Rabu, 10 November 2010

Tentang Seorang Pembunuh Cilik....... .... Keadilan Indonesia... .....

From:
jurnalisme@yahoogro ups.com
Sent: Wednesday, November 03, 2010 11:44 PM
Subject: [jurnalisme] Kisah seorang "pembunuh cilik" - keadilan ala
Indonesia


Tentang Seorang Pembunuh Cilik....... .... Keadilan Indonesia... .....
Oleh : Reza Gardino
Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal
di LP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsung
dengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana. Dengan
jantung
dag dig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang
akan saya temui. Sudah terbayang muka keji hanibal lecter, juga
penjahat-penjahat berjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran
pembunuh berdarah dingin lain yang sering saya temui di cerita TV.
Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salah
satu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anak
berumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa dengan
wajah
yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yang sopan.
Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelum
masuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juara
menggambar, jago bermain suling,
juara mengaji dan azan di tingkat
kanak-kanak. Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari balik
sekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesar
tingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?
Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum
genap berusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerah
bekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar
belakangnya karena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu
tinggi.
Berita ini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya
setelah ayahnya
dikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut. Bermodalkan
pisau dapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.
"siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di tempat
itu.
"Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil
disambut gelak tawa di belakangnya.
Tanpa banyak bicara anak
kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau ke
perut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itu
jatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumah
setelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang ke
kantor polisi.
"Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yang
ikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak di
penjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dari selnya.
Dan
caranya pun menurut saya tergolong ajaib.
Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun.
Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil
kebersihan.
Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah
satu
kantung sampah.
Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara.
Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah
membaca artikel tentang fermentasi makanan tape (ingat loh waktu wawancara
usianya baru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung
hawa panas yang bersifat destruktif terhadap benda keras. Kebetulan pula di
Lapas anak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap
disediakan
tape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke
dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara
itu
menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya.
2-0 untuk arif. Ia keluar penjara ke dua kalinya.
Pelarian ke
tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasi
membersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yang
berfungsi sebagai pegangan ember itu di simpannya di dalam kamarnya.
Tahu bahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat
persembunyian
paling aman sebelum memutuskan untuk kabur.
Ruang kepala Lapas menjadi
pilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga berani
memeriksa ruangan ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar dengan
menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan
tanya saya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk
Arif.
Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih
berada di sebuah kepala bocah. Pelarian-pelarianny a didorong dari rasa
kangennya terhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya
untuk ke rumah sang
ibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobil
omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan,
pulang!
Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang juga
seorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif.
Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa
surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.
Ibu
kepala Arif
minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. Tulisnya
singkat.
Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidak
lantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan.
Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya
hanya berandai-andai jika saja, polisi bertindak cepat menangkap pembunuh si
ayah (secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan
rajin itu tidak akan berada di tempat seperti ini. Dan kreativitasnya yang
tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain. Sayangnya si Arif itu cuma anak
pedagang sayur miskin sementara si preman yang dibunuhnya selalu setia
menyetor kepada pihak berwajib setempat. Itulah yang namanya keadilan
Indonesia!

BeHappy!

0 komentar:

Posting Komentar