon mengajak Melly kesamping bengkeldan menyuruh Melly membuka pintunya.

Di sana hanya ada banyak tumpukan ban dalambekas, dan beberapa drum untuk menyimpan oli bekas. Bang Jhon menyuruh Mellymencari Kunci di dalam tumpukan Ban Bekas dan Melly mendapatnya.

Lalu Melly di suruh membuka Pintu Bengkelyang di buat dari trellis besi. Setelah terbuka, melly dan Bang Jhon pun masuk.Dan ada 1 ruangan kecil di bengkel itu. Melly membukanya dan ada 1 buah MotorHitam F1Zr dengan Batok kepala yang Hancur, body Lecet,Spatbor Pecah dan sangatBerdebu.

"F1zryah. Mirip motorku. Ini motor siapa?" Tanya Melly.

"Inimotorku. Motor ini yang selalu menemaniku dan menjadi sahabatku. Tapi aku tidakbisa memperbaiki motor ini, karena aku sudah tidak bisa apa-apa lagi. Kini akuhanya mengandalkanmu. Aku akan mengajarimu Cara meng-service motor. Kalau motorini sudah sembuh. Aku akan memberikan motor ini padamu dan kamu bolehmengalahkan Evan dengan motor ini. Kamu mau kan janji sama aku?" ujar dan TanyaBang Jhon.

Melly hanya mengangguk dengan muka yangserius.

"akujanji aku akan bisa dalam hal ini. Asal Bang Jhon mau mengajarkan aku. Aku akanbuat Evan berhenti dalam dunia Balap. Aku akan berusaha supaya Bang jhon bisamengandalkan aku." Jawab Melly serius.

"BaiklahBesok aku tunggu kamu di sini. Jam 10. Dan aku mau kamu jangan bilangsiapa-siapa tentang diriku. Jangan bilang siapa-siapa kalau aku mengajarimuservice motor."

Melly hanya mengangguk tersenyum. Setelahdari bengkel, Melly pun pulang kerumah. Malam harinya Evan datang kerumah denganpembicaraan serius.

"Mell..minggu depan aku harus keluar kota. Aku mengikuti tournament Balap motor dandisana aku di kontrak orang 9 bulan untuk balap. Berarti sampai januari 2010"Ujar Evan.

"Trus?"jawab Melly sambil menghela nafas.

"apakamu masih mau nunggu aku.?" Tanya Evan sedih.

"huuh..kalau ini mau kamu, ya aku jg gak bisa apa-apa yank. Aku juga gak bisa melaranghobby kamu. Tapi aku gak mau kamu menjadi berubah saat kamu pulang."

"akutakkan berubah. Aku masih seperti ini. Selalu setia sama Kamu Mell" jawab Evansambil mencium kening Melly.

Malampun berlarut. Evan pulang kerumah.Keesokkan harinya Melly datang kebengkel dan di sana dia mulai kelasnya menjadiPembalap. Melly menceritakan semua ke Bang Jhon kalau minggu depan Evan akanpergi keluar kota selama 9 bulan. Bang jhon pun mulai mengajarinya setiap haridari hal-hal terkecil. Mulai dari bongkar pasang body Motor, ganti oli,kencangkan rantai,merangsang gas motornya sampai naik 120 km/jam, hinggabongkar mesin.

Malam hari, di saat besok paginya Evanpergi keluar kota. Evan menyempatkan diri untuk menemui Melly. Mereka duduk dan berbicara di ruang tamu.

"sayang, kamu beneran mau tunggu aku kan. Aku janji aku gak kan selingkuh.Percaya sama aku. Janji..!!" Ujar Evan sambil mengangkat tangan kanannya,jarinya di buat seperti Peace dan di letakkan di samping mukanya.

"iya2. Bawel.. aku juga janji." Jawab Melly sambil melakukan hal yang samadengan Evan.

Evan terdiam, dan sempat bingung.

"Mell,kog kamu jorok gini sih. Kog tanganmu hitam-hitam gini.?" Tanya Evan.

