Rabu, 10 November 2010

aku tak pernah meninggalkannya

Kisah yang menyentuh, tentang suami istri yang saling mencintai dan saling
setia. Mudah-mudahan dapat menjadi renungan dan motivasi bersama di hari
ini.

“Namaku Linda & aku memiliki sebuah kisah cinta yang memberiku sebuah
pelajaran tentangnya. Ini bukanlah sebuah kisah cinta hebat & mengagumkan
penuh gairah seperti dalam novel-novel roman, walau begitu menurutku ini
adalah kisah yang jauh lebih mengagumkan dari itu semua".

Ini adalah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda alhabsyi & ibuku, Yasmine
Ghauri. Mereka bertemu disebuah acara resepsi pernikahan & kata ayahku ia
jatuh cinta pada pandangan pertama ketika ibuku masuk kedalam ruangan &
saat itu ia tahu, inilah wanita yang akan menikah dengannya. Itu menjadi
kenyataan & kini mereka telah menikah selama 40 tahun & memiliki tiga orang
anak, aku anak tertua, telah menikah & memberikan mereka dua orang cucu.
Mereka bahagia & selama bertahun-tahun telah menjadi orang tua yang sangat
baik bagi kami, mereka membimbing kami, anak-anaknya dengan penuh cinta
kasih & kebijaksanaan.

Aku teringat suatu hari ketika aku masih berusia belasan tahun. Saat itu
beberapa ibu-ibu tetangga kami mengajak ibuku pergi kepembukaan pasar murah
yang mengobral alat-alat kebutuhan rumah tangga. Mereka mengatakan saat
pembukaan adalah saat terbaik untuk berbelanja barang obral karena saat itu
saat termurah dengan kualitas barang-barang terbaik.

Tapi ibuku menolaknya karena ayahku sebentar lagi pulang dari kantor. Kata
ibuku,”Mama tak akan pernah meninggalkan papa sendirian”.
Hal itu yang selalu dicamkan oleh ibuku kepadaku. Apapun yang terjadi,
sebagai seorang wanita aku harus patuh pada suamiku & selalu menemaninya
dalam keadaan apapun, baik miskin, kaya, sehat maupun sakit. Seorang wanita
harus bisa menjadi teman hidup suaminya. Banyak orang tertawa mendengar hal
itu menurut mereka, itu hanya janji pernikahan, omong kosong belaka. Tapi
aku tak pernah memperdulikan mereka, aku percaya nasihat ibuku.

Sampai suatu hari, bertahun-tahun kemudian, kami mengalami duka, setelah
ulang tahun ibuku yang ke-59, ibuku terjatuh di kamar mandi & menjadi
lumpuh. Dokter mengatakan kalau saraf tulang belakang ibuku tidak berfungsi
lagi, & dia harus menghabiskan sisa hidupnya di tempat tidur.

Ayahku, seorang pria yang masih sehat diusianya yang lebih tua, tapi ia
tetap merawat ibuku, menyuapinya, bercerita banyak hal padanya, mengatakan
padanya kalau ia mencintainya. Ayahku tak pernah meninggalkannya, selama
bertahun-tahun, hampir setiap hari ayahku selalu menemaninya, ia masih suka
bercanda-canda dengan ibuku. Ayahku pernah mencatkan kuku tangan ibuku, &
ketika ibuku bertanya ,”untuk apa kau lakukan itu? Aku sudah sangat tua &
jelek sekali”.

Ayahku menjawab, “aku ingin kau tetap merasa cantik”. Begitulah pekerjaan
ayahku sehari-hari, ia merawat ibuku dengan penuh kelembutan & kasih
sayang, para kenalan yang mengenalnya sangat hormat dengannya. Mereka
sangat kagum dengan kasih sayang ayahku pada ibuku yang tak pernah pudar.

Suatu hari ibu berkata padaku sambil tersenyum,”…kau tahu, Linda. Ayahmu
tak akan pernah meninggalkan aku…kau tahu kenapa?” Aku menggeleng & ibuku
melanjutkan, “karena aku tak pernah meninggalkannya…”
Itulah kisah cinta ayahku, Mohammed Huda Alhabsyi & ibuku, Yasmine Ghauri,
mereka memberikan kami anak-anaknya pelajaran tentang tanggung jawab,
kesetiaan, rasa hormat, saling menghargai, kebersamaan, & cinta kasih.
Bukan dengan kata-kata, tapi mereka memberikan contoh dari kehidupannya.

sumber: buddistzone

0 komentar:

Posting Komentar