Minggu, 26 September 2010

Anak Berbakti dan Ikan Longli

Anak Berbakti dan Ikan Longli


Hampir semua masyarakat keturunan Tionghoa yang pernah pergi ke Amerika Utara mengetahui bahwa semua rumah makan yang dikelola oleh orang Tionghoa, selalu menyediakan ikan yang sangat digemari oleh orang Tionghoa itu sendiri. Ikan itu bernama ikan Long Li.

Ikan jenis ini dagingnya sangat lezat dan sedap, ikan tersebut hanya satu sisi saja yang berdaging dan sisi lain tidak berdaging, tubuhnya juga memiliki dua warna yang berbeda, sisi yang tidak berdaging berwarna putih, dan sisi yang berdaging berwarna cokat tua.

Mengapa ikan ini berbeda dengan jenis ikan yang lain? Simak kisah yang mengharukan di bawah ini!

Dahulu kala tinggallah seorang anak muda bersama ibunya yang buta. Karena menderita sakit, maka ibunya hanya bisa berbaring di atas ranjang sepanjang tahun.

Musim dingin pada bulan Desember tahun itu, salju sedang beterbangan turun, ibunya sudah beberapa hari berturut-turut tidak makan. Anak muda yang sangat mencemaskan ibunya itu lalu bertanya, “Ibu, makanan apa yang ibu inginkan?”

Ibunya memahami keadaannya yang sangat miskin, dia sendiri sepanjang tahun hanya bisa berbaring di atas ranjang yang malah akan memperberat tanggungan keluarga. Kali ini dia sudah membulatkan tekad tidak makan dan minum dan menunggu ajal tiba.

Sang anak sangat cemas, ia berharap ibunya bisa makan sedikit, walaupun itu hanya sedikit bubur tajin untuk menyelamatkan nyawa ibunya dari maut. Ibunya juga mengetahui di saat musim dingin seperti ini, permukaan sungai pun sudah beku menjadi es, bagaimanapun juga anaknya tidak akan bisa menyulap seekor ikan untuk dimakan. Agar anaknya tetap di rumah dan tidak pergi ke mana-mana, dengan nada yang tidak bersungguh-sungguh dia berkata bahwa dia ingin makan ikan.

Pemuda ini adalah seorang yang sangat berbakti. Dia mengira ibunya benar-benar ingin makan ikan, dia sangat girang sekali, dia pun beranggapan kali ini ibunya pasti akan tertolong. Tetapi saat dia menengok keluar rumah, di luar hanyalah terlihat hamparan salju yang putih, angin utara sedang bertiup menderu-deru. Si pemuda kembali khawatir, ia tidak tahu harus kemana untuk mencari ikan, salju telah membekukan semua sungai menjadi es.

Tetapi karena sangat ingin menolong ibunya, dengan membulatkan tekad, pemuda itu meminta ibunya untuk me-nunggu, dan dia pun berlari menerjang keluar menuju ke sungai yang berada di dekat rumahnya. Pemandangan yang ada di depan matanya saat itu hanyalah permukaan sungai yang tertutup oleh salju dan es yang sangat tebal. Mustahil untuk mendapatkan ikan dalam kondisi seperti ini.

Hatinya pun gelisah. Tapi dia sangat ingin sekali memenuhi keinginan ibunya. Dia lalu berdoa kepada Tuhan dan dewa penjaga sungai agar membantu untuk menolong ibunya. Kemudian, dia membuka baju dan menggunakan panas tubuhnya yang sangat lemah itu untuk mencairkan permukaan sungai yang sangat dingin menusuk tulang itu.

Dapat dikatakan apa yang terjadi kemudian sungguh aneh. Mungkin berkat ketulusan hati si pemuda itu sehingga doanya membuahkan hasil. Secara ajaib salju dan es yang menutupi permukaan sungai itu sebagian mencair dengan cepat. Mendadak seekor ikan segar melompat keluar ke atas permukaan es.

Pemuda itu menjadi girang dan ia sangat bersyukur kepada Tuhan, serta berterima kasih kepada ikan itu. Seumur hidupnya dia tidak pernah membunuh, saat itu dia memegang ikan itu dan berkata, “Saya sebenarnya tidak ingin melukaimu, saya hanya ingin menolong ibu, terpaksa saya harus mengambil dagingmu sedikit.”

Si pemuda hanya mengambil daging ikan itu dari satu sisi saja dan tidak melukai organ dalam ikan itu, lalu ikan itu dia lepaskan kembali ke dalam sungai.

Di kemudian hari ikan tadi dinamakan ikan berbakti. Dan sekarang oleh masyarakat keturunan Tionghoa yang hidup diluar negeri, ikan ini disebut ikan Long Li.

Malam itu, si pemuda segera memasak dan menyuapi ibunya yang sekarat dengan sup ikan yang lezat itu. Sangat ajaib, setelah minum sup ikan itu tubuh ibunya kian hari kian membaik dan penglihatannya pun berangsur-angsur pulih.

Suatu niat dan kelakuan yang begitu agung, sungguh telah menggetarkan dan mengharukan langit dan bumi, akhirnya ia akan mendapatkan balasan dengan apa yang disebut keajaiban oleh manusia. Meskipun banyak orang tidak mempercayainya, tetapi keajaiban ini benar-benar pernah dialami oleh orang-orang tertentu.

Ada orang yang telah divonis oleh dokter bahwa sakitnya sudah tidak dapat disembuhkan, tetapi akhirnya ia mendapatkan kesembuhan yang tak terduga; ada yang sedang dalam kesulitan keuangan untuk membayar uang masuk sekolah anaknya, tiba-tiba mendapatkan rejeki senilai persis yang diperlukan untuk keperluan sekolah anaknya, dan lain-lain kejadian lagi. Semua hal-hal mengharukan ini sebenarnya menandakan apa? Tak lain dan tak bukan adalah untuk mengingatkan manusia bahwa Sang Pencipta senantiasa tahu akan perilaku, hati dan pikiran setiap insan-Nya!

Ada orang merasa telah menjadi orang baik, tetapi mengapa malang nasibnya?

Sesungguhnya, orang yang benar-benar baik, ia tidak akan mengeluh terhadap nasibnya. Ia akan sepenuhnya menyadari bahwa Yang Kuasa adalah Maha Belas Kasih, tentu telah mengatur nasibnya sedemikian rupa adalah untuk kebaikannya juga. Sang Pencipta tentu punya maksud-maksud lain yang tidak kita pahami.

Orang yang menganggap dirinya sendiri orang baik, apakah benar-benar baik? Dia mungkin ramah kepada semua orang, tetapi apakah hatinya tidak dipenuhi dengan kedengkian, dan apakah pikirannya benar-benar bersih dari hal-hal yang kotor dan jahat? Lagi pula dengan mengeluh, bukankah itu berarti dia sedang menyalahkan Sang Pencipta?


Oleh Hana Walet 吴燕妮 (facebook)

Perbedaan antara Surga dengan Neraka

Perbedaan antara Surga dengan Neraka


Terdapat seorang dermawan yang seumur hidupnya selalu berbuat amal, pada saat dia akan meninggal Tuhan mengutus seorang malaikat yang khusus untuk menjemput dia. Malaikat berkata kepadanya :”Dermawan, karena engkau seumur hidup selalu berbuat amal, engkau akan mendapat berkah yang amat besar, pada saat ini sebelum anda meninggal saya dapat mengabulkan sebuah permintaan yang paling engkau ingin lakukan.”

Dermawan menjawab :”Malaikat yang suci, terima kasih atas welas asihmu. Dalam seumur hidup saya penyesalan saya yang paling besar adalah, seumur hidup saya percaya kepada Tuhan, tetapi saya tidak pernah melihat bagaimana keadaan di surga dan di neraka? Sebelum saya meninggal, dapatkah engkau membawa saya melihat kedua tempat ini ?”

 

Malaikat menjawab :”Tidak ada masalah, karena nanti engkau akan naik kesurga, maka saya akan membawa anda keneraka terlebih dahulu untuk melihat-lihat.” Si dermawan mengikuti malaikat datang ke neraka, didepan mereka terdapat sebuah meja makan yang sangat besar, diatas meja terhidang berbagai makanan yang sangat lezat. “kehidupan dineraka kelihatan sangat baik ! tidak penuh dengan kesengsaraan seperti yang saya bayangkan !” si dermawan dengan sangsi bertanya kepada malaikat “jangan tergesa-gesa, engkau perhatikan sebentar lagi.” Dalam sekejab saat makan siang sudah tiba, terlihat sekelompok hantu yang kurus kering bagaikan tengkorak duduk dimeja makan. Disetiap tangan mereka tergenggam sepasang sumpit yang panjangnya 1 meter lebih. Terlihat setiap orang berusaha dengan segala cara menyumpit lauk pauk yang dimeja tetapi mereka tidak dapat memasukan kedalam mulut mereka karena sumpit terlalu panjang, sehingga mereka kelaparan tidak dapat makan. “Sungguh kasihan, kenapa begitu kejam? menggoda mereka dengan makanan yang lezat, tetapi mereka tidak dapat memakannya.”

“Engkau melihat mereka sungguh sengsara, sekarang saya akan membawa engkau ke surga untuk melihat-lihat.” Sesudah sampai di surga, terlihat pemandangan yang sama yaitu terdapat sebuah meja makan yang besar dan diatas meja makan terhidang makanan yang lezat-lezat, terlihat setiap orang juga menggenggam sepasang sumpit yang panjangnya lebih dari 1 meter, yang terlihat berbeda adalah sekelompok orang yang duduk dimeja makan tersebut adalah sekelompok orang yang gemuk-gemuk  berwajah gembira dan ceria. Mereka menyumpit lauk pauk dengan sumpit panjang, yang berbeda adalah  mereka tidak memasukan kedalam mulut masing-masing, mereka saling  menyumpit makanan memasukan kedalam mulut orang yang duduk diseberang mereka sehingga setiap orang dapat makan dengan kenyang dan gembira.

 

Perbedaan antara surga dan neraka adalah bagaimana sifat kita terhadap sesama manusia.


Oleh Hana Walet 吴燕妮 (facebook)

Kamis, 23 September 2010

Legenda 8 Dewa Si Tongkat Besi (Li Tieh Kuai)

Ada delapan dewa yang cukup dikenal oleh masyarakat China, dan menjadi legenda dari masa ke masa. Salah satu diantaranya adalah Li Tieh Kuai (si Tongkat Besi).

Dongeng mengenai si Tongkat Besi ini banyak sekali. Ada yang mengatakan bahwa dewi Xiwangmu-lah yang menjelmakannya menjadi dewa tersebut dan dikukuhkannya sebagai pendiri agama di Donghua, lalu menghadiahi sebuah tongkat besi padanya. Versi lain mengatakan bahwa dia bernama asli Hungshui yang sering mengemis di kota, dan dihina orang, kemudian dia melempar ke udara tongkat besinya yang kemudian menjadi seekor naga terbang, dia menunggangi naganya pergi ke langit kemudian berubah menjadi dewa. Sedangkan satu versi lain mengatakan bahwa Lixuan bertemu dengan Taisang Laojun dan mendapat ajaran Dao (Tao). Cerita berikut ini adalah mengenai kisah si Tongkat Besi bertemu dengan Taisang Laojun.

Si Tongkat Besi bukanlah manusia biasa, dia berbakat dan terpelajar, berperawakan kekar, memiliki wajah tampan dan rupawan serta sopan; berperangai riang, serta menguasai ilmu tentang misteri alam semesta. Sejak muda tidak suka akan hal dan urusan duniawi, tapi mengagumi prinsip ilmu gaib dan ajaran Tao. Dia berpendapat bahwa langit dan bumi tidak nyata, hidup manusia adalah ilusi belaka. Hasrat dan keinginan serta nafsu duniawi, semuanya bagai kapak yang tajam. Baik prestasi, kekayaan, pangkat serta kedudukan tinggi itu semua adalah racun anggur yang memikat hati manusia. Walaupun agung bagaikan putra kayangan sekalipun serta kekayaannya terdapat di mana-mana, namun semua itu hanyalah awan yang melayang. Lagi pula semua itu berasal dari tiada, sehingga yang datang pun pasti akan kembali ke asalnya yang tiada, ini adalah hukum alam yang tidak berubah.

Sesungguhnya kehidupan manusia itu mempunyai lingkungan kesenangan tersendiri, buat apa harus tenggelam dalam hubungan perasaan dan menyia-nyiakan waktu. Oleh karena itu dia bertekad berkultivasi sejati. Maka berpamitlah ia kepada teman dan sanak keluarganya, pergi mencari sebuah lembah indah yang sunyi dan sepi. Disusunnya bebatuan menjadi sebuah pintu, menganyam alang-alang menjadi tikar. Menjernihkan jiwa dan membersihkan hati, bertaubat dan berlatih raga berkultivasi jiwa, lupa akan makan dan tidur, beberapa tahun pun berlalu.

Pada suatu hari, teringat olehnya bahwa nama Taisang Laojun dan ajaran Tao-nya yang tersohor dan dikenal di mana-mana itu tinggal di gunung Huasan, kenapa tidak berguru padanya? Oleh karena itu berangkatlah ia siang dan malam, menahan lapar dan haus menempuh perjalanan yang sulit, akhirnya tibalah ia digunung Huasan, dan berguru pada Taisang Laojun. Dengan ajaran intisari dan filosofi Tao yang diberikan oleh Laojun, terbukalah batin si Tongkat Besi dan sirnalah segala hal kerikatan duniawi di benaknya. Setelah meninggalkan gunung Huasan, maka si Tongkat Besi pun semakin tebal ajaran filsafat serta kokoh ilmunya.