"gawat.. Oli bekas setting motor lum hilang.Mampus gue"

"inikan Kena oli. Kamu maen oli ya yank." Lanjut Evan.

Melly langsung memeluk perut Evan danbersandar di pundak kanan Evan untuk mengalihkan pembicaraan.

"iyaVan. Aku Habis maen oli. Udah ah. Gak usah di bahas. Aku hari ini mauManja-manja sama kamu."

Keesokan harinya, tiba saatnya Evan pergikeluar kota. Walau hati Melly merasa sedih. Tapi tekadnya untuk mengalahkanEvan tetap ia pertahankan. Ia tak takut Evan selingkuh atau tidak. Karena padadasarnya Evan adalah orang yang setia. Paginya melly mengantarkan Evan pergi keBandara. Sepulang mengantar Evan, ia pergi ke Bengkel.

"udahpergi cowok mu?" Tanya Bang Jhon.

"yup.. huw.. udah ah.. gak usah pikir. Hari ini aku harus buat apa?"

"hariini kita balap." Jawab Bang Jhon.

"hah.. tapi aku gak bisa balap. Aku aja naek motor paling laju 60 km/jam doang.Takut ah.." keluh Melly.

"katanya mau jadi pembalap. Kalau mau balap itu jangan andalkan motor laju. Tapinyali kita juga harus laju. Kalau gak gitu, kamu tidur aja dirumah. Kamugonceng saya dengan motormu. Ntar kita pergi ke sirkuit lurus, disitu kamuharus gas full motor kamu. Setelah kamu bisa melaju di trek lurus. Kita akanbelajar menyelip." Nasihat bang Jhon.

Melly hanya mengangguk menggerutu sambilmengembungkan kedua pipinya. Melly pun menggonceng Bang Jhon dengan motor f1zrnya.Sampai di sirkuit,-Trek lurus- bang Jhon memaksa Melly gas full motornya.Sedikit takut, namun ia mencoba.

"sudahsedikit berani?" Tanya Bang Jhon.

"Ya.Ternyata balap itu asik."

"balap itu asyik gak asyik. Asyiknya kalau kita menang. Gak asyiknya kalau kitakalah, and jatoh. Sepertinya kamu sudah bisa dalam trek lurus ini. Kita turunjalan raya. Cari orang yang bawa motor laju. Coba kamu balap dengan dia."

"Tapi bang Jhon. Kalau aku kalah?" cemas Melly sambil memutar Jalan.

"jangan takut. Belajar untuk nyelip kendaraan aja."

Sesampai di jalan raya, badan Melly keluarkeringat dingin --padahal cuaca cukup panas- Bibir manisnya berwarna pink jadipucat,

" shit. Aku takut. Gimana nih. Tapi, kalaugak gini, aku gak bisa kalahkan Evan. Aku harus bisa ngalahin Evan. Bang Jhon benar,kalau nyali aku gak laju, mending aku tidur di rumah. Ok.. aku akan berusaha.Cia Yo Melly." Ujar Melly dalam hati.

Melly pun mundurkan gigi pada Motornya danMelaju. Ia beranikan diri menyalip mobil-mobil dan motor walau dengan rasaTakut.

Pulang dari Bengkel, Melly melakukan halyang sama. Mencoba bawa laju motor dan Menyelip kendaraan.

Selang 1 bulan belajar, Melly pun bisa BawaMotor dengan Laju.

Di bengkel, saat Melly membetulkan MotorF1zr Milik bang Jhon.

"Mell,mau ikut balap gak?"

"hah..?"jawab heran Melly.

"Balap.Mau gak?"

"Liarapa Beneran? Trus dimana"

"disirkuit lurus tempat kemarin kita tarik yang ada bundarannya. Balap liar sih,ada taruhannya juga. Yang kalah bayar yang menang 2 juta. Mau gak? Balapnyaminggu depan. Kalau kamu mau. Pakai motor mu aja. Kita -Bubut- motormu. Tapikamu daftar sendiri yah."

"koggitu Neh.?" Tanya melly aneh

"gakmau ya udah. Padahal ini kesepatan Bagus untuk kamu loh." Gerutu Bang Jhon.

"tapi gimana mau daftarnya?" Tanya Melly Bingung.

"kamu langsung aja turun balap. Tapi 1 hal yang aku mau kasih tau. Kamu harussebisa mungkin sembunyikan identitas kamu. Apapun caranya Jangan Biarkan Merekatau kalau kamu cewek, dan jangan Bicara pada mereka. Anggap aja kamu bisu.Kalau kamu gak lakuin semua, kamu gak bakal bisa kalahkan Evan. KarnaTeman-temannya akan beri tahu pada cowok kamu itu. Dan latihan kamu selama iniGagal total. Dan aku yakin kamu pasti menang." Ujar Bang Jhon.

Melly pun membulatkan Tekadnya untuk ikutbalap minggu depan. Keesokan harinya ia membeli jaket kulit hitam yang agakbesar supaya dia terlihat gemuk dan semua orang tidak akan mengira ia cewek.Tak lupa membeli helm full face, dan semua perlengkapan kostum balap. Meskipunterlihat sedikit berlebihan, Melly tak pedulikan hal itu.

Kini hari yang di tunggu, melly sudahmenyiapkan motor yang di rancangnya. pukul 23.00 malam pun di mulai. Banyakorang yg heran dengan Melly dan bertanya2..

"siapa dia? anakbaru ya..?"

Mellypun mendekati salah satu cowok yangikut balap tersebut. Melly memberikannya sebuah surat yg sudah ia tulis.

"hey. G pendatang baru. Maaf, klu g haruspake surat, coz' gue gak bisa ngomong.Gue mau ikut balap ini. Taruhannya 2 juta kan, klu g kalah, gw kluar 3 jutauntuk yg menang. And terakhir, tolong antarkan gue ke bandarnya. Bilangkan mady, gue mau ikut balap. Tolong jadi perantara g. thanks sebelumnya"

Begitu lah isi suratnya.

Cowok itu pun mengantarnya ke Bandar. Danwaktupun tiba.

3 orang telah siap turun ke jalan denganmotor masing-masing. Ke2 orang itu adalah teman baik Evan. Boy, dengan motorsupra hitamnya, Rendy, dengan motor Mio' dengan airbrush hijaunya dan Termasuk Mellydengan Motor F1zr hitamnya.

Balap pun mulai. Melly di posisi palingakhir. Sempat ada rasa takut di hati Melly, makanya dia posisinya paling akhir.

"melly, kamu harus bisa mengalahkan mereka.Kalau Kamu gak bisa kalahkan mereka, kamu juga gak akan bisa kalahkan Evan." Ujarmelly dalam hati untuk menyemangati dirinya.

Melly pun melaju kecepatan motornyasehingga menyusul Boy dan Rendy. Dan alhasil Melly menang Balap. Sesuai janji taruhan Melly mendapat uang 4juta.

"siapanama kamu?" Tanya Bandar saat memberikan uang pada Melly.

Melly hanya menggeleng-geleng kepala.

"akuakan memanggilmu inisial ghost. Karna kamu tiba-tiba muncul disini."

Melly mengambil Hpnya, lalu mengetik shortmessage untuk Bandar.

"kalau ada balap lagi, kabarin gue yah. Gue minta nomor hp loe, ntar gue SMS lo"

Setelah Melly dapat nomor hp sang Bandar,lalu ia mengambil uangnya pulang. Keesokan harinya, dengan riang gembira iadatang ke bengkel.

"Bangjhoooonn... hahahaha... aku menang bang.."

"selamatkalau gitu. Gimana perasaanmu.? Tanya bang Jhon.

"senangbangeeettt... hehehe.." jawab Melly kegirangan.

"laluuang yg kamu dapat, mau di apakan?"

"uangnyabuat bang Jhon aja untuk perbaiki Body motor yang udah lecet trus pecah-pecah. Oh ya, bang Jhon. Aku dapat nama barudari Bandar. Nama ku Ghost. Katanya aku tiba-tiba muncul di sana."

"baguslah kalau begitu. Nah kalau gitu. Kita cepat perbaiki motorku."

