Rabu, 10 November 2010

Kaya Miskin Sama Saja

Kaya Miskin Sama Saja

(Erabaru.or. id) - Di dunia ini, tidak peduli kaya atau miskin, mulia atau hina, setiap orang memiliki hak untuk meraih cita-cita dan teguh pada keyakinannya masing-masing. Manusia di dunia menggolong-golongka n manusia menjadi berbagai tingkat dan kelas menurut pandangan individu, si kaya memandang hina si miskin, pejabat busuk diskriminatif terhadap rakyat biasa. Namun, ditilik secara esensial kehidupan, orang kaya dan orang miskin tidak ada bedanya. Seseorng, meskipun tidak punya apa-apa karena saking miskinnya, asalkan masih punya tekat dan cita-cita, berkemauan untuk maju dan tidak mengganggap semua kekurangan itu sebagai suratan takdir, pasti akan berhasil sekalipun perjalanannya berliku-liku dan sulit ; orang miskin, jika punya kemauan memohon Tao, Tuhan pasti tidak akan memalingkan muka karena kemiskinannya, asalkan sepenuh hati pada Tuhannya, seperti misalnya teratai dalam lumpur, pasti akan mencapai kesempurnaan. (teratai tetap tumbuh subur meski dalam lumpur sekali pun)

Dulu, di dalam sebuah gubuk fakir miskin di Rio de Janeiro, Brasil, ada seorang bocah miskin. Ia begitu suka dengan bola (kaki). Namun, tidak punya untuk membelinya. Karenanya, terpaksa ia menendang kotak plastik, botol minuman dan tempurung kelapa dari tong sampah. Ia kerap menendang ke sana kemari di tempat yang ditemukannya, ketika dia menendang dengan keras sebuah kandung kemih babi di sebuah empang yang kering, kebetulan dipergoki oleh seorang pelatih sepak bola, dan pelatih ini merasa kasihan dengan bocah ini, lalu atas inisiatifnya diberikanlah sebuah bola pada sang bocah. Setelah mendapatkan bola, si bocah semakin giat menendang, dan tidak lama kemudia ia sudah bisa secara akurat memasukkan bola ke dalam sebuah ember yang diletakkan serampangan di kejauhan. Ia ingin sekali bermain bola bersama dengan anak-anak sebayanya di kota, namun, anak-anak orang kaya itu tidak mengubris, dan sengaja menjauhinya. Akhirnya pada suatu ketika, mata pelatih yang menberikannya bola itu melihat sosok yang berbakat pada diri sang bocah, lalu membawanya ke lapangan bolanya. 3 tahun kemudian, remaja yang berusia 17 tahun ini berhasil mencetak 21 gol dalam sebuah kejuaraan sepak bola ke-6, dan untuk petama kalinya berhasil merebut kembali piala untuk Brasil. Sebuah nama yang semula tidak dikenal orang▬ si raja sepak bola Pele, akhirnya tersebar di seluruh dunia.

Di Jepang kuno, petani yang membajak sawah dianggap sebagai rakyat hina oleh kaun bangsawan, bahkan tidak memenuhi syarat sebagai biksu. Ada seorang anak bernama Tian Shan berasal dari keluarga hina (miskin), terpaksa menyembunyikan identitasnya dan menjadi biksu. Belakangan, ia begitu rajin berkultivasi, sehingga didukung publik untuk menjadi kepala biara.namun, di saat upacara pelantikannya, tiba-tiba seseorang melompat keluar dari balairung, dan berteriak sambil menunjuk-nunjuk Tian Shan yang berada di atas altar : “biksu yang berasal dari keluarga hina juga bisa menjadi kepala biara, mana boleh sih?”Dalam upacara yang khidmat tersebut, sejumlah besar biksu tidak tahu harus bagaimana oleh peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba ini, juga tidak bisa mencegah orang yang berkata tadi, terpaksa diam dan mencermati perkembangan insiden tersebut. Upacara pelantikan terpaksa terhenti, bahkan saking sunyinya, sebatang jarum yang terjatuh di atas lantai juga terdengar.

Menghadapi serangan yang tiba-tiba ini, perlahan-lahan Tian shan membuka sepasang matanya, dan menjawab sambil tersenyum ramah : “Teratai di dalam lumpur.” Ini adalah satu patah jawaban yang telak!seketika orang-orang di tempat bersorak riang sambil bertepuk tangan, dan orang yang melancarkan serangan tadi diam seribu bahasa tidak dapat berkata apa-apa, dan tidak bisa tidak ia harus kagum dengan jawaban Tian shan yang sempurna ini.

Sesungguhnya, kaya atau miskin, mulia atau hina di dunia manusia sama seperti air yang mengalir, setiap saat berubah. Hakikat yang tidak tergoda oleh bentuk lahiriah dan memandang hambar akan kaya dan miskin atau mulia dan hina, baru bisa sederajat memandang segala makhluk hidup di dunia. Hati dan moralitas yang luhur barulah cahaya kehidupan yang berharga. (Sumber Secret China )

0 komentar:

Posting Komentar