Suatu hari, datanglah Taisang Laojun menunggang seekor bangau, mengajaknya pergi berjalan-jalan ke daerah kayangan barat selama sepuluh hari. Sepuluh hari kemudian, si Tongkat Besi berpesan kepada muridnya yang bernama Yangzi: "Roh saya akan meninggalkan tubuhku untuk pergi ke gunung Huasan sesuai dengan janji pada Taisang Laojun dan jasadku akan tinggal di sini, jika dalam waktu tujuh hari, roh saya tidak kembali ke tubuhku maka kamu boleh mengremasi tubuhku. Namun dalam tujuh hari ini, kau harus menjaganya baik-baik, jangan sampai melukainya, dan jangan sekali-sekali mengingkari kata-kataku ini". Setelah selesai berpesan, si Tongkat Besi pun duduk bermeditasi, dan rohnya meninggalkan jasadnya, untuk pergi ke dunia lain bersama Taisang Laojun.

Sang murid Yangzi yang mendapat tugas untuk menjaga jasad gurunya itu menjalankan amanat sang guru dengan baik, siang dan malam tidak melalaikannya. Sampai hari keenam, tiba-tiba datanglah seorang keluarganya dengan cepat menghampiri dan berkata dengan gugup: "Ibu sakit sangat gawat, hampir hilang kesadarannya dan hanya menunuggu dan ingin melihat kamu seorang, tolonglah cepat pulang". Yangzi menangis tersedu-sedu dan berkata: "Ibu dalam kondisi kritis, namun roh guru pun belum kunjung tiba, seandainya saya pergi meninggalkannya, siapa yang akan menjaga jasadnya nanti."

Keluarganya berkata: "Jika manusia sudah mati, maka tidak akan hidup kembali, apalagi sudah enam hari lamanya, organ tubuhnya seperti paru-paru dan hatinya pasti sudah busuk, bagaimana bisa hidup lagi, sungguh sangat bodoh kamu! Saya berpendapat bahwa gurumu pergi enam hari dan belum kembali, dia sudah berdosa karena mengingkari janjinya. Jika orang tuamu meninggal dan melayat pun kamu tidak keburu, itu akan menjadi penyesalan seumur hidup. Lebih baik segera kau perabukan jasadnya dan pulang untuk merawat ibu di rumah." Selesai mendengar, hati Yangzi pun ragu. Tapi keadaan memerlukan keputusan tegas, tidak bisa ragu-ragu lagi, turuti saja kata-kata anggota keluarganya.

Lalu Yangzi menyiapkan kayu bakar dan meletakkan jasad guru di atasnya, mempersiapkan sesaji dan kuplet duka cita, menangis sembari menyembahyangi roh gurunya itu. Dalam kuplet duka cita itu tertulis: Ibu dalam kondisi sakit parah, namun roh guru pun belum kunjung datang jua, kata-kata guru wajib untuk dilaksanakan, namun keselamatan nyawa ibu juga menjadi pertimbangan. Melepaskan ikan untuk mendapatkan telapak beruang yang mahal, sulit untuk memilih salah satu di antaranya, hanya bisa berpamitan pada roh dalam linangan air mata, selamat tinggal gunung Huasan yang tercinta. Setelah selesai berdoa dan sembahyang, maka dinyalakan api yang berkobar-kobar membakar kayu, sekejap saja jasad pun menjadi abu. Yangzi menengadah ke langit dan menangis dengan tersedu-sedu, lalu pulanglah ia menuju ke rumahnya untuk melaksanakan tugasnya sebagai anak yang berbakti. Sesampainya di rumah, ibunya telah meninggal dunia.

Di sisi lain, arwah si Tongkat Besi yang sedang bertamasya menuju ke gunung Huasan, mengikuti Taisang Laojun ke berbagai kawasan di kayangan, melewati Penglai dan Fangzhang serta tiga puluh enam gua. Dalam wisata beberapa harinya itu, banyak sekali ia mendapat ilmu dari Laojun, dan akhirnya sampailah tujuh hari seperti rencana semula, lalu ia berpamitan kepada Laojun, namun Laojun hanya tersenyum tanpa kata, kemudian membuat sebuah mazmur Buddha serta mendorongnya agar segera pulang ke jasadnya. Mazmur (catatan) itu berbunyi: "Menebah padi tidak menebah gandum, kereta berjalan ringan menelusuri jalan yang hafal; Jikalau ingin mendapat jasad kembali, harus mencari wajah yang baru."

Si Tongkat Besi pulang persis di hari ketujuh dan sesampainya di pondok rumahnya, dicarilah tubuh yang dulu dia tinggalkan, namun tidak ditemukannya, bahkan sang murid Yangzi pun sudah tidak kelihatan. Yang tampak hanyalah bekas tumpukan kayu bakar, hawa yang hangat dari sisa pembakaran itu masih mengepul, sekelilingnya sunyi senyap, saat itu baru disadari apa yang telah terjadi dengan jasadnya itu, segalanya sudah terlambat dan hanya umpatan yang bisa dilontarkan kepada murid yang mengingkari janjinya.

Maka arwah si Tongkat Besi pun bergentayangan, hanya bisa menangis siang dan malam. Suatu hari, ia melihat seseorang yang mati kelaparan, tergeletak di sisi bukit, saat itulah secara tiba-tiba teringat kembali olehnya akan mazmur Laojun sebelum berpisah dengannya: "Kalau ingin mendapatkan jasad kembali, harus mencari wajah yang baru". Eh, siapa tahu mayat yang mati kelaparan itu justru sandaran yang ia tunggu-tunggu. Kalau memang demikian, buat apa menyalahkan orang lain? Apalagi arwahnya gentayangan dan tak mempunyai sandaran hidup, mana punya waktu lama-lama untuk pilih-pilih lagi?

Singkat cerita, si Tongkat Besi pun masuk ke dalam jasad mayat itu yang masih segar, lalu berdiri. Mayat kelaparan itu berwajah dekil dan rambut kusut, telanjang dada, dia berjalan timpang dan bertongkat bambu. Jadi tampangnya yang buruk rupa dan pincang yang dilihat oleh generasi berikutnya, adalah wujud yang berasal dari tubuh mayat kelaparan itu, bukanlah wujud dari badannya yang asli. Setelah masuk ke dalam jasad itu, maka ia dapat kembali lagi memiliki kemampuan supernormal untuk melakukan berbagai hal. Disemburkan air ke tongkat bambu yang ada di tangannya dan jadilah sebuah tongkat besi lagi.

By:Hana Walet (Facebook)

Kisah 8 Dewa

Delapan Dewa tidak langsung dilahirkan abadi. Mereka berasal dari dunia manusia, seperti dari anggota keluarga kekaisaran, pengemis, pendeta Tao, dan lain-lain. Ada kisah yang yang sangat menarik di belakang mereka saat berhasil berlatih dan mencapai keabadian.

Dalam legenda, Delapan Dewa terdiri dari laki-laki dan perempuan, muda dan tua, kaya dan berbudi luhur, serta miskin dan rendah hati. Klenteng Tao dari Delapan Dewa tersebar di seluruh Tiongkok dan patungnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari prosesi penyembahan. Senjata yang mereka bawa seperti lonceng kayu keras, kipas, tongkat, seruling, pedang, botol labu, Tao dan keranjang bunga, ini semua disebut "delapan harta" dan simbol dari Delapan Dewa.

Bagian yang paling terkenal dari Delapan Dewa adalah karya-karya sastra dan seni seperti lukisan Delapan Dewa Menyeberangi Laut, Delapan Dewa Menyajikan Buah Persik dan Roti dll. Selain itu, Delapan Dewa biasanya juga ditampilkan dalam lukisan Tahun Baru, bordiran, kerajinan keramik, festival lentera dan opera dll. Ada ungkapan "Baxianguohai, gexianshentong "(berarti" Delapan Dewa menyeberangi lautan, masing-masing menunjukkan keahlian khusus-nya ") adalah salah satu ciri khas yang paling banyak digunakan di Tiongkok.

Li Te Guai

Li Tie Guai

Li Tie Guai-("Li dengan tongkat besi"). Tongkat besi yang dimilikinya, diberikan oleh Xi Wang-mu saat dia disembuhkan kakinya. Xi Wang-mu juga mengajarinya mengultivasi diri menjadi Dewa. benda lain yang dibawa-Nya adalah labu yang berisi ramuan ajaib.

Li kadang-kadang digambarkan dengan temperamen tinggi dan keras kepala, tapi murah hati terhadap orang miskin, orang sakit dan yang membutuhkan. Dengan menggunakan obat khusus dari labu-Nya, dia dapat mengurangi penderitaan orang lain. Ia sering digambarkan sebagai seorang pria tua jelek dengan wajah kotor, jenggot kumal, dan rambut berantakan yang diikat dengan pita emas. Dia berjalan dengan bantuan sebuah tongkat besi dan sering memikul labu miliknya di bahu atau dipegang ditangan. Dia juga sering digambarkan sebagai tokoh lucu, turun ke bumi dalam bentuk seorang pengemis dan menggunakan kemampuannya untuk memperjuangkan nasib yang membutuhkan dan tertindas.

Ada sebuah cerita lain tentang bagaimana Li sampai memiliki kaki yang pincang. Dengan Turun dari langit, Lao-zi memulai mengajarkan ajaran-ajaran Tao kepada Li. Segera setelah Li mencapai keabadian, ia meninggalkan tubuhnya untuk melakukan perjalanan ke Gunung suci Huashan. Dia meminta salah seorang muridnya untuk menjaga tubuhnya dan memberikan tugas khusus kepada murid-Nya untuk membakar tubuhnya jika ia tidak kembali dalam waktu tujuh hari. Namun, pada hari keenam, murid-Nya menerima pesan bahwa ibunya sedang sakit keras. Dia bingung apakah harus memenuhi kewajibannya sebagai seorang anak atau menjaga tubuh Li. Akhirnya murid itu memilih pulang menjenguk Ibunya tapi sebelum itu ia membakar tubuh Li. Pada hari ketujuh, Li kembali dan menemukan tubuhnya sudah terbakar menjadi abu. Dia terpaksa memasuki tubuh seorang pengemis yang telah meninggal yaitu seorang pria dengan kaki pincang, dan cacat. Li tidak ingin hidup dengan tubuh barunya tetapi Lao-zi memintanya untuk menerima nasibnya, dan memberi Li sebuah tongkat besi untuk membantu dia berjalan.

Zhang Guo Lao

Zhang Guo Lao

"Zhang Guo Lao" adalah salah satu dari Delapan Dewa. Dia adalah tokoh nyata dalam sejarah, keberadaanya-Nya dimulai sekitar masa pertengahan atau akhir abad ketujuh sebelum Masehi, dan berakhir kira-kira pada masa pertengahan abad kedelapan. julukan The "Lao" ditambahkan di akhir namanya, kata ini  memiliki arti "Tua".

Zhang Guo Lao adalah paling eksentrik dari dewa lain, salah satunya dapat dilihat dari gaya kung fu yang didedikasikan untuk dirinya. gaya ini meliputi bergerak seperti memberikan tendangan sambil memutar badan atau tekukan sejauh bahu Anda menyentuh tanah. Dia dikenal cukup menghibur, sering membuat dirinya menghilang, minum dari bunga beracun, memetik burung-burung di langit, serta bunga menjadi layu hanya dengan menunjuk kearah mereka, saat berada dihadapan Kaisar.

Zhang Guolao punya kebiasaan unik, yaitu menunggang keledai putih secara terbalik, sehari berjalan bisa mancapai 10.000 Li.  Tentu saja keledai itu juga merupakan keledai khayangan, yang bisa dilipat dan dimasukkan ke dalam tas saat ia sedang tak diperlukan tuannya.

Sangat sedikit yang tahu mengapa dia menunggang keledai secara terbalik. Dia menemukan bahwa dengan berjalan ke depan berarti mundur ke belakang, dia lalu menunggang secara terbalik.

Cao Guojiu

Cao Guojiu

Cao Guojiu adalah Dewa terakhir dari Delapan Dewa. Dia ditampilkan dengan pakaian pejabat resmi dan butiran batu giok. Kadang-kadang ia terlihat memegang alat musik. keajaiban butiran batu gioknya adalah dapat memurnikan lingkungan.

Cao Guojiu adalah paman dari seorang Kaisar pada zaman Dinasti Song, yaitu adik terkecil dari janda Ibu Suri Cao.

Adik Cao Guojiu, Cao Jingzhi adalah pengganggu, tapi tak ada yang berani menuntut dia karena koneksi yang kuat, bahkan setelah dia membunuh seseorang. Cao Guojiu begitu kewalahan oleh kelakuan adiknya, merasa sedih dan malu. Akhirnya ia mengundurkan diri kantornya dan kembali pulang.

Suatu hari Zhongli Quan dan Lu Dongbin bertemu dengannya dan menanyakan apa yang sedang dia lakukan. Dia menjawab bahwa dia sedang belajar Tao.

 

"Apakah itu dan dimanakah itu?", mereka balik bertanya.

 

Pertama-tama dia menunjuk ke langit dan kemudian ke hatinya

Zhongli Quan

Zhongli Quan adalah salah satu Dewa yang paling kuno dan menjadi pemimpin dari Delapan Dewa (Beberapa orang menganggap Lu Dongbin menjadi pemimpin). Ia juga dikenal sebagai Zhongli Han (Han Zhongli) karena dia lahir pada masa Dinasti Han.

Lahir di Yantai, Zhongli Quan pada masa hidupnya hanya pernah mengabdi pada masa Dinasti Han.

Menurut legenda, cahaya terang memenuhi ruangan saat dia dilahirkan. Setelah lahir, tujuh hari penuh dia terus-menerus menangis tanpa henti.

Zhongli Quan adalah seorang Jenderal dalam kerajaan pada masa Dinasti Han. Biasa digambarkan sebagai laki-laki gemuk bertelanjang perut dan membawa kipas bulu yang dapat mengendalikan lautan dan dapat menghidupkan orang mati.

Pada hari tuanya dia menjadi petapa dan mendalami ajaran Tao.

Han Xiang

Han Xiang

Han Xiang atau Xiang Zi, adalah Salah satu dari Delapan Dewa.

Han Xiang lahir pada masa Dinasti Tang, dan memiliki nama kehormatan Qingfu. Dia adalah kemenakan atau cucu dari Han Yu, seorang negarawan terkemuka diPengadilan Tang. Han Xiang belajar Taoisme di bawah bimbingan Lv Dongbin.

Pada suatu perjamuan dengan Han Yu, Han Xiang membujuk Han Yu untuk melepaskan hidupnya sebagai pejabat dan ikut belajar Tao bersama dia. Tapi Han Yu tetap pada pendiriannya dan sebaliknya mengatakan bahwa Han Xiang harus memberikan hidupnya untuk Taoisme, bukan Konghucu, jadi Han Xiang menunjukkan kemampuan Tao yang dia pelajari dengan menuangkan anggur kedalam cangkir demi cangkir dari labu miliknya tanpa berhenti.

Karena serulingnya dapat memberikan kehidupan, maka Han Xiang juga disebut pemain seruling pemberi perlindungan.

Lan Caihe

Lan Caihe

Dari kedelapan dewa, Lan Caihe adalah dewa yang paling sedikit memiliki informasi. Umur dan jenis kelaminya tidak di ketahui.

Lan biasanya digambarkan dalam pakaian yang tidak jelas, tetapi sering ditampilkan sebagai pemuda atau gadis membawa keranjang bunga  yang terbuat dari bambu.

Diceritakan perilaku Lan sering aneh dan eksentrik. Beberapa sumber mengatakan gaun Lan Caihe menggunakan gaun biru lusuh, dan dikenal sebagai dewa pelindung para pujangga. Dalam tradisi lain, Lan adalah penyanyi wanita dan memiliki lirik lagu yang dapat memprediksi kejadian masa depan secara akurat.

Dia terbang meninggalkan dunia dengan angsa langit atau burung bangau pergi ke langit. Diceritakan pernah suatu hari ketika berada di sebuah kedai, ia diduga bangun dan pergi ke kamar mandi. Tapi sebelum berangkat pergi dia  melepaskan pakaiannya dan terbang dengan burung bangau atau angsa pergi ke langit.

He Xiangu

He Xian Gu

He Xian Gu adalah satu-satunya dewa perempuan di antara Delapan Dewa.

Ada sumber yang mengatakan He Xian Gu berasal dari daerah Prefektur Yong (hari ini disebut Linglin County, Hunan) pada masa Dinasti Tang, atau dari keluarga kaya dan dermawan di daaerah Zengcheng, Guangdong.

Saat lahir He Xian Gu memiliki enam rambut panjang di kepalanya. Saat berusia 14 atau 15 tahun, seorang dewa muncul dalam mimpinya dan memberi petunjuk kepada dia untuk makan bubuk mika, agar tubuhnya bisa menjadi sangat ringan dan abadi. Jadi, ia memakannya, dan juga bersumpah untuk tetap menjaga keperawananya.

Saat mendaki bukit dan menuruni lembah He Xian Gu dapat melintasinya dengan sangat cepat, rasanya melayang seperti makhluk bersayap. Setiap hari saat fajar dia pergi dan kembali di sore hari dengan membawa buah gunung yang dia kumpulkan untuk ibunya. Kemudian lambat laun dia menyerah mengambil makanan biasa. Ratu Wu mengirim utusan untuk memanggil dia datang ke istana, tetapi di jalan, ia menghilang.

Suatu hari pada periode Long Jing (sekitar 707 CE), He Xiangu terbang ke langit di siang hari bolong, dan menjadi Dewa Tao.

By:Hana Walet (Facebook)

Gadis Kecil yg Baik Hati

Dahulu kala, di sebuah negara yang seperti sekarang engkau dan saya tinggal, terdapat seorang raja yang baik hati. Di negara tersebut terdapat sebuah desa yang agak terpencil, di sana tinggal 5 bersaudara yang sudah tidak mempunyai papa dan mama mereka sudah yatim piatu.

Setiap musim dingin, mereka akan tidur sambil berpelukan untuk menghangatkan badan.

Setelah Raja mengetahui mereka berlima sudah yatim piatu, raja bermaksud mengangkat mereka menjadi anak-anaknya.

Dia mengumumkan, bahwa dia akan segera datang kedesa untuk melihat mereka dan akan segera menjadi bapak angkat mereka.

Ketika kelima bersaudara ini mengetahui kabar ini, mereka sangat gembira sekali.

Penduduk desa setelah mengetahui hal tersebut juga sangat bersemangat dan beramai-ramai datang kerumah kelima bersaudara ini menasehati mereka : "Diantara kalian berlima yang bisa menyediakan kado paling istimewa kepada raja tentu akan menjadi kesayangan raja. "

Mereka semua tidak mengetahui sifat raja yang sebenarnya, mereka hanya menaksir, biasanya seorang raja tentu bersifat siapa yang dapat mengambil hatinya dia yang akan menjadi kesayangan ?.

Setelah mendengar nasehat penduduk desa, kelima bersaudara ini dengan giat segera mempersiapkan kado untuk raja, untuk mengambil hati raja.

Salah satu diantara kelima bersaudara ini mempunyai keahlian memahat kayu, dan dia bermaksud mengukir sebuah benda yang istimewa untuk raja, dengan pisaunya dia sibuk mengukir disebuah kayu, karena dia ahli sekali dengan seni ukir maka setiap barang yang diukir kelihatan seperti benda hidup.

Kakaknya bermaksud melukis sebuah lukisan surga, supaya raja dapat mengantungkan lukisannya di istana raja, kakaknya yang lain sangat pintar menyanyi dan bermain alat musik, dia akan menghadiahkan sebuah lagu yang merdu kepada raja, setiap hari dia berlatih menyanyi, sehingga penduduk desa yang lewat akan berhenti didepan jendela rumah mendengarkan suara nyanyiannya yang merdu.

Seorang abangnya menginginkan raja mengetahui kepintarannya, sehingga setiap malam dia belajar sampai tengah malam, matematika, ilmu alam, ilmu pasti semua dipelajarinya, dia sangat pintar dan ingin raja mengagumi kepintarannya.

Tetapi si bungsu diantara kelima bersaudara ini tidak mengetahui akan menghadiahkan kado apa kepada raja? Gerakannya agak lamban sehingga tidak cocok untuk mengukir, tangannya sangat kaku sehingga tidak bisa melukis, suaranya yang tidak merdu membuatnya tidak bisa menyanyi dan otaknya tidak begitu pintar seperti kakak-kakaknya.

Dia hanya seorang gadis kecil yang menjaga kuda, biasanya dia akan berdiri di depan jalan yang masuk kedesa mereka, dan melihat keramaian orang yang lewat setiap ada kesempatan dia akan membantu penunggang kuda yang lewat untuk memberi makan, minum kuda dan menyikat bulu kuda, mereka akan memberikannya sedikit uang dan dengan uang ini dia akan memberi makanan untuk abang dan kakak-kakaknya.

Gadis kecil ini menganggap dirinya tidak ada yang istimewa yang dapat diberikan kepada raja.

Tetapi sebenarnya dia mempunyai sebuah hal yang istimewa yang dia sendiri tidak tahu, hatinya sangat baik, dia akan menyapa setiap pengemis dengan namanya. Dia akan memberi makan kepada anjing dan kucing jalanan yang kelaparan. Dia akan dengan ramah menyapa setiap orang yang berkunjung kedesa mereka dan memberi bantuan kepada mereka, dan bertanya kepada mereka : "Apakah kalian capek dalam perjalanan ini? Dapatkah kalian memberitahukan kepada saya apa yang kalian pelajari diperjalanan ini? Apakah engkau menyukai pekerjaan anda yang baru?" Dengan ramah dan sabar dia akan mengobrol dan mendengar keluh kesah orang yang lewat.

Karena hatinya yang lapang, dan perhatiannya yang besar kepada orang lain, ia ingin mengetahui keadaan orang lain dia selalu bertanya, tidak pandang bulu kepada siapa saja, terhadap seorang pengemis maupun seorang saudagar kaya yang lewat dia akan selalu menyapa mereka dengan ramah.

Gadis kecil ini masih menganggap dirinya bukan apapun, karena itu dia khawatir raja tidak akan menyukainya.

Dia ingat nasehat dari penduduk desa maka dia harus memberikan sebuah kado yang istimewa untuk raja.

Dia mengambil sebuah pisau kecil, datang ke samping abangnya yang pintar mengukir dan berkata : "Abang, dapatkah engkau mengajar saya mengukir? "Abangnya yang sedang sibuk tidak melihat kearahnya menjawab "Maaf, saya sibuk sekali, engkau tahukan raja akan segera datang."

Gadis kecil ini lalu meletakkan pisau kecilnya dan mengambil sebuah kuas untuk melukis.

Dia lalu datang ke tempat kakaknya di lembah gunung sedang melukis matahari terbenam.

"Lukisanmu sungguh cantik kakak !" gadis kecil yang baik hati ini berkata dengan lembut.

"Saya tahu." jawab kakaknya

"Dapatkah engkau mengajar saya melukis?" gadis kecil ini bertanya "Sekarang tidak bisa" jawab kakaknya tanpa memalingkan kepala kepadanya "Engkau tahukan raja akan segera datang."

Gadis kecil ini teringat kepada kakaknya yang pintar menyanyi.

"Kakak yang ini tentu akan membantu saya " dalam hati dia berkata.

Dia datang ke tempat kakaknya dan melihat banyak orang yang mengelilingi mendengar kakaknya bernyanyi.

"Kakak ! Kakak ! saya datang mendengar engkau bernyanyi, bisakah engkau mengajar saya bernyanyi !" teriak gadis kecil ini.

Tetapi kakaknya tidak mendengar suara teriakannya karena orang ramai sedang bertepuk tangan dengan meriah.

Maka dengan sedih gadis kecil ini menundukkan kepala meninggalkan tempat ini.

Saat ini dia teringat dia masih mempunyai seorang abang yang pintar dan rajin belajar.

Lalu dia mengambil sebuah buku dan lari ketempat abangnya.

Gadis kecil ini berkata kepada abangnya "Saya tidak ada kado untuk diberikan kepada raja, dapatkah engkau mengajar saya membaca, supaya raja dapat melihat kepintaran saya membaca." Abangnya yang kutu buku tidak menjawab, dia sedang asyik merenung.

Lalu gadis ini berkata lagi "Abang, dapatkah engkau membantu saya?, saya apapun tidak...."

"Pergi dari sini !" teriak abangnya memutuskan percakapan adiknya "Engkau tahukan raja akan segera datang."

Dengan sedih gadis kecil ini meninggalkan abangnya. Tidak ada kado istimewa yang bisa dia sediakan untuk raja, lalu dia pergi ke gerbang masuk ke desa melanjutkan pekerjaan biasa yaitu memberi makan kepada hewan dan duduk disana menunggu orang lewat.

Beberapa hari kemudian, seorang bapak datang ke desa mereka.

"Dapatkah engkau memberi makan kepada keledai saya ?" Tanya bapak ini kepada gadis kecil.

Mendengar suaranya lembut, gadis kecil ini langsung berdiri, dan memperhatikan wajah bapak ini. Dibawah cahaya matahari, wajahnya yang berwarna tembaga yang disinari matahari kelihatan bercahaya, matanya kelihatan lembut dan dengan suara ramah membuat gadis kecil ini merasa akrab dengannya.

"Tentu bisa, serahkan kepada saya saja !" jawab gadis kecil ini dengan cepat dan menarik keledai ketempat penampungan air dan memberi dia minum "tinggalkan saja dia disini saya akan memberi dia makan, minum dan menggosok bulunya sampai kilat."

Gadis kecil ini sambil memberi keledai minum sambil bertanya kepada bapak ini "apakah engkau akan menginap di desa ini ?"

Ia menjawab "Ya saya akan menginap disini beberapa hari, saya datang kedesa ini mencari orang "

"Bapak datang dari tempat yang jauh, dalam perjalanan tentu capek ya"

"Ia, saya merasa capek."

"Jika capek, bapak bisa duduk dibangku sana beristirahat sebentar" kata gadis kecil ini sambil menunjuk ke sebuah bangku panjang yang terletak didekat dinding. Bapak ini duduk dikursi dan menyandar didinding karena kecapekan lalu tertidur dengan nyenyak.

Tidak berapa lama kemudian, dia terbangun dan melihat gadis kecil ini duduk didekat kakinya sedang memperhatikannya, setelah gadis kecil ini melihatnya terbangun dengan malu memalingkan kepalanya.

Bapak ini berkata "Anakku, engkau sudah lama duduk disini ?"

"He..eh"

"Apa yang sedang engkau lihat ?"

"Tidak ada apa-apa, saya hanya merasa engkau sangat ramah, saya merasa nyaman duduk didekat bapak."

Bapak ini tertawa dengan gembira "Engkau seorang gadis kecil yang baik, setelah saya kembali dari mencari orang saya akan datang menjenguk engkau lagi."

Beberapa saat kemudian Bapak ini kembali lagi.

"Engkau sudah bertemu dengan orang yang engkau cari ?" gadis kecil ini bertanya.

"Sudah bertemu, tetapi mereka semua sedang sibuk."

"Kenapa bisa begitu ?"

"Orang yang pertama akan saya cari adalah seorang pengukir, dia sedang sibuk mengukir sebuah benda, dia menyuruh saya kembali lagi besok, orang yang kedua yang akan saya cari adalah seorang pelukis, saya melihat dia sedang melukis diatas gunung, penduduk desa dilereng gunung berkata dia sedang sibuk tidak ingin diganggu orang lain. Yang lain adalah seorang penyanyi, saya duduk mendengar dia bernyanyi dan ingin berbicara dengannya tetapi dia sibuk bernyanyi terus. Yang seorang lagi tidak ada ditempat, dia sedang sekolah di kota.

Sekarang gadis kecil ini mengetahui siapa bapak ini.

Dengan mata melotot dan menarik nafas dalam-dalam dia berkata "Engkau tidak kelihatan seperti seorang raja."

"Sebisa mungkin saya berusaha tidak serupa dengan raja" jawab raja "Karena menjadi seorang raja akan kesepian, orang-orang disamping saya tidak menganggap saya sebagai orang biasa, mereka selalu menginginkan mendapat keuntungan dari saya, selalu berkeluh kesah dan menjilat kepada saya."

"Tetapi, bukankah ini sifat raja ?" jawab gadis kecil ini.

"Tentu saja demikian, tetapi kadang-kadang saya juga ingin dekat dengan rakyat saya, kadang-kadang berbicara dengan mereka, mendengar kebiasaan hidup mereka, bercanda dan menangis dengan mereka, kadang-kadang ingin menjadi bapak mereka."

"Oh, itu yang membuat engkau ingin memungut anak-anak yatim piatu."

"Benar, karena orang dewasa biasanya suka menjilat saya, anak kecil tidak demikian, mereka sangat polos dan akan mengobrol dengan saya, mereka tahu saya benar-benar mencintai mereka dan cinta mereka terhadap saya tanpa pamrih."

"Tetapi Abang-abang saya sangat sibuk, mereka hanya ingin memberi sebuah kejutan untukmu."

"Saya tahu, saya akan kembali lagi, mungkin disaat itu mereka tidak begitu sibuk lagi."

Gadis kecil ini berpikir sejenak "Bagaimana dengan saya bapak?, saya tidak ada sesuatupun yang bisa saya berikan kepadamu, tetapi saya ingin menjadi anakmu?"

Dengan tertawa terbahak-bahak raja menjawab "Anakku sayang, engkau adalah hadiah terbaik bagiku, engkau telah memberikan hatimu, kebaikanmu, waktumu, juga cintamu, engkau tentu bisa menjadi anakku, saya mencintai sifat aslimu."

Kakak-kakaknya yang pintar sibuk dengan keahlian masing-masing, sehingga tidak mempunyai waktu bertemu dengan raja, sedangkan gadis kecil ini yang tidak mempunyai keahlian apapun, hanya mempunyai sebuah hati yang baik, tulus, ramah dan tidak berusaha mengubah sifat aslinya yang baik malah menjadi anak angkat raja.

By:Hana Walet (facebook)

Dewi Kecil & Kunang-Kunang

Peristiwa ini terjadi sudah sangat lama sekali, di pinggiran sebidang hutan yang luas bermukim satu keluarga petani, seorang petani dan istrinya. Mereka adalah orang-orang yang baik hati juga rajin. Maka itu, dalam sekian tahun ini mereka tidak pernah kekurangan sandang pangan, selalu dalam kehidupan tanpa rasa khawatir sedikit pun, tetapi dalam hidup mereka selalu merasakan seperti kekurangan sesuatu, membuat mereka merasa hati kurang mantap. Ternyata, mereka sampai saat itu masih belum mempunyai satu orang anak pun. Cita-cita mereka yang paling besar saat itu adalah mempunyai seorang anak, supaya bisa mencurahkan seluruh hatinya untuk mencintai si kecil ini.

 

Pada malam hari itu juga, sewaktu dua orang tua itu sedang siap tidur. Mereka berdua sama seperti biasanya berkata pada diri sendiri: "Hai, bila kami bisa mempunyai seorang anak yang bisa bernyanyi, berlompat-lompat alangkah baiknya! Kami begitu ingin mempunyai seorang anak." Ketika mereka dengan suara rendah meracau, tiba-tiba di dekat rumah mereka muncul sebuah sorotan cahaya yang aneh, sinar cahaya ini menerangi seluruh hutan. Pemandangan ini membuat mereka tercengang, seumur hidup mereka tinggal di sini tidak pernah melihat fenomena tersebut. "Wah, apa yang terjadi?"

Lalu mereka memutuskan untuk keluar rumah melihat apa sesungguhnya yang terjadi. Ketika menelusuri cahaya tersebut, dengan cepat ketahuan di tengah cahaya cemerlang berdiri seorang gadis kecil yang cantik. Si gadis ini sungguh cantik sekali, ia mengenakan setelan rok dan blus berwarna putih dan bersih, wajahnya bagaikan rembulan terang yang jernih dan bersinar. Di bawah selubung sinar bintang dan bulan, seluruh tubuh memancarkan cahaya putih perak. Sepasang suami-istri lansia ini tidak pernah menemui gadis secantik ini, sungguh tidak berani mempercayai mata diri sendiri!.

Tiba-tiba melihat si gadis itu berjalan perlahan-lahan hingga di depan mereka, dengan suara lembut berkata: "Saya adalah putri dari dewi surga. Saya di surga bisa melihat kehidupan kalian sehari-hari, saya tahu kalian sedang berbuat apa dan memikirkan apa saja. Saya tahu kalian adalah orang yang baik hati, jujur dan rajin, hanya keinginan mempunyai anak sudah sedemikian lama belum bisa terwujud. Saya terharu oleh ketulusan hati kalian, dengan diam-diam saya meninggalkan surga ingin menjadi putri kalian untuk satu jangka waktu." Petani tua dan istri setelah mendengarnya, masih belum percaya. "Ini apakah benar? Cita-cita kami ingin mempunyai seorang anak apakah benar telah tercapai? Lagi pula adalah seorang gadis dari surga yang begitu cantik dan menakjubkan. Apakah bukan mata sudah kabur?"

Saat itu si dewi kecil lebih mendekat lagi, "Ini benar, mata Anda tidak kabur, sekarang mari kita bersama-sama pulang." Si petani dan istri setelah mendengar perkataan dewi kecil luar biasa senangnya. Mereka dengan riang gembira membawa dewi kecil pulang. Sejak itu, istri petani setiap hari menyiapkan makanan yang lezat untuk dewi kecil, juga sering menjahit pakaian bercorak yang cantik untuknya. Mereka bersama-sama bermain dan bernyanyi. Setiap malam, istri petani duduk di samping ranjang dewi kecil membacakan buku dan menceritakan banyak dongengan yang menarik, sampai dewi kecil tertidur.

Siang hari mereka menanam bunga di taman bunga, saat musim semi tiba, taman bunga penuh dengan bunga segar yang indah cemerlang. Sejak itu, dewi kecil, petani dan istrinya hidup bahagia bersama melewatkan hari-hari dengan penuh gembira dan bahagia. Karena dewi kecil cerdas dan manis, hatinya sangat baik dan jujur, oleh sebab itu orang-orang yang tinggal di sekitarnya sangat menyukainya, terutama anak-anak semuanya senang berteman dengannya. Anak-anak mengajarkan dia nyanyian dan dendang, dan dia menyanyikan lagu-lagu yang merdu dari atas langit sana, juga menceritakan kepada mereka keajaiban dan keindahan langit. Karena ketulusan dan kebaikan hatinya, terhadap siapa pun dia selalu sangat baik, juga suka menolong siapa saja yang ditemuinya.

Hal itu berlangsung selama beberapa tahun. Hingga pada suatu hari, petani dan istrinya tiba-tiba menemukan setiap malam hari tiba, dewi kecil menjadi sangat diam. Dia selalu seorang diri duduk di undakan depan rumah menengadah langit malam. Petani dan istrinya sangat mengkhawatirkannya. Akhirnya pada suatu hari, dia berkata pada petani dan istrinya, "Beberapa tahun ini saya hidup bersama kalian merasa sangat gembira, tapi itu di luar sepengetahuan ibuku. Saya dari surga diam-diam turun kemari, hal ini di atas langit adalah tidak diperbolehkan. Sekarang ibu telah menemukan saya, saya sudah tidak bisa bersama kalian lagi, besok ibu akan menjemput saya pulang ke rumah di atas langit."

Petani dan istrinya sepertinya sudah menduga semuanya ini: Si dewi kecil adalah dewi, mana mungkin selamanya hidup bersama mereka? Tetapi begitu mendengar dewi kecil akan meninggalkan mereka, sungguh tidak tega melepaskannya, merasa datangnya terlalu dini, terlalu cepat! Mereka bertiga sama-sama merasa sangat sedih.

Dua hari kemudian bulan muncul di langit yang gelap, cahaya sinar berwarna putih perak bagaikan jembatan langit dari surga lurus menembus ke bawah, langsung menuju rumah kecil yang ditinggali dewi kecil. Si dewi kecil kaget terbangun oleh cahaya terang tersebut, dia memandang ke luar jendela mengikuti arah cahaya, di tengah cahaya terlihat ada seorang dewi perlahan-lahan turun ke bawah. Dewi kecil mengerti inilah saatnya ibu membawa dia pulang ke surga. Dia lalu memegang tangan ibunya bersama-sama terbang menuju ke "rumah" mereka yang sesungguhnya.

Karena dewi kecil sangat mencintai petani dan istrinya, dia dengan berat hati menjatuhkan selayang pandang yang terakhir ke bumi. Butiran air mata gemerlapan di wajahnya, dia sangat mengharapkan mereka bisa mengetahui, bahwa dia sangat mencintai mereka! Sebagian jiwanya telah menyatu selamanya dengan mereka! Saat itu terjadilah keajaiban, air mata dewi kecil seperti tumbuh sayap, berterbangan turun ke bawah. Mereka memantulkan cahaya, tiba-tiba semua berubah menjadi kunang-kunang yang indah. Dewi kecil mengetahui, mulai saat itu, setiap kali petani dan istrinya melihat kunang-kunang berterbangan di sekitar rumah mereka, bisa mengingatkan mereka betapa bahagianya masa-masa hidup bersama dengan dirinya.

Dia berharap kunang-kunang yang indah ini bisa membawakan keajaiban bagi kehidupan semua orang. Inilah sebabnya mengapa orang sekarang setiap melihat kunang-kunang, dalam hatinya bisa diliputi rasa cinta dan rasa menakjubkan.

By:Hana Walet (facebook)

Kisah Si Mungil Anne

Kisah berikut ini dikutip dari buku "Gifts From The Heart for Women" karangan Karen Kingsbury.

 

Ada pasangan suami isteri yang sudah hidup beberapa lama tetapi belum mempunyai keturunan.

Sejak 10 tahun yang lalu, sang istri terlibat aktif dalam kegiatan untuk menentang ABORSI, karena menurut pandangannya, aborsi berarti membunuh seorang bayi.

 

Setelah bertahun-tahun berumah-tangga, akhirnya sang istri hamil, sehingga pasangan tersebut sangat bahagia. Mereka menyebarkan kabar baik ini kepada famili, teman2 dan sahabat2, dan lingkungan sekitarnya. Semua orang ikut bersukacita dengan mereka. Dokter menemukan bayi kembar dalam perutnya, seorang bayi laki2 dan perempuan.Tetapi setelah beberapa bulan,

 

sesuatu yang buruk terjadi. Bayi perempuan mengalami kelainan, dan ia mungkin tidak bisa hidup sampai masa kelahiran tiba. Dan kondisinya juga dapat mempengaruhi kondisi bayi laki2. Jadi dokter menyarankan untuk dilakukan aborsi, demi untuk sang ibu dan bayi laki2 nya. Faktaini membuat keadaan menjadi terbalik. Baik sang suami maupun sang istri mengalami depresi.

 

Pasangan ini bersikeras untuk tidak menggugurkan bayi perempuannya (membunuh bayi tsb), tetapi juga kuatir terhadap kesehatan bayi laki2nya. "Saya bisa merasakan keberadaannya, dia sedang tidur nyenyak", kata sang ibu di sela tangisannya. Lingkungan sekitarnya memberikan dukungan moral kepada pasangan tersebut, dengan mengatakan bahwa ini adalah kehendak Tuhan.

 

Ketika sang istri semakin mendekatkan diri dengan Tuhan, tiba-tiba dia tersadar bahwa Tuhan pasti memiliki rencanaNya dibalik semua ini. Hal ini membuatnya lebih tabah. Pasangan ini berusaha keras untuk menerima fakta ini.

 

Mereka mencari informasi di internet, pergi ke perpustakaan, bertemu dengan banyak dokter, untuk mempelajari lebih banyak tentang masalah bayi mereka. Satu hal yang mereka temukan adalah bahwa mereka tidak sendirian. Banyak pasangan lainnya yang juga mengalami situasi yang sama, dimana bayi mereka tidak dapat hidup lama.

 

Mereka juga menemukan bahwa beberapa bayi akan mampu bertahan hidup, bila mereka mampu memperoleh donor organ dari bayi lainnya. Sebuah peluang yang sangat langka. Siapa yang mau mendonorkan organ bayinya ke orang lain?

Jauh sebelum bayi mereka lahir, pasangan ini menamakan bayinya, Jeffrey dan Anne.

 

Mereka terus bersujud kepada Tuhan. Pada mulanya, mereka memohon keajaiban supaya bayinya sembuh. Kemudian mereka tahu, bahwa mereka seharusnya memohon agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi, karena mereka yakin Tuhan punya rencana-Nya sendiri.

 

Keajaiban terjadi, dokter mengatakan bahwa Anne cukup sehat untuk dilahirkan, tetapi ia tidak akan bertahan hidup lebih dari 2 jam.

Sang istri kemudian berdiskusi dengan suaminya, bahwa jika sesuatu yang buruk terjadi pada Anne, mereka akan mendonorkan organnya. Ada dua bayi yang sedang berjuang hidup dan sekarat, yang sedang menunggu donor organ bayi.

 

Sekali lagi, pasangan ini berlinangan air mata. Mereka menangis dalam posisi sebagai orang tua, dimana mereka bahkan tidak mampu menyelamatkan Anne. Pasanganini bertekad untuk tabah menghadapi kenyataan yg akan terjadi.

 

Hari kelahiran tiba. Sang istri berhasil melahirkan kedua bayinya dengan selamat.

 

Pada momen yang sangat berharga tersebut, sang suami menggendong Anne dengan sangat hati-hati, Anne menatap ayahnya, dan tersenyum dengan manis.

Senyuman Anne yang imut tak akan pernah terlupakan dalam hidupnya.Tidak ada kata2 di dunia ini yang mampu menggambarkan perasaan pasangan tersebut pada saat itu. Mereka sangat bangga bahwa mereka sudah melakukan pilihan yang tepat (dengan tidak mengaborsi Anne), mereka sangat bahagia melihat Anne yang begitu mungil tersenyum pada mereka, mereka sangat sedih karena kebahagiaan ini akan berakhir dalam beberapa jam saja.

 

Sungguh tidak ada kata2 yang dapat mewakili perasaan pasangan tersebut. Mungkin hanya dengan air mata yang terus jatuh mengalir, air mata yang berasal dari jiwa mereka yang terluka..

 

Baik sang kakek, nenek, maupun kerabat famili memiliki kesempatan untuk melihat Anne. Keajaiban terjadi lagi, Anne tetap bertahan hidup setelah lewat 2 jam. Memberikan kesempatan yang lebih banyak bagi keluarga tersebut untuk saling berbagi kebahagiaan.

Tetapi Anne tidak mampu bertahan setelah enam jam.....

Para dokter bekerja cepat untuk melakukan prosedur pendonoran organ. Setelah beberapa minggu, dokter menghubungi pasangan tsb bahwa donor tsb berhasil.

 

Dua bayi berhasil diselamatkan dari kematian. Pasangan tersebut sekarang sadar akan kehendak Tuhan.

Walaupun Anne hanya hidup selama 6 jam,tetapi dia berhasil menyelamatkan dua nyawa.

Bagi pasangan tersebut, Anne adalah pahlawan mereka, dan Anne yang mungil akan hidup dalam hati mereka selamanya...

 

 

Ada 3 point penting yang dapat kita renungkan dari kisah ini :

 1. SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama kita hidup, satu hari ataupun bahkan seratus tahun. Hal yang benar2 penting adalah apa yang telah kita lakukan selama hidup kita, yang bermanfaat bagi orang lain.

 

2. SESUNGGUHNYA, tidaklah penting berapa lama perusahaan kita telah berdiri, satu tahun ataupun bahkan dua ratus tahun. Hal yang benar2 penting adalah apa yang dilakukan perusahaan kita selama ini, yang bermanfaat bagi orang lain.

 

3. Ibu Anne mengatakan "Hal terpenting bagi orang tua bukanlah mengenai bagaimana karier anaknya di masa mendatang, dimana mereka tinggal, maupun berapa banyak uang yang mampu mereka hasilkan.Tetapi hal terpenting bagi kita sebagai orang tua adalah untuk memastikan bahwa anak2 kita melakukan hal2 terpuji selama hidupnya, sehingga ketika kematian menjemput mereka, mereka akan menuju surga".

 

Mohon KEMURAHAN HATI Anda untuk menyebarkan kisah ini kepada sanak keluarga Anda, famili, teman2, rekan2 kerja, rekan2 bisnis, atasan, bawahan, sebuah kelompok organisasi ataupun perusahaan, pelanggan, serta siapa saja yang Anda kenal.

 

Ada 4 kemungkinan respon dari pihak2 yang telah membaca kisah ini.

PERTAMA, cuek/ tidak peduli/ tidak mengerti kisah ini.

 

KEDUA, tersentuh dengan kisah ini, tetapi tidak melakukan apapun.

 

KETIGA,tersentuh dengan kisah ini, intropeksi diri, lalu mengubah cara pandang tentang hidupnya.

 

KEEMPAT, tersentuh, intropeksi diri, mengubah cara pandang tentang hidupnya, lalu bergerak aktif untuk memaknai hidupnya sendiri dengan cara memberikan makna bagi kehidupan orang lain.

 

Bila di antara sekian banyak orang yang memperoleh kisah ini dari Anda, ada satu saja yang termasuk kategori nomor EMPAT, ini berarti Anda telah berhasil mengubah hidup seseorang, dari sekedar "Hidup" menjadi "Hidup yang Lebih Bermakna". Mereka sungguh beruntung dengan kehadiran Anda di dunia ini.

 

Berhentilah Untuk Selalu Memikirkan Kepentingan Diri Sendiri, Jadikanlah Kehadiran Anda Di Dunia Ini Sebagai RAHMAT Bagi Orang Banyak dan Bagi Orang2 Yang Anda Cintai (Ayah, Ibu, Saudara/i, Suami/Istri, Anak2 Anda, dst).

 

Tuhan menyertai kita semua.


By:Tisana Wong (Facebook)

Kisah Kehidupan Bhiksu Xing Yi

Biksu Yi Xing lahir pada 683 dengan nama Zhang Sui. Ayahnya pernah menjabat sebagai hakim untuk beberapa istilah dan mati muda. Tanpa uang dan status yatim, Zhang Sui hidup dalam kemiskinan.

Sejak masa kecilnya, ia telah tertarik untuk menyerap pengetahuan,  terutama memiliki minat pada perhitungan kalender dan Lima Elemen, membuat kalender, serta astronomi.

Pada usia 20, Zhang Sui pergi ke Chang'an (ibukota Dinasti Tang) dengan harapan menemukan seorang guru untuk membantunya belajar lebih lanjut. Di sana ia menemukan seorang pendeta Tao bernama Yin Chong yang adalah seorang sarjana terpelajar.

Zhang Sui  sering berkunjung ke Yin Chong dan meminjam buku-buku darinya. Suatu hari Zhang Sui meminjam buku Tai Xuan Jing disusun oleh penulis Konfusianisme Yang Xiong dari Dinasti Han Timur (25-220 M).

Ini adalah buku yang rumit dan tidak jelas tentang filsafat, alam dan ilmu pengetahuan. Beberapa hari kemudian, Zhang Sui mengembalikan buku itu ke Yin Chong. Yin Chong berpikir bahwa Zhang Sui cepat mengembalikan buku karena terlalu sulit untuk dipahami dan membosankan.

Tapi ketika Zhang Sui menunjukkan catatan dan  menuliskan apa yang dibahas dengan dia, Yin Chong terkejut. Yin Chong telah mempelajari buku ini selama bertahun-tahun tetapi tanpa pemahaman yang mendalam tentang itu. Lebih mengejutkan lagi, Zhang Sui telah paham betul  buku ini. Sejak saat itu, Zhang Sui telah dipuji sebagai ilmuwan teruji.

Zhang Sui Menjadi Biksu Yi Xing

Setelah Wu Zetian (satu-satunya kaisar wanita dalam sejarah China) memangku takhta, keponakannya juga diberi jabatan penting.

Mengejar ketenaran dan pujian, ia berusaha untuk berteman dengan sarjanan terkenal dan belajar untuk meningkatkan posisi sosialnya. Dia menyatakan bahwa dia akan berteman dengan Zhang Sui.

Sebagai orang yang punya prinsip, Zhang Sui tidak mau bergaul dengan orang keji dan menolak kunjungannya dengan memberikan alasan sakit. Namun, keponakan permaisuri sudah mencoba segala cara yang mungkin untuk mendekatinya. Tidak dapat menyingkirkan gangguan itu, Zhang Sui berpikir untuk menyendiri ke kuil sebagai biksu Buddha.

Pada tahun 705, ia meninggalkan Chang'an dan menjadi seorang biksu  dengan nama Yi Xing di kuil Chongyang di Gunung Song (Provinsi Henan). Ia menjadi murid Master Pu Ji dalam kultivasi spiritual. Nama pemberian Zhang Sui secara bertahap pudar dan sesudahnya dikenal sebagai Biksu Xing Yi.

Sebagai seorang biksu, Yi Xing mengabdikan hidupnya untuk mempelajari kitab-kitab Buddha, astronomi dan matematika. Dia juga menghabiskan waktu bepergian.

Pada tahun 717, kerabat Yi Xing menyarankan mengabdi pada  Kaisar Xuanzong. Setelah belajar keahlian Yi Xing dalam astronomi dan matematika, Kaisar Xuanzong tidak sabar untuk melihatnya. Dengan segera, Xuanzong mengatur agar dia bekerja di Kuil Huayan  dengan biarawan dari India untuk menerjemahkan beberapa kitab Buddha dan memberi instruksi kepada ajaran-ajaran Buddha Vajrayana. Kaisar Xuanzong sering memanggil dia untuk berkonsultasi untuk  menstabilkan negara dan mendidik orang-orangnya. Pengetahuan dan pandangan mendalam Yi Xing memberinya  kepercayaan  signifikan dari Taizong.

Biksu Yi Xing Membuat Kalender Da Yan

[Biksu Xing Yi Membuat Kalender Da Yan] Di Tiongkok kuno, pertanian yang berhubungan erat dengan pengamatan kalender dan perubahan musim. Akibatnya, kaisar semua dinasti menekankan pada astronomi.

Sejak tahun 721, Yi Xing membuat himpunan astronom untuk melakukan observasi astronomis dan reformasi kalender. Karena instrumen pengukuran astronomi disimpan di istana terlalu usang untuk digunakan, Yi Xing menetapkan instrumen baru.

Dia pertama kali merancang sebuah model lingkungan Tang armillary (instrumen pengamatan astronomi kuno yang mewakili lingkaran besar dari cakrawala, yang ekliptik, meridian dll) dan meminta Kaisar mencetaknya dalam besi cor dan perunggu.

Pada 724, Tang armillary berhasil dibuat untuk kalibrasi lokasi 150 bintang. Tahun berikutnya Yi Xing melanjutkan untuk menciptakan struktur ruang lingkup armillary rumit bertenaga air, yang mencerminkan gerakan nyata matahari, bulan dan lima planet utama.

Selain itu, ada penghitung jam otomatis bertenaga  air. Jam akan memukul drum setiap Shi-chen (dua jam) dan berdentang setiap Shi-chen. Penemuannya diakui sebagai jam astronomi pertama di Tiongkok.

Pada 724, Yi Xing memimpin proyek besar-besaran untuk memperbaiki kalender guna mendapatkan pengukuran yang akurat dari panjang busur meridian. Pembantu  astronom kerajaan dikirim untuk memilih situs pengamatan (berjumlah 13 ) dari dataran di Tiongkok Utara.

Sebagai contoh, pada Anjungan Pengukur Bayangan di Yangcheng, batu setinggi dua setengan meter dibangun, menggantikan anjungan, untuk membuat pengukuran di tempat. Setelah semua pengukuran selesai, Yi Xing mampu secara akurat menghitung panjang meridian.

Penciptaan instrumen astronomi dan pengamatan di lapangan diikuti oleh revisi kalender di 724. Dia menggunakan fitur-fitur dari versi sebelumnya sebagai referensi untuk membuat kalender yang lebih tepat. Dengan empat tahun kerja keras, kalender revisi bernama Kalender Da Yan diterbitkan, dan terdiri dari 52 volume yang terorganisir dengan baik dan secara logika jumlahnya berkurang.

Pada 728, Kalender Da Yan diimplementasikan dan diterima dengan sangat antusias sebagai kalender paling akurat.

Kalender baru ini  juga menyebar ke Jepang dan India. Pada 763, Kaisar Junnin dari Jepang mengeluarkan perintah untuk menghapuskan kalender Jepang dan menerapkan Kalender Da Yan Tiongkok sebagai gantinya. Kalender Da Yan telah digunakan selama hampir 900 tahun dari publikasi di 727 sampai dengan akhir Dinasti Ming ketika kalender Gregorian barat diperkenalkan ke Tiongkok.

Yi Xing membuat tiga terobosan di bidang astronomi. Dia adalah orang pertama yang berhasil mengukur panjang garis meridian. Dia adalah orang pertama yang datang dengan teori bahwa jarak antara bulan dan matahari lebih pendek dari jarak antara bumi dan matahari. Dan dia adalah orang pertama yang menemukan gerak bintang.

Melalui pengamatan, ia menemukan gerakan normal matahari dan disimpulkan bahwa bintang-bintang lainnya juga bergerak. Edmund Halley (1656-1742) juga mengajukan teori serupa pada 1718, tetapi lebih dari 1.000 tahun kemudian. Pada tahun 1982, masyarakat internasional membagi bulan menjadi beberapa daerah, salah satu yang disebut "Yi Xing."

Meninggalnya Biksu Yi Xing

Pada 727, seorang pria bernama Pei Kuan ditunjuk sebagai Gubernur Henan. Dinobatkan karena keyakinan dalam agama Buddha, ia memperlakukan Biksu Pu Ji sebagai guru dan melakukan kunjungan harian kepadanya. Suatu hari, Pei Kuan tiba di tempat Biksu Pu Ji dan memberitahu  Pu Ji ada tamu penting sedang menunggu. Sesaat kemudian, seorang biarawan junior mengetuk pintu berkata, "Biksu Yi Xing baru saja tiba."

Yi Xing masuk menghadap tuannya melakukan kunjungan kehormatan. Lalu Yi Xing memiliki percakapan yang sangat rahasia dengan Pu Ji dengan berbisik kepadanya.

Pu Ji selalu menanggapi dengan mengatakan, "Ya. Ya." Setelah selesai., Yi Xing berjalan menuruni tangga menuju sebuah rumah di arah selatan. Begitu masuk, ia mengunci pintu. Lalu Pu Ji mengumumkan kepada murid-murid-Nya: "Dentangkan  lonceng! Biksu Xing Yi telah meninggal dunia! "

Pei Kuan dan para raib bergegas ke rumah tempat Biksu Yi Xing berada dan melihat ke dalam. Yi Xing sedang duduk dalam posisi meditasi dengan mata tertutup. Ketika mereka menguji napasnya, mereka menemukan Yi Xing memang telah meninggal. Jadi, seperti dilakukan banyak biksu di dalam sejarah Tiongkok, Yi Xing tahu bahwa dia telah berhasil menyelesaikan kultivasi Buddha dan membuat pengaturan dirinya 'meninggal dunia.

Rabu, 22 September 2010

Makna Tiong Chiu

Perkataan Tiong Chiu berasal dari kata Tiong berarti tengah dan Chiu berarti musim rontok, jadi boleh dikatakan sebutan Tiong Chiu arti secara harafiah berarti pertengahan musim rontok. Namun demikian masyarakat lebih kenal dengan sembahyang Tiong Chiu Pia sebenarnya penyebutan ini tidak tepat/salah kaprah namun kenyataan dalam kebiasaan masyarakat tetap demikian.

Perayaan sembahyang kue bulan tahunan setiap tanggal 15 bulan delapan kalender Imlek, untuk tahun ini memasuki tahun Imlek ke 2557 tanggalan masehi jatuh pada tanggal 6 Oktober 2006. Pada hari itulah bulan paling bulat dan paling terang sepanjang tahun, karena pada hari itu jarak bulan dengan bumi dan bentuk kue yang bulat melambangkan terangnya bulan menyinari bumi.

Sejarah
Bicara Tiong Chiu Pia dapat dibagi dalam tiga bagian (1) Adat Sembahyang Dewi Bulan, (2) kisah Dewi Bulan, (3) Kue.

Pertama, sebelum Dinasty Qin 221-206 SM rakyat China sudah mengenal tradisi/adat sembahyang Dewi Bulan yang dihubungkan dengan posisi bulan bagi masyarakat untuk cocok tanam (agraris). Karena dianggapnya sinar rembulan dapat memberikan kesuburan dalam ekosistem tanah bagi kaum petani dan dimalam purnama memang bulan terterang sepanjang tahun juga diikuti musim panen.

Kedua, menurut legenda zaman dahulu kala terdapat 10 matahari yang sangat mempengaruhi ekosistem bumi sehingga oleh Dewa Ho Yi pemanah Jitu Khayangan/langit, dipanalah matahari hingga sisa satu. Peristiwa ini Yi Wang Ta Tie (Tuhan) sangat malah dan menghukum HOYI dan istrinya Chang Er dengan cara menjadikan pasangan ini menjadi masyarakat biasa/ hidup di duniawi. Suatu hari mereka menemukan obat awet muda sepanjang masa dan dimakan oleh istrinya Chang Er sehingga tubuhnya ringan dan terbang menuju bulan. Dari sinilah asal muasal sembahyang Dewi Bulan.

Ketiga, kue Tiong Chiu Pia. Pada tahun 1206 M China dijajah Mongolia pimpinan Tieh Mu Chen hingga tahun 1368 M berarti selama 89 China dijajah Mongolia. China berhasil merebut kembali dari Mongolia berkat upaya kepala pengemis Zhu Yan Chang menjelang sembahyang Dewi Bulan mengedarkan pesan-pesan dalam kue-kue agar pada malam purnama (Tiong Chiu) kita merebut kekuasaan kembali dari tangan Mongolia dan ternyata berhasil bertepatan pada tanggal 9 September 1368 M. Semenjak itulah kue Tiong Chiu mengalami perkembangan hingga dewasa ini. Dan semenjak inilah berdirinya kerajaan pertama di Tiongkok dengan sebutan Dinasty Ming (1368-1644 M). Masa kepemimpinan Tieh Mu Chen 1206-1368 M oleh adiknya bernama Hu Pit Lei Han dinamai Dinasty Yan (1206-1368) M.

Religius
Sembahyangan Tiong Chiu diselenggarakan pada tanggal 15 bulan delapan Imlek (Pue Gwee Cap Go) secara religius sebagai pernyataan syukur kepada Malaikat Bumi (Too Ti Kong/Hok Tik Cing Sien). Penyambutan di saat bulan purnama di pertengahan musim rontok di belahan bumi Utara. Saat itu cuasa baik dan bulan nampak sangat cemerlang. Para petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim panen. Maka musim itu dihayati sebagai saat-saat yang penuh berkah Tuhan Yang Maha Esa lewat bumi yang menghasilkan berbagai hasil bumi, sehingga malaikat Bumilah disembahyangi terutama bagi negara agraris yang terdapat empat musim seperti Cina.

Pada saat purnama yang cemerlang itu dilakukan sembahyang kepada Dewa Bumi sebagai pernyataan syukur atas berkah yang diperoleh. Sebagai sajian khususnya ialah Tiong Chiu Pia yang melukiskan rembulan juga melambangkan Dewa Bumi. Di dalam Upacara sembahyang Besar Tiong Chiu hendaknya dihayati makna yang tersirat bahwa Tuhan Maha Besar, Maha Pengasih dan segenap berkah karunia itu hendaknya mendorong dan meneguhkan Iman, menjunjung dan memuliakan kebajikan karena makna Dewa Bumi membawakan berkah atas kebajikan. Menghormati Dewa Bumi hendaknya mengingatkan pula kepada Sabda Nabi Ie Ien yang berbunyi “sungguh milikilah yang satu-satunya, yaitu “kebajikan”, Dialah yang benar-benar berkenan di hati Tuhan. Jangan berkata Tuhan memihak kepadaku, hanya Tuhan senantiasa melindungi yang satu, yakni kebajikan”.

Selain sembahyang Dewa Bumi, masyarakat justru banyak yang sembahyang kepada Dewi Bulan di malam hari. Soal spiritual tidak ada yang bisa menghalangi seseorang untuk menunaikan ibadah dan yang penting adanya niat untuk memberikan kelurusan dalam hati dengan membuka pintu rohani menunaikan ibadah untuk memberikan kenyamanan bathin bagi yang melaksanakannya. Justru kemelian perayaan malam purnama adanya persembahyangan kepada Dewi Bulan Selain sajian kue bulan juga bermakna mendoakan mendapatkan kecantikan bagaikan Dewi Bulan sepanjang jagad yang disimbolkan dengan bedak untuk dipakai oleh para pemuja.

Sejarah Perayaan Kue Bulan.(Moon Cake Festival)

Setiap tahun pada tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, orang-orang Tionghoa di seluruh pelosok dunia memperingati Hari Raya Tiong Ciu, atau yang lebih dikenal dengan Perayaan Kue Bulan (Moon Cake Festival). Hari raya ini merupakan perayaan yang paling populer di kalangan masyarakat Tionghoa di berbagai penjuru dunia, dan kepopulerannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Karena selain merupakan legenda, kue bulan juga sangat digemari. Namun tahukah kita bahwa perayaan ini telah dimulai sejak lebih dari 2.200 tahun yang lalu ???
Asal mula 中秋節 Hari Raya Zhong Qiu {Hok Kian : Tiong Ciu}, disebut juga sebagai Perayaan Pertengahan Musim Gugur, adalah karena dirayakan pada pertengahan musim gugur, di mana pada waktu ini para petani baru ada suasana hati yang lega dan santai, untuk merayakan hasil panen yang berlimpah.
Perayaan Tiong Ciu sudah mulai dilakukan pada tahun ke-2 masa Kaisar 秦始皇 Qin Shi Huang [Dinasti Qin = 221 – 206 SM], penanggalan Imlek bulan 8 tanggal 15. Pada hari tersebut Kaisar Qin Shi Huang berkumpul bersama dengan penduduk desa di Wu Kao Shan. Pada malam harinya semua orang menikmati pemandangan indahnya bulan di langit yang terang dengan sangat gembira, sambil bernyanyi-nyanyi dan sambil minum arak.
Pada masa Dinasti Tang [618-907 M], Hari Raya Tiong Ciu ditetapkan sebagai malam bulan purnama. Pada waktu itu ada syair yang berbunyi: “1 tahun ada 12 X bulan purnama, tapi yang paling bulat dan yang paling indah dilihat, yaitu bulan purnama di Hari Raya Tiong Ciu.
Pada masa Dinasti Song [960-1279 M], Perayaan Kue Bulan baru mulai terkenal di kalangan rakyat banyak. Setiap penanggalan Imlek tanggal 15 bulan 8, semua orang menikmati indahnya pemandangan bulan purnama sambil makan kue-kue.
Orang zaman dulu membagi Hari Raya Zhong Qiu menjadi 3 bagian:
Imlek tanggal 14 bulan 8 : disebut 迎月會Ying Yue Hui, pesta menyambut kedatangan bulan purnama.
Imlek tanggal 15 bulan 8 : disebut 賞月會 Shang Yue Hui, pesta menikmati pemandangan bulan purnama.
Imlek tanggal 16 bulan 8 : disebut 追月會 Zui Yue Hui, pesta mengejar bulan purnama.

Namun pada masa Dinasti Yuan (1271-1368 M), Festival Zhong Qiu baru memiliki makna cinta Negara. Ada sebuah buku yang berjudul 浪跡叢談 Lang Ji Cong Tan, ada mencatat peristiwa sebagai berikut: Pada masa akhir Dinasti Yuan, ada seorang tua dari Dinasti Song, pada beberapa hari sebelum Hari Raya Zhong Qiu, menyebarkan desas-desus kemana-mana: Makanlah kue bulan pada Hari Raya Zhong Qiu, dengan demikian dapat terhindar dari wabah menular !

Oleh karena ini, orang yang membeli dan memakan kue bulan sangat banyak. Maka, orang-orang yang setia kepada Negara Song bertekad untuk menggulingkan Dinasti Yuan (orang Mongol) dan memulihkan kekuasaan Dinasti Song. Kemudian mereka secara khusus membuat sangat banyak kue bulan, di mana di dalam kue tersebut diselipkan secarik kertas yang bertuliskan: Bunuh Mongolia pada malam Tahun Baru Imlek !
4 (empat) bulan kemudian, Dinasti Yuan berhasil digulingkan oleh 朱元璋 Zhu Yuan Zhang yang kemudian naik tahta menjadi Kaisar dan bergelar 明太朱 Ming Tai Zhu. Kemudian Ming Tai Zhu menjadikan kue bulan sebagai Peringatan Mendirikan Negara [Dinasti Ming = 1368 – 1644 M], dan menjadikan Hari Raya Zhong Qiu sebagai Hari Raya memulihkan kekuasaan Negara.
Pertengahan Musim Gugur merupakan musim untuk berkumpul kembali bersama keluarga, disebut juga Bulan Yang Bulat Sempurna 月圓 (Yue Yuan), keluargapun berkumpul bersama 人圓 (Ren Yuan).
Festival Kue Bulan, tak terduga ternyata memiliki demikian banyak cerita. Orang zaman dulu melihat bulan yang terang di atas langit, bulat bundar dan berwarna kuning, merasa sangat indah, lalu membuat sebagai kue untuk dimakan, di luar dugaan menimbulkan banyak kisah yang menarik.

Sabtu, 18 September 2010

Bintang Jatuh

Langit di luar sana masih tampak gelap, jalanan masih sepi begitupula kebanyakan orang masih meringkuk, memeluk kehangatan dengan selimutnya masing-masing.

Fiona menatap layar laptopnya dengan tatapan yang sama selama kurang lebih satu jam.

Sudah hampir dua minggu ini, setiap malam dia selalu duduk di depan layar laptopnya.

Mengakses msn, yahoo messenger dan membuka emailnya.

Namun tidak ada pesan yang dikirim untuknya, yang ada cuma hanya email yang tidaklah penting, Sedangkan yang selalu memanggilnya untuk chatting bersamapun hanya beberapa teman lama yang sudah hampir kehilangan kontak.

Bukan mereka tetapi Fiona sedang menunggu satu orang untuk memanggilnya lewat chatting, atau sekedar mengirimkannya email. Tetapi orang tersebut seakan lenyap ditelan bumi, tidak ada kabar sama sekali.

Fiona menghela nafas dengan rasa kecewa. Ditatapnya jam dinding yang terletak tepat diatas kepalanya, ternyata sudah pukul dua dini hari tetapi mengapa rasa kantuk masih enggan menghampiri dirinya? Jika saja dia bisa terlelap secepatnya. mungkin rasa sesak dihati ini akan berkurang sedikit.

Dengan perlahan, Fiona bangkit dari tempat duduknya, menuju balkon kamarnya yang masih terbuka dengan lebar. karena angin malam memang paling sejuk. dengan malu-malu, mereka menyapu wajah dan rambutnya sebahunya yang tergerai.

Hari ini, tidak ada bintang yang bertaburan menghiasi langit gelap. Seakan mengerti perasaan langit, Fiona berkata pada dirinya sendiri, “Apakah kau juga kesepian langit? Di mana bintang yang selalu menemanimu?”

Setelah memikirkan sesuatu, atau tepatnya seseorang, dia kembali mengangkat kepalanya dan melanjutkan, “Kurasa kita senasib malam ini. Atau mungkin nasibku lebih malang dari nasibmu.

Kau hanya kehilangan bintangmu malam ini.

Sedangkan aku sudah kehilangan bintangku untuk selamanya.”

Angin malam yang berhembus semakin lama semakin dingin. Sampai Fiona harus merapatkan kedua tangannya merangkul badannya sendiri. Sepertinya itulah jawaban dari langit atas pertanyaannya.

Disaat sedang menatap kegelapan sang langit. Tiba-tiba dia teringat kepada seseorang.

Seseorang yang hampir seminggu ini terus meracuni pikirannya. begitupula membuatnya tidak nafsu makan dan minum. Tidak dapat menutup mata dan terlelap dalam tidur.

Seseorang yang kalau boleh dibilang telah memadamkan sebagian cahaya kebahagiannya. Dan seseorang itu jugalah yang telah mengambil pergi senyumannya.

Untuk sejenak, dia melorotkan badannya ke lantai. Sambil memeluk kedua lututnya, dia menenggelamkan kepalanya ke dalam kedua lututnya. Sejenak kemudian, dia mendongakkan kepalanya kembali.

Kali ini, pikirannya disibukkan oleh kenangan akan perkataan seseorang tersebut. dan waktu sepertinya kembali berputar ke hari itu.

“Konon katanya, jika langit tidak berbintang, maka kemungkinan bintang jatuh sangatlah besar. Dan jika ada bintang jatuh, kau tahu apa artinya?” seseorang itu bertanya. Fiona menggelengkan kepalanya.

“Kau harus berdoa dan memohon, karena permohonan yang dibuat saat bintang jatuh akan terkabul.”

“Apakah itu benar? Atau kau sedang berbohong padaku?”

“Aku serius kali ini!!! Jika kau tidak percaya, maka kau bisa membuktikannya.

Lihatlah langit hari ini tidak berbintang. mari kita tunggu bersama bintang jatuhnya. Bagaimana?”

Fiona mengangguk kepalanya dengan cepat. Seulas senyuman lebar menghiasi wajahnya. Hari itu, dia bertengkar dengan kedua orang tuanya. Hampir selama empat jam dia menangis.

Matanya masih sembab dan bengkak sebagai hasil dari siksaan yang baru di alaminya. Dan karena kehadiran seseorang itu, maka untuk pertama kalinya, dia bisa tersenyum dengan bahagia.