Melly pun bergegas membantu Bang Jhonmemperbaiki motornya.

3 bulan berlalu, Ghost atau inisial Mellysering mengikuti balap dengan Teman-temannya Evan. Walaupun teman-temannya Evantak pernah mengetahui kalau Ghost sang pembalap baru itu adalah pacar Evan,yang sekarang keluar kota mengikuti tournament balap 9 bulan.

Seperti Evan, Melly selalu mengalahkanmotor-motor lawannya.

Dan dalam waktu yang singkat, melly sudahbisa seperti Evan yang mengalahkan senior-senior. Sore hari, di bengkel. Mellydan Bang Jhon beristirahat.

"sudah8 bulan yah bang Jhon sejak 1x kita ketemu. Gak kerasa banget."

"apayang kamu rasakan sekarang,ghost?"

"hahaha..huah.. yg aku rasakan sekarang takut. Aku takut apa aku bisa kalahkan Evan dansadarkan Evan. Aku ingin Evan sadar akan Hidup. Bahwa hidup hanya sekali.Mungkin kesalahan aku terlalu mengekang dia. Tapi karna aku sayang sama dia danaku tak mau kehilangan dia" curhat Melly.

"percaya padaku. Suatu hari dia akan berubah karena kamu. Saat kamu balap dengandia. Jangan dengan emosi. Tapi dengan hati. Pikiranmu harus santai dan tenang.Kalau dengan Emosi dan pikiran ingin di depan dia, kamu gak kan menang."

"huw..akan ku coba itu. Ngomong-ngomong bang Jhon. Sudah hampir 1 tahun kita kenal.Apakah bang Jhon sudah berkeluarga?"

Bang jhon hanya Menghela nafas dan terdiamsesaat.

"akupunya seorang wanita yang aku cintai. Sangat aku cintai. Tapi aku menyesal,karena aku tidak mendengar apa yang ia bilang. Dia menyuruhku untuk tidakbalap-balap lagi. Tapi aku tidak mau dengar omongan dia. Dan akhirnya dia capekmenasihati aku, dia pergi ke Hongkong. Padahal aku sudah tunangan. Padaakhirnya dia menikah dengan pemuda di Hongkong. Sekarang aku sudah tidak bisaberbuat apa-apa lagi."

"kenapabang Jhon tidak menyusulnya? Setidaknya mengucapkan selamat menempuh hidup baruatau tidak minta maaf sama dia.? Atau kenapa bang Jhon tidak mencari pasanganbaru?"

"kurasa tidak perlu.Sekarang aku ada di hatinya. Buat aku itu cukup. Aku sudah merasa tenang."Jawab bang Jhon sambil menatap langit sore.

"terus, alasan bang Jhonmau membantuku?"

"aku tak mau hubungankalian jadi seperti aku. Aku yakin sekali, kamu cinta sekali dengan Evan.Makanya aku mau membantumu."

"1 bulan lagi Evan pulangke sini. Aku harus bisa mengalahkan dia. Tapi motornya sangat laju. Bagaimanacaranya?" Tanya Melly

" saat kamu balap samadia, usahakan kamu juga ajakteman-temanku. Ya mungkin sekarang mereka semua udah jadi bos dan punya bengkelmasing-masing. Tapi aku yakin bukan hanya orang yang seusiamu saja yangmenonton. Teman-temanku beserta jokinya masing-masing ikut melihat pertandinganbalapmu bersama Evan. Lalu saat itu kamu turun dengan motor ini" ujar Bang Jhonsambil mengelus-elus body motornya yang hampir selesai di perbaiki.

"terima kasih bang Jhon,aku tak bisa apa-apa kalau tanpa bantuan Bang Jhon. Terima kasih." Ujar Mellysambil tersenyum.

1 bulan telah Berlalu. Evan pun pulang dariluar kota. Kepulangan Evan disambut gembira oleh Melly dan teman-temannya.

Hari ke-2 kepulangan Evan, Evan mengajakMelly pergi Ke Moll. Disana Mereka bertemu Teman-teman balap Evan. Boy, Rendydan Bandar di Foodcourt.

"woibroo!! Makan gak ajak-ajak Nih.." ujar Evan sambil menepuk bahu kanan Boy.

"sombong banget pulang gak bilang-bilang. Eh, aku gabung ya. Ada yang mau akubicarakan" Ujar Boy.

"maungomong apaan? Seru banget" Tanya Evan sambil mengambil 2 kursi untuknya danMelly.

"selamaloe di Luar kota. Ada Pembalap pendatang baru. Hebat banget,Van. 8 bulan ajadia bisa ngalahin semuanya. Ampe senior-senior aja udah di kalahin. Waktu diabalap ama gue dengan Rendy, kami aja kalah." Ujar Boy.

"hah..?siapa? Anak mana?" Tanya Evan penasaran.

"namanya Ghost. aku yang kasik nama itu ke dia. Soalnya dia bisu. Dan kita jugagak tau namanya. Ya udah gue kasik aja namanya ghost. Habisnya tiba-tiba datangsih kayak setan. aku aja gak tau anak mana. Penampilannya aneh. Kalau balap,selalu Pake jaket kulit hitam gede, celana hitam panjang, sepatu, helm fullface ampe mukanya gak Nampak. Misterius banget. Tapi, dia hebat juga loh.."lanjut Bandar.

Evan terdiam sesaat sambil mengelus-elusdagunya. Sedangkan Melly hanya sms-an dengan temannya.

"kenapa le..? kepikiran mau tarek sama tu orang. Mulai deh penyakitnya." TanyaRendy sambil tertawa.

"gimanasupaya aku bisa ketemu tu orang? Penasaran banget." Tanya evan Penasaran.

"gampangitu mah. Tar aku sms dia aja." Jawab Bandar

"kalaugitu minta nomornya dong." Evan pun langsung menelepon Ghost.

"Hyuh.. untung aja q beli 1 hp lagi, danhpnya di rumah. Hehehe.. slamat..slamat.." gumam melly dalam hati.

"gakdi angkat bro." ujar Evan kesal.

"udahlha. Kalau kau mau balap dengan dia. Buat aja jadwalnya. Dia pasti muncul kog."

Evanpun menyetujuinya. 2 minggu kemudianEvan dengan Ghost akan balap. Gak sadar, melly pucat dan keringat dingin karenategang ia harus balap dengan Evan. Malam harinya Melly sebagai Ghost sms Evan.

"Hey, loe Evan yha..? gw denger loecari gw, gw Ghost. Ada apa?"

"hahaha... hebat loe bisa dapat nomor gw. Hahaha. . itu gakpenting. Gue Cuma mau ajak Loe duel. Kita balap. 1 by 1. " jwb Evan

"hahaha.. gampang diatur lha. Tapigw mnt 1. Loe ajak semua bos-bos bengkel yg u kenal, termasuk bos loe andjoki-joki loe. Gw tunggu tantangan itu"

"hahaha... Ok..sapa tkt.. 2 minggu lagi, jam 12 malam. janganLari loe. Siapin motor loe sebaik mungkiN. Dasar BiSU..!!!"

Begitulah percakapan singkat antar Ghost dan Evan di Pesan Singkat.

Keesokkan harinya..

"BangJhon. 2 minggu lagi aku balap dengan Evan. Apa yang harus aku lakukan." Tanya Melly sambil berbaring tiarap dimotornya.

"Akuakan berikan Motor kesayangan ku padamu.Karena kamu sudah membantu aku memperbaiki. Namun kamu harus ingat 1 hal. Motoritu udah kita setting untuk balap di Trek panjang. Aku harap kamu hati-hati.Bisa-bisa kamu akan jatuh kalau tidak hati-hati. Tapi gak papa lha. Yangnamanya naik motor, gak mungkin gak akan jatuh. Karena, setiap sesuatu yangkita lakukan, baik itu positif atau negative, kita akan dapat balasan yangsesuai." Jawab bang Jhon sambil duduk bersandar.

"huw.. tapi kenapa bang Jhon menyuruh aku mengajak semua senior-senior dan bos-bosbengkel beserta Jokinya?" Tanya Melly.

"karnaaku tau, kamu masih penasaran denganku. Siapa aku, darimana asalku. Kalau kamuturun ke jalan dengan motor ku, kamu akan tau siapa aku. Tapi aku berharap kamugak berfikir jahat tentang aku. Dan aku juga tidah bisa memberikanapa-apa,selain motorku ini. Sadarkan kekasihmu,Mel. Aku tak ingin kau berujungseperti aku."

Melly hanya terdiam dan merenung.

"akutakut.aku takut aku tidak bisa menenangkan diri aku." Ujar Melly dengan matahampir menangis.

"kalaubegitu, dengarlah lagu yang menurutmu bisa menenangkan hatimu. Ingat. Janganbalap menggunakan Emosi. Tapi ketenangan."

"laguyang membuatku tenang. Hmmm... sepertinya ada. Oh ya bang, apa bang Jhon akanmelihatku balap dengan Evan.?"

"ya.Tapi dari kejauhan. Seperti aku melihat Evan balap pada malam itu. Tepatnyasaat kita 1x bertemu" ujar Bang Jhon.

"Huwaaaaaa.........aku mau teriak sepuasnyaaaaa..." teriak Melly..

"hahaha..ya udah. Kamu pulang aja. 3 hari sebelum kamu balap dengan Evan. Kamu datangsini aja. Ok..!"

"ya..baik lah."

*********

3 hari menjelang balap. Ghost mendapatkanSMS dari Evan.

"Eh bisu..!! siapblom..hahaha... kalau gak siap, pulang kerumah aja deh loe."

"yea.. siap-siap aja ketenaran loeturun."

Tepat hari ini diadakan balap, sore harinyadi bengkel Bang jhon.

"siapgak?"

"Yeah..masih deg-degaan."

"ambilmotor ku, kuncinya tempat biasa."

Melly pun bergegas mengambil Motor Bang Jhonyang sudah 8 bulan lebih mereka setting.

"pakaimotor ini nanti malam. Ok..!!"

Tiba waktunya malam pun tiba. Semua orangsudah ramai berkumpul di Sirkuit. Ghost pun datang. Tapi ada yang tumben denganHelmnya. Dia memakai Helm Half face. Hanya Wajahnya ditutup masker hitam. Bajudan Celana tetap. Pada saat Ghost datang. Senior-senior dan bos-bos bengkelbanyak yang terkejut dan berkata "tidak mungkin" , "mustahil"

Ghost cukup heran dengan semua pandangananeh yang memandangnya.

"Hoe..jadi ini yang namanya Ghost. Jadi pengen lihat muka Loe." Ujar Evan dengantangannya yang ingin membuka helm Ghost. Namun itu di Cegah.

Ghost menulis di kertas yang ia bawa denganPenanya, ia berkata "KALAHKAN AKU DULU. MAKA KAU BISA MELIHAT WAJAHKU"

"chuueee!!Sombong banget Loe.." ujar Evan remeh.

Pertandingan Balap akan di mulai 5 menitlagi. Ghost dan Evan sudah stand by di tempat. Lalu ada seorang Laki-lakiberambut Jabrik, tinggi, putih,sipit, berhidung Mancung, dan umurnya sekitar 25tahun mendekati Ghost.

"akuandi. Ini motor Bang Jhon kan? Kamu dapat dari mana motor ini? Motor ini hanyaaku dan Bang yang tahu tempat penyimpanannya."

Belum sempat Ghost Menjawab,pertandinganpun dimulai. Dengan bermodal Motor dan lagu yang bisa membuatnyatenang. Ia pun mulai menyusul motor Evan. 3 putaran Lagi yang harus merekaselesaikan. Motor Evan Melaju 1 tiang dari Motor Ghost. Ghost pun menyusul Evandan sekarang Mereka sejajar. Karena Kesombongan dan keegoisan Evan, ia nekatMenendang Motor Ghost yang Ada di kanan Motor Evan. Pada saat itu, jalananberpasir dan Alhasil Ghost terjatuh dan terseret membuat Helmnya Lepas dan kepalanya mengeluarkanbanyak darah. Orang-orang yang menonton semua berbondong-bondong pergi KetempatGhost. Mereka terkejut, ternyata Ghost seorang perempuan. Boy yang kebetulanMelihat Ghost terkejut karena Ghost adalah Melly. Evan pun Bergegas pergiketempat Ghost dengan wajah tertawa. Namun ia malah mendapat tinjuan dari Boy.

"Kaumasih bisa ketawa.. kau tau gak itu siapa? Itu pacarmu. Melly"marah Boy padaEvan.

Dengan Bergegas Evan Melihat seorang wanitadengan Rambut panjang Lurus tergurai bersimbah darah terjatuh tiarap.

Ia memberanikan diri untuk melihat Siapawanita itu. Setelah dilihat, Evan menangis teriak memeluk Ghost yang ternyataMelly..

"aarrrgghh........!!!!!!!!!!!GAK MUNGKIN.. INI GAK MUNGKIN."

Sementara 15 meter dari posisi Melly. Andi,3orang Bos bengkel beserta masing-masing Jokinya mengerumuni Motor Bang Jhonsambil menangis.

"gakmungkin, gak mungkin Bisa. Motor ini Cuma aku dan bang Jhon yang tahu." UjarAndy.

Melly pun di bawa Evan pergi kerumah sakit.Di ruang Tunggu, Evan, Boy, dan teman-temannya menenangkan Evan.

Lalu datang Andi,3 orang Bos bengkelbeserta masing-masing Jokinya menghampiri Evan.

"Van, yang Jatuh itu, Cewekmu yah?" TanyaAndy.

"kalauia kenapa? Hah?" jawab Evan sambil Emosi karena kesalahannya.

Belum sempat membalas, Dokter Keluar dariRuangan. Evan bergegas menanyakan Dokter.

"Dok,dokter. Gimana keadaan melly dok. Gimana.?"

"tenangBung. Dia dalam keadaan Kritis karena mengalami pendarahan pada Otaknya.Kemungkinan ia bisa sembuh sangat sedikit. Tapi teruslah berdoa. Saya tidakbisa membantu semuanya." Ujar dokter.

"tapidok. Boleh saya jenguk dia?"

"saatini belum bisa, dia sedang koma. Tapi saat dia pingsan, ia menyebut nama BangJhon berkali-kali. Mungkin kerabat anda yang bernama bang Jhon bisamenemaninya. Baiklah saya permisi dulu."

"BangJhon.? Guys. Siapa bang Jhon itu. Kalian semua kenal?" Tanya Evan.

"kamikenal kog. Motor bang Jhon lah yang Ghost gunakan" jawab Bang Dree, salah satuBos bengkel.

"kalaugitu. Ketemukan aku dengan dia. Biar aku kasik dia pelajaran."

"kalaumau cari dia, cari aja sendiri. Gak kan pernah bisa lu temukan. aku duluJokinya aja sekarang mau ketemu dia gak kan bisa?" ujar Andy, yang merupakanJoki Bang Jhon.

"kenapa??Hah,,?" Tanya Evan.

"TungguGhost sadar, kami akan ceritakan semuanya" jawab Andy.

1 minggu Telah berlalu. Melly sadar dariKomanya. Evan hanya bisa menangis sedih sambil mencium tangan Melly.

"Mell,kenapa kamu lakukan semua ini?" Tanya Evan menangis.

"hihi..gpp kog. Ku lakukan ini semua karna aku mau Evan gak balap lagi, gak sombonglagi."

Evan terdiam dan menangis tersedu-sedu. Laludatang andy, dan bos bengkel kemarin.

"Mellyyah? Kenalkan Aku Andy. Joki bang Jhon." Ujar Andy memperkenalkan diri.

Melly pun heran dan Evan langsung bertanyapada Melly.

"iyamel, siapa bang Jhon."

Melly pun bingung Dengan andi.

"JokiBang Jhon. Gak mungkin. Kenapa selama aku belajar Service motor dengan BangJhon tidak pernah Bertemu denganmu?"

