Rabu, 16 Juni 2010

Biarkan Aku Mencintaimu Tiga Hari Saja (1)

Biarkan Aku Mencintaimu Tiga Hari Saja


Sepuluh tahun silam, Aditya dan Erlina masih remaja. Semasa SMA, mereka bersekolah bukan saja di gedung sekolah yang sama, namun juga pernah merasakan berada di kelas yang sama.

Erlina, seorang gadis dari keluarga berada. Wajahnya yang cantik dan bentuk badannya yang indah, dengan senyuman khas dan lesung pipinya, ditambah dengan rambutnya yang panjang terurai hingga ke punggung menjadi kesayangannya dan selalu dijaganya baik-baik, membuatnya menjadi primadona di sekolahnya. Hal itu membuat Erlina menjadi merasa seperti sosok yang penting di sekolahnya itu. Terlebih dengan tunjangan ekonomi keluarganya, setiap hari Erlina selalu datang dan pulang ke sekolah dengan diantar jemput sopir yang membawa mobil sedan high class milik ayahnya.

Sebelumnya, sama sekali tak pernah terpikirkan oleh Erlina bahwa dia akan menyukai dan jatuh hati kepada sosok lelaki sederhana yang bernama Aditya itu. Aditya, seorang remaja dari keluarga sederhana. Setiap paginya Aditya selalