Sabtu, 18 September 2010

Lee Teng Hui

Lee Teng Hui (juga dieja Li Denghui) (1873-1947), seorang peranakan Hokkian, dilahirkan di Jakarta sebagai anak pertama Lie Khay Gwan, seorang pemilik pabrik batik. Lee Teng Hui mula-mula belajar di Anglo-Chinese School di Singapura dan kemudian melanjutkan studinya di Universitas Yale, Amerika Serikat. Ia lulus pada 1899 dengan gelar B.A. sebagai salah satu orang Tionghoa di perantauan pertama yang lulus dari universitas tersebut.

Lee kembali ke Indonesia dan mendirikan Yale Institute di Jakarta, kemudian juga mengajar di sekolah Tiong Hoa Hwee Koan dengan harapan mentransformasikan komunitas Tionghoa di seberang lautan.

Ketika menyadari bahwa usahanya untuk melakukan pembaruan pendidikan di Batavia gagal, ia pergi ke Penang, Malaysia dan bertemu dengan beberapa teman yang mempunyai gagasan yang sama. Ia kemudian memutuskan untuk pindah ke Shanghai, Tiongkok. Ia tiba di kota itu pada Oktober 1904, mendirikan Federasi Mahasiswa Tionghoa se-Dunia pada Juli 1905 dan menjadi presidennya yang pertama. Tujuan organisasi ini adalah mengembangkan keadilan sosial di Tiongkok, mempersatukan mahasiswa-mahasiswa Tionghoa yang sedang belajar di luar negeri, dan membantu anggota-anggotanya untuk mendapatkan pekerjaan, perawatan kesehatan, dan bantuan hukum. Organisasi-organisasi serupa kemudian didirikan di Penang, Qingdao, Fuzhou, Hawaii, dan Singapura. Kebanyakan anggota awal dari federasi ini adalah orang-orang Kristen dan patriot.

Pada waktu yang bersamaan, Lee menjadi penilik Sekolah Negeri Fudan. Pada 1913, ketika pendiri sekolah ini harus meninggalkan Tiongkok, Lee menjadi kepala sekolahnya, mengajar beberapa mata pelajaran seperti bahasa Inggris, logika dan filsafat. Pada 1917 ketika Sekolah Negeri Fudan berubah menjadi Universitas Fudan dengan kurikulum modern dalam bidang humaniora, ilmu-ilmu alam, bisnis, serta bahasa-bahasa Eropa modern, Lee menjadi rektornya yang pertama untuk kurun waktu 1917 - 1937. Ia meninggal dunia pada 1947 dan dikebumikan di Shanghai.

Pada masa Perang Tiongkok-Jepang, Lee mengumumkan penerapan "tiga prinsip tidak": tidak mendaftarkan diri pada organisasi musuh; tidak menerima bantuan keuangan musuh; dan tidak menerima campur tangan musuh.

0 komentar:

Posting Komentar