"Karenabang Jhon yang mengajarmu itu sudah Meninggal 5 tahun yang lalu." Ujar Andy.

Spontan Melly terdiam dan terkejut.

"Meninggal.Karna apa. Gak mungkin. Itu gak mungkin. Lalu siapa yang ngajarin aku bengkel."

"akuAndy, Andre, Rey, dan Atie ini teman baiknya Bang Jhon. Dia meninggal karna diakasus balap juga. Pacarnya tak mengizinkan dia untuk turun di trek panjangdengan motor yang kamu pakai. Tapi Bang Jhon masih membantah. Karena kesalPacarnya Meninggalkan dia. Bang Jhon tanpa Pikir panjang langsung pergikebandara menggunakan motornya. Padahal motor itu untuk trek panjang dan bisaberakibat fatal kalau salah-salah kita gak bisa gunakan. Waktu itu bang Jhonmelaju dengan cepat, tanpa sadar remnya tidak berfungsi dan akhirnya iamenabrak mobil Box dan di tempat itu dia pergi. Padahal kami yang mengservicemotor itu. Kami yakin remnya berfungsi. Tapi, kenapa bisa seperti ini." UjarAndy jelas.

"ini foto terakhir kami besama mengelilingi peti mati bang Jhon" lanjut Andresambil menunjukkan foto di dompetnya.

Di dalam foto itu ada bang jhon yang sudahterbujur kaku.

"gakmungkin. Tapi kenapa bang Jhon mau mengajarkan aku. Dia bilang dia mau melihataku balap. Kog gitu. Dia pergi." Ujar Melly menangis tersedu.

"kamisaja terkejut melihatmu menggunakan motor bang Jhon. Hanya kami saja yang tahudimana letak kunci bengkel." Lanjut Rey.

Akhirnya Misteri tentang siapa Bang Jhonsudah diketahui oleh Melly. Melly hanya terdiam membisu. Sesaat ia memejamkan matanya untuk berdoa kepada bang Jhon.

2hari kemudian, Melly mengalami Pendarahan otak lagi. Kondisi otak Melly semakinparah dan di detik-detik terakhir Evan selalu menemaninya.

"Van,jangan sedih ya.." ujar Melly dengan suara membisik.

"Mell,gimana aku gak sedih. Kamu gini. Kamu kenapa gak bilang kalau kamu itu Ghost.?"Tanya Evan menangis.

"habisnyakalau Cyg di bilangin ngeyel sih. Hihihi"

"udahMell, jangan sok manja lagi. Kamu harus kuat. Kamu harus sembuh." Dukung Evan.

"Van,mungkin ini detik terakhir aku. Aku Cuma mau bilang, sampai kapanpun, aku tetapsayang sama kamu, Van. Carilah wanita yang pantas untuk kamu. Dan ingat 1 hal.Aku akan selalu ada di hatimu.dan aku mau kamu gak ikut balap-balap lagi. Janjiya. Please.. untuk terakhir kalinya." Ujar Melly dengan tubuh yang lemas.

Dengan sigap, dan perasaan ikhlas. Evanmencoba merelakan Kepergian Melly. Evanpun mengajak Melly berdoa.

"Tuhan,saat ini kami datang kehadiratmu, Tuhan. Tuhan, apabila hari ini kau inginMelly berada di sisimu, ku titipkan dia padaMu. Engkau jaga dia dan berikan diakenyamanan bersamamu. Dan ku mohon Tuhan, engkau kuatkan hatiku dan sabarkanaku ya Tuhan, AMIN" doa Evan.

"Van,aku udah gak mampu lagi. Aku pengen pergi didalam pelukanmu. Boleh.?" PintaMelly.

Tanpa basa basi Evan pun berbaring disamping Kanan Melly dan memeluk Melly sampai Melly pergi. Tak peduli banyak yang melihat Evan saat diruangan itu. Dalampelukannya, Melly terlihat seperti sedang tertidur. Bibir mungilnya sedikittersenyum. Wajahnya Begitu tenang.

"mel, tetap di hati aku yah. Aku yakin kamuada di hati aku."