“Kadang aku merasa kau adalah bintangku.” seseorang itu menolehkan kepalanya menghadap ke arah Fiona yang sedang berdiri di sampingnya, “Kau selalu ada disaat aku sedang susah dan sedih. Kurasa kaulah bintang yang menerangi hidupku. entah bagaimana rasanya jika suatu
hari kau tidak bersamaku lagi.”

“Apa yang akan kau lakukan jika aku tidak ada?”
pertanyaan spontan terlontarkan. Fiona membisu sejenak. Otaknya sibuk berpikir.

“Mungkin aku akan merasa kehilangan.” Fiona segera memalingkan wajahnya dan memicingkan matanya, “ Tapi, kau tidak berencana untuk meninggalkan aku kan?”

Seseorang itu tersenyum lembut, lalu mengacak-acak rambut Fiona dan berkata, “Tenang saja.

Selamanya aku akan ada di sampingmu. Aku tidak akan pergi walaupun kau menyuruhku pergi.

Karena bagiku. Kau adalah……”

Belum sempat seseorang itu mengakhiri perkataannya, Fiona memotong, “Lihat! Lihat! Ada bintang jatuh ayo cepat make a wish.”

Dengan gembira, mereka menutup mata dan membuat permohonan dalam hatinya masing-masing.

Beberapa menit kemudian, Fiona membuka matanya terlebih dahulu.
Dia segera memalingkan wajahnya ke samping dan tersenyum dengan bahagia.

“Apa yang kau minta?” seseorang itu bertanya.

“Aku meminta supaya kau selamanya menjadi bintangku
dan sahabat terbaikku. Tidak akan pernah meninggalkan aku.”

Seketika itu, senyum lembutnya langsung sirna. Ada perasaan kecewa yang timbul dalam hati seseorang tersebut saat mendengar Fiona mengatakan bahwa dirinya hanya sebatas sahabat terbaiknya.

Dia berharap cewek yang sedang duduk di sampingnya ini bisa menganggapnya lebih dari sebatas sahabat. Apakah mungkin selama ini perbuatan masih tidak cukup untuk menunjukkan perhatiannya yang lebih dan perasaan dari dalam lubuk hatinya?

Belum puas dengan jawabannya sendiri, Fiona balas bertanya,” Dan kau? Apa yang kau minta?”

Seseorang itu menggelengkan kepalanya. Menunjukkan mimik wajah bahwa dia enggan berbagi permohonan yang dibuatnya, “Ini rahasia.

Suatu hari aku akan memberitahukannya kepadamu.”

“Kenapa tidak sekarang saja? Ayolah.”
rengek Fiona, “Aku penasaran dengan apa yang kau mohonkan.”

“Sekarang belum waktunya.”

Fiona memutar kedua bola matanya dan pura-pura ngambek,
“Baiklah. Aku tidak akan bertanya lagi. Kau bukan sahabat terbaikku lagi.”

“Hahahaha….” Seseorang itu tertawa dengan kerasnya.

Sikap inilah yang membuat perasaan yang tumbuh dihatinya, semakin hari semakin kuat tawaan inilah yang selalu menghiasi hari-harinya. Bagaimana mungkin dia bisa hidup sehari tanpa melihat wajah Fiona yang akan merona merah setiap kali dia tertawa.

Dengan gemas seseorang itu mencubit kedua pipi
gadis itu dan merangkulkan sebelah lengan tangannya.

Fiona tersadar dari lamunan. Tanpa sadar, dia bergumam dalam hatinya, “Aku merindukanmu.

Aku sungguh sangat merindukanmu, Arif.”

Waktu yang berlalu tidak dapat diprediksi. terkadang dalam situasi tertentu, waktu akan terasa berjalan lebih lambat dari biasanya dan begitupula sebaliknya. Bagi Fiona, lebih baik waktu berjalan cepat daripada lambat.

Karena waktu yang berjalan lambat hanya akan terus mengingatkannya pada Arif, seseorang yang telah menjadi bagian paling penting dalam hidupnya. Jika tidak, bagaimana mana mungkin dia akan merasa begitu terpukul dan kehilangan dengan kepergian Arif yang mendadak tanpa
sepenggal pesan apapun.

Dalam kurun waktu kurang dari setahun secara perlahan tapi pasti, sedikit demi sedikit, Fiona berhasil mengeluarkan Arif dari hati dan pikirannya. Walaupun belum sepenuhnya, setidaknya, kini hidupnya kembali berjalan dengan teratur.

Dia sudah tidak terbangun sepanjang malam hanya untuk menunggu email ataupun panggilan chatting. Dia juga sudah tidak berdiri semalaman di depan balkon dan menatap langit. Menunggu bintang jatuh dan membuat permohonan.

“Fio.” Panggil Lara, salah seorang temannya sejak masuk bangku kuliah.

“Yah.” Jawab Fiona, menghentikan langkahnya.

Semula dia berencana untuk mengerjakan tugas yang diberikan dosen paling killer sekampus di perpustakaan. Tepat sebelum dia melangkahkan kakinya keluar dari kelas, Lara memanggilnya.

“Tadi pagi, Pak Andika menyuruhku untuk memberitahukan bahwa ada yang mau dia bicarakan padamu. Kau disuruh ke kantornya sehabis kelas ini.”

“Sekarang?” Fiona melirik jam tangannya.

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Biasanya jam segini Pak Andika pasti sudah pulang.

Dosen yang satu ini hanya bekerja sebagi dosen part-time di kampusnya dan hanya mengajar mata kuliah di pagi hari.

“Iya. Kau cepat ke kantornya, aku akan menunggumu di kantin. Jika kau sudah siap, kau bisa menjumpaiku di kantin dan kita bisa pulang berbarengan.” Usul Lara.

“Sebaiknya kau pulang duluan, masih ada hal yang harus
kukerjakan setelah ini.” dengan halus Fiona menolak ajakan Lara.

Bukan hanya sekali dua kali, tapi sudah ratusan kali dia menolak ajakan dari Lara ataupun teman yang lainnya. Dia membatasi diri dalam bergaul dengan siapapun. Tidak ingin jatuh ke lubang yang sama dan kembali kehilangan.

Baginya lebih baik menjaga jarak kedekatan dengan seseorang. Supaya jika seseorang itu meninggalkan dirinya kelak, seperti apa yang Arif lakukan padanya, dia tidak akan merasakan siksaan dari kehilangan itu.

Setelah mengetuk beberapa kali, Fiona membuka pintu kantor dosennya dan melonggokkan kepalanya ke dalam.

“Bapak memanggil saya?” tanyanya dengan sikap sopan.

“Iya. Silakan masuk dan duduk. Ada yang ingin Bapak bicarakan dengan kamu.”

“Ada masalah apa, Pak?” Fiona mengambil duduk tepat didepan Pak Andika.

“Begini, Ada seorang mahasiswa yang mau melanjutkan studinya di kampus kita. Selama ini, dia kuliah di Aussie. Namun karena ada masalah pribadi, dia memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Masalahnya dia tidak ingin mengulang dari awal, jadi bapak mau meminta tolong supaya kau mau membantunya dengan beberapa ketinggalannya.”
Fiona mengangguk mengerti. Sebenarnya dia ingin menolak, tapi merasa segan. Karena Pak Andika adalah seorang dosen yang sangat baik. Maka rasanya sangatlah tidak nyaman jika harus menolak permintaan sederhana seperti itu.

“Siapa namanya, Pak?”

“Namanya

“Arif.”

Jawaban yang berasal dari seseorang di belakang Fiona membuatnya terkejut dan segera membalikkan badannya untuk memastikan siapa yang sedang berbicara. Seseorang itu kemudian melanjutkan, “Kurasa aku tidak perlu memperkenalkan diriku lagi kan, Fio.”

“Jadi kalian sudah saling mengenal?” tanya Pak Andika dengan nada senang

“Iya, Pak kami teman sekelas sejak SMP.”

“Bapak senang mendengarnya.” dosen tersebut lalu mengalihkan pandangannya dari Arif menuju
ke arah Fiona.

Sementara itu, Arif tersenyum lebar pada Fiona, seakan tidak pernah ada yang terjadi sebelumnya.

Seakan dia tidak pernah pergi meninggalkan gadis itu sendirian.

“Tidak ada yang ingin kau sampaikan padaku?” kata Arif,
kali ini dia tersenyum jahil dan bergerak mendekat ke tempat duduk Fiona.

Fiona membeku. Tidak ada sepatah katapun yang dapat keluar dari mulutnya. Hatinya masih terlalu shock dengan semua yang baru terjadi. dan dia belum bisa menerima semuanya. dengan cukup kasar, dia membalikkan kembali kepala dan badannya menghadap ke arah Pak Andika.

“Saya tidak punya waktu. Mohon Bapak mencari orang lain saja.Permisi.”

Fiona bangkit dari duduknya, melewati Arif tanpa sekalipun menatapnya dan berjalan keluar seakan cowok itu tidak pernah ada disana. Seakan semua ini hanyalah mimpi, Ini pasti mimpi!

Seperti biasanya, sehabis bubaran kelas, Fiona pasti segera menghabiskan waktu di tempat kesukaannya dari segala sudut kampusnya, perpustakaan. disana dia mendapatkan ketenangan
dan kedamaian yang dia butuhkan untuk mengerjakan segala tugas dari para dosen killer yang biasanya selalu memberi tugas segunung dan menyuruh mereka untuk mengumpulkannya kembali dalam waktu 2 hari.

Selain itu, dia juga senang mendengarkan musik kesukaannya di Ipod. Membiarkan dirinya terlelap selama satu dua jam. Rasanya lebih nyaman tertidur di dalam perpustakaan daripada di kamarnya sendiri.

Dan siang itu, dia kembali terlelap. Diantara tumpukan buku-buku tebal yang berserakkan di salah satu meja besar persegi panjang. Letaknya berdekatan dengan dua buah jendela besar yang menghadap ke taman kampus.

“Hoooaaammmm.” Fiona menutup mulutnya dengan salah satu tangannya yang masih tergeletak bebas di meja, sementara tangan yang lain menjadi bantalan untuk kepalanya.

Beberapa kali dia mengerjapkan matanya. Setelah memperoleh kesadaran penuh, hal pertama yang dilihatnya, langit di luar sana yang mulai berubah warna. Dari warna biru muda ke warna jingga kemerah-merahan.

Hal ini menandakan bahwa hari sudah sore dan sudah saatnya dia pulang ke rumah. Segera dibereskan semua buku-buku yang masih terbuka dan terhampar di hadapannya. Namun, sebuah tas ransel coklat yang tergeletak di samping kursinya membuyarkan segalanya.

Beberapa buku yang berada di tangannya jatuh ke lantai. Hatinya berdegup dengan kencang.

Dan tanpa sadar dia berjalan mundur beberapa langkah ke belakang. Dia masih belum menyadari bahwa ada seseorang berdiri memunggunginya.

“Aucch…” Fiona menjerit terkejut saat punggungnya bersentuhan
dengan seseorang, dia membalikkan badannya. dan ini semua bukanlah mimpi.

“Kau baik-baik saja?” seseorang itu tidak lain adalah Arif.

Fiona lebih memilih untuk diam dan memungut buku yang terjatuh ke lantai.

“Kenapa kau diam saja?” tanya Arif lagi sambil membantu Fiona.

Tetapi, dengan kasar, Fiona menepis tangannya dan memberi
isyarat dengan bahasa tubuh bahwa dia bisa melakukan semuanya sendiri.

“Apa kau marah padaku?” kali ini Arif kelihatan sudah kehilangan
kesabaran dengan sikap bisu Fiona yang menganggap dia tidak ada.

Masih dengan ekspresi yang sama, Fiona memasukkan beberapa buku ke dalam tasnya dan berjalan melewati Arif dengan sikapnya yang sangat dingin. Dalam hati, Fiona terus meyakinkan dirinya bahwa semua ini hanya mimpi dan yang harus dilakukannya sekarang hanyalah segera pulang dan tidur.

Sebelum dia berjalan lebih jauh, Arif menahan lengan tangan kirinya.

“Kenapa kau bersikap begitu dingin padaku? Apa kau tidak merindukanku? Apa tidak ada yang ingin kau sampaikan padaku? Bukankah kita sahabat? Mengapa sekarang ini kau menganggapku seolah aku ini tidak ada?”

Pertanyaan beruntun dari Arif membangkitkan rasa sakit, marah dan sedih dalam hati Fiona.

Dengan kesal, dilemparkan dua buku tebal yang sedang dipegangnya.

“Kau bertanya seakan tidak ada masalah yang terjadi. Kau sangat ingin dengar apa yang sedang kurasakan? Baiklah aku akan menjawab. Ya Benar Aku marah. Bukan hanya marah, tetapi sangat marah kepadamu.

Kau bilang kita sahabat? Biarkan aku bertanya padamu, apakah seorang sahabat akan meninggalkan sahabatnya yang lain tanpa sepenggal pesan? Apa ini yang dilakukan oleh seorang sahabat?”

Fiona sudah tidak mampu membendung amarahnya, “Jika seorang sahabat seperti itu, maka aku tidak memerlukan sahabat ini. Jadi aku mohon jangan berbicara denganku lagi. Jika kau melihatku, anggaplah aku ini tidak ada. Dan aku juga akan melakukan hal yang sama padamu.”

Fiona menghirup nafas panjang sebelum melanjutkan,
”Karena di duniaku, sudah tidak tercantum namamu lagi.”

kasih sayang seorang ibu tua

Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.


Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.
"Bu, kita sudah sampai",kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.


Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.


Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".


Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.


Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jkalau ada waktu saja.


Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

It’s a Love

John dan Jessica telah berumah tangga selama 7 tahun..Mereka saling mencintai, namun Jessica sejak awal menutupi semua perasaan cintanya terhadap John..

Ia begitu takut apabila John mengetahui betapa ia mencintai pria itu, John lantas meninggalkannya sebagaimana kekasih-kekasihnya selama ini..

Tapi tidak bagi John..Ia selalu menyatakan perasaan cintanya kepada Jessica dengan tulus dan begitu terbuka..

Setiap saat ketika bersama Jessiaca, John selalu menunjukkan cintanya yang besar, seolah-olah itulah saat akhir John bersama Jessica..

Jessica selalu bersikap tidak menyenangkan terhadap John..

Setiap saat dia selalu mencoba menguji seberapa besar cinta John terhadapnya. .

Jessica selalu mencoba melakukan hal-hal yang keterlaluan dan diluar batas kepada John..

Meski Jessica tahu betapa hal itu sungguh salah, namun melihat sikap John yang tetap berlaku baik padanya, membuat Jessica tetap bertahan untuk melihat seberapa besar kesungguhan cinta pria yg dinikahinya itu..



Tahun pertama pernikahan mereka….

Jessica bangun siang..Dia tidak sempat menyiapkan sarapan untuk John ketika John hendak berangkat kerja..

Namun John tetap tersenyum dan mengatakan, “Tidak apa-apa..Nanti aku bisa sarapan di kantor..”

Saat John pulang dari kantor, Jessica tidak sengaja memasak makanan yang tidak disukai John..

Meski menyadari hal itu, Jessica tetap memaksakan agar suaminya mau makan makanan itu..

John tetap tersenyum dan berkata, ” Wah..sepertinya sudah saatnya aku belajar menghadapi tantangan..Masakanmu sepertinya tantangan yang hebat, sayang..Aku sudah tidak sabar untuk menyantapnya. .”..

Jessica terkejut, tapi tidak mengatakan apa-apa..



Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam saat Jessica terlelap John memanjatkan doa,

” Tuhan..Di pagi pertama pernikahan kami Jessica tidak membuatkanku sarapan..

Padahal aku begitu ingin bercakap-cakap di meja makan bersamanya sambil membicarakan betapa indah hari ini, di hari pertama kami menjalani kehidupan baru sebagai suami istri..

Tapi tidak apa-apa, Tuhan..

Karena sepertinya Jessica kelelahan setelah resepsi pernikahan kami tadi malam..

Bantulah kekasih hatiku ini,Tuhan agar dia boleh punya tenaga yang cukup untuk menghadapi hari baru bersamaku besok..

Tuhan, Engkau tau betapa aku tidak bisa makan spaghetti karena pencernaanku yang tidak begitu baik..

Tapi sepertinya Jessica sudah bekerja keras untuk masak makanan itu..

Mampukan aku untuk menghargai setiap apa yang dilakukan istriku kepadaku,

Tuhan..Jangan biarkan aku menyakiti perasaannya meski itu tidak mengenakkan bagiku….”



Tahun kedua pernikahan mereka….

John membangunkan Jessica pagi-pagi untuk berdoa bersama..

Namun Jessica menolak dan lebih memilih melanjutkan tidurnya..

John tersenyum dan akhirnya berdoa seorang diri..

Sore hari sepulang kantor, John mengajak Jessica berjalan-jalan ke taman..

Meski terpaksa, Jessica akhirnya mau juga ke tempat dimana dulu perasaannya begitu berbunga-bunga saat bersama John..

Tetapi Jessica menolak rangkulan John, dan berkata, “Jangan, John..Aku malu..”..John tersenyum dan berkata, “Ya, aku mengerti..” Jessica melihat kekecewaan dimata John, namun tidak melakukan apapun untuk menghilangkan kekecewaan itu..



Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..

” Tuhan..Ampuni aku yang tidak bisa membawa istriku untuk lebih dekat padaMU pagi hari ini..

Mungkin tidurnya kurang karena pikirannya yang sedang berat..

Tapi aku yakin, Tuhan besok Jessica mau bersama-sama denganku bercakap-cakap kepadaMu..

Tuhan, Engkau juga tahu kesedihanku saat Jessica menolak kurangkul ketika ke taman hari ini..

Tapi tidak apa-apa, Dia sedang datang bulan, mungkin karena itu perasaannya juga jadi lebih sensitive..

Mampukan aku untuk melihat suasana hati istriku, Tuhan…”



Tahun ketiga pernikahan mereka….

Mereka kini mempunyai seorang putera bernama Mark..

Jessica menjadi tidak pernah lagi meneruskan kebiasaannya membaca bersama John sebelum tidur..

Jessica semakin sering menolak ciuman John..

Jessica memarahi John habis-habisan sore itu ketika John lupa mencuci tangan saat akan menggendong Mark ketika John pulang kerja..

Jessica tahu betapa hal itu membuat John terpukul..

Namun idealismenya terhadap mendidik Mark membuat Jessica mengabaikan perasaan John..

Dan John tetap tersenyum..



Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..

”Tuhan, Engkau tahu betapa sedih hatiku saat ini..

Semenjak kelahiran Mark, aku kehilangan begitu banyak waktu bersama Jessica..

Aku merindukan saat-saat kami membaca bersama sebelum tidur dan menciuminya sebelum ia tertidur..

Tapi tidak apa-apa..

Dia begitu capek mengurusi Mark seharian saat aku bekerja di kantor..

Hanya saja, biarkanlah dia tetap terus tertidur dalam pelukanku,Tuhan, Karena aku begitu mencintainya...

Sore tadi Jessica memarahiku karena aku lupa mencuci tangan saat menggendong Mark, Tuhan..

Aku begitu kangen pada anakku sehingga teledor melakukan sebagaimana yg diminta istriku..

Engkau tahu betapa aku terluka akan kata-kata Jessica, Tuhan..

Tapi tidak apa-apa..

Jessica mungkin hanya kuatir terhadap kesehatan anak kami Mark apabila aku langsung menggendongnya. .

Kesehatan Mark lebih penting daripada harga diriku….”



Tahun keempat pernikahan mereka….

Jessica tidak ingat memasak makanan kesukaan John di hari ulang tahunnya..

Jessica terlalu sibuk belanja sehingga lupa bahwa John selalu minta dibuatkan Blackforest dengan taburan coklat dan ceri diatasnya setiap ulang tahunnya tiba..

Jessica juga lupa menyetrika kemeja John yang menyebabkan John terlambat ke kantor pagi itu karena John terpaksa menyetrika sendiri kemejanya..

Jessica tau kesalahannya, namun tidak menganggap hal itu sebagai sesuatu hal yang penting..



Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..

”Tuhan, Untuk kali pertama Jessica lupa membuatkan Blackforest kesukaanku di hari ulang tahunku ini..

Padahal aku sangat menyukai kue buatannya itu…

Menikmati kue Blackforest buatannya membuatku bersykur mempunyai istri yang pandai memasak sepertinya, dan merasakan cintanya padaku..

Namun tahun ini aku tidak mendapatinya. .

Tapi tidak apa-apa..

mungkin lebih banyak hal-hal lain yang jauh lebih penting dari pada sekedar Blackforest itu..

Paling tidak, aku masih mendapatkan senyuman dan ciuman darinya hari ini..

Ampuni aku,Tuhan apabila tadi pagi aku lupa tersenyum kepada Jessica..

Aku terlalu sibuk menyetrika bajuku dan memikirkan pekerjaanku di kantor..

Jessica sepertinya lupa untuk melakukan hal itu, meski aku sudah meminta tolong padanya tadi malam..

Jangan biarkan aku melampiaskan emosiku karena dampratan atasanku akibat keterlambatanku hari ini kepada Jessica, Tuhan..

Jessica mungkin keliru menyetrika kemeja mana yang seharusnya kupakai hari ini..

Lagipula, sepatuku begitu mengkilap..

Aku yakin Jessica sudah berusaha keras agar aku kelihatan menarik saat presentasiku tadi..

Terima kasih untuk kebaikan istriku, Tuhan…”



Tahun kelima pernikahan mereka…

Jessica menampar dan menyalahkan John karena Mark sakit sepulang mereka berenang..

John terlalu asyik bermain-main dengan Mark sehingga tidak menyadari betapa Mark sangat sensitive terhadap dinginnya air kolam renang, yang mengakibatkan Mark terpaksa dirawat dirumah sakit….

Jessica mengancam akan meninggalkan John apabila terjadi apa-apa dengan Mark..

Jessica melihat genangan air mata di mata John, namun kekerasan hatinya lebih menguasainya ketimbang perasaan John



Tetapi Malaikat tahu betapa saat itu John lantas menuju ke Kapel rumah sakit dan memanjatkan doanya sambil menangis..

” Tuhan..Tadi Jessica menamparku karena kelalaianku menjaga Mark sehingga dia sakit..

Belum pernah Jessica bersikap dan berkata sekasar itu padaku, Tuhan..

Tapi tidak apa-apa..

Jessica benar-benar kuatir terhadap anak kami sehingga ia bersikap demikian..

Tapi Tuhan, aku begitu terluka saat ia mengatakan akan meninggalkanku. .

Engkau tahu betapa ia adalah belahan jiwaku..Jangan biarkan hal itu terjadi, Tuhan..

Mungkin dia begitu dikuasai kekuatiran sehingga melampiaskannya padaku..

Tidak apa-apa, Tuhan..

Tidak apa-apa..Asal dia mendapat ketenangan, aku akan merasa bersyukur sekali..

Dan sembuhkanlah putera kami, Mark agar dia boleh kembali dapat ceria dan bermain-main bersama kami lagi, Tuhan..”


Tahun keenam pernikahan mereka….

Jessica semakin menjaga jarak dengan John setelah kehadiran Rebecca, puteri mereka..

Jessica tidak pernah lagi menemani John makan malam karena menjaga puteri mereka yang baru berusia 5 bulan..

Jessica juga menjual kalung berlian pemberian John dan menggantinya dengan perhiasan lain yang lebih baru..

Ketika John mengetahui hal itu, Jessica tau John menahan amarahnya, namun Jessica berdalih, “John, itu hanya kalung berlian biasa..Lagipula, aku bukan menjualnya, melainkan menukarnya denga perhiasan yang lebih baru..”

Tetapi Malaikat tahu betapa malam-malam setelah Jessica terlelap, John memanjatkan doanya..

”Tuhan, Aku begitu kesepian melewatkan makan malam sendirian tanpa Jessica bersamaku…

Aku begitu ingin terus bercerita dan tertawa bersamanya di meja makan..

Engkau tau, itulah penghiburanku untuk melepas kepenatanku setelah seharian bekerja di kantor..

Tapi tidak apa-apa..

Rebecca lebih membutuhkan perhatiannya daripada aku..

Lagipula, Mark kadang-kadang mau menemaniku..

Hanya saja, jangan biarkan aku memendam sakit hati kepada Jessica karena menjual kalung pemberianku. .

Engkau tau begitu lama aku menabung dan bekerja ekstra demi menghadiahinya kalung itu, hanya untuk membuktikan terima kasihku padanya atas kesetiaan dan pengabdiannya sebagai istriku dan ibu dari anak-anakku. .

Ampuni aku apabila tadi aku sempat berpikir untuk marah padanya..”



Tahun ketujuh pernikahan mereka….

Jessica sama sekali tidak mengindahkan kebiasaannya membelai kepala John dan mencium kening suaminya sebelum John berangkat kantor..

Padahal Jessica tau, selama ini apabila dia lupa melakukannya, John selalu kembali kerumah siang hari demi mendapatkan belaian dan ciuman Jessica untuknya..

Karena John tidak akan pernah tenang bekerja apabila hal itu belum dilakukan Jessica padanya..

Jessica tidak mengucapkan I LOVE YOU untuk kali pertama dalam 7 tahun pernikahan mereka…



Dan di tahun ketujuh itu pula, John mengalami kecelakaan saat akan berangkat ke kantor..

Ia mengalami pendarahan yang hebat, yang membuatnya terbaring tidak sadarkan diri di ranjang rumah sakit..

Jessica begitu terguncang dan terpukul..

Ia begitu takut kehilangan John, suami yang dicintainya,

Yang selalu ada kapan saja dia butuhkan..

Yang selalu dengan tersenyum menampung semua emosi dan kemarahannya. .

Yang tek pernah berhenti mengatakan betapa John mencintainya. .

Tak sedikitpun Jessica beranjak dari sisi tempat tidur John..

Tangannya menggenggam erat jemari suaminya yang terbaring lemah tak sadarkan diri..

Bibirnya terus mengucapkan I LOVE YOU, karena ia ingat kalau ia belum mengatakan kalimat itu hari ini..

Karena begitu sedih dan lelah menunggui John, Jessica tertidur..

Dalam tidurnya, malaikat yang selama ini mendengar doa-doa John pada Tuhan,membawa Jessica melihat setiap malam yg John lewatkan untuk mendoakan Jessica..

Ia menangis sedih melihat ketulusan dan rasa cinta yg besar dari John padanya..

Tak sedikitpun John menyalahkannya atas semua sikapnya yang tidak mempedulikan perasaan dan harga diri John selama ini..

Alih-alih demikian, John malahan menyalahkan dirinya sendiri..

Jessica menangis menahan perasaannya. .Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, Jessica berdoa,



“Tuhan, ampuni aku yang selama ini menyia-nyiakan rasa cinta suamiku terhadapku..

Ampuni aku yang tidak memahami perasaan dan harga dirinya selama ini..

Beri aku kesempatan untuk menunjukkan cintaku pada suamiku, Tuhan..

Beri aku kesempatan untuk meminta maaf dan melayaninya sebagai suami yang kucintai..”



Dan ketika Jessica terbangun, Ia melihat pancaran kasih suaminya menatapnya..

”Kamu keliatan begitu lelah, sayang..

Maafkan aku yang tidak berhati-hati menyetir sehingga keadaannya mesti jadi begini dan membuatmu kuatir..

Aku tidak konsentrasi saat menyetir karena memikirkan bahwa kau lupa mengatakan I LOVE YOU padaku..”..

Belum selesai John berbicara, Jessica lantas menangis keras dan menghambur ke pelukan suaminya..

“Maafkan aku, John..

Maafkan aku..

I LOVE YOU..I really Love you..Kaulah matahariku, John…

Aku tidak bisa bertahan tanpamu..

Aku berjanji tidak akan pernah lupa lagi mengatakan betapa aku mencintaimu. .

Aku berjanji tidak akan pernah mengabaikan perasaan dan harga dirimu lagi..

I LOVE YOU, John..I LOVE YOU…"


By.Tisana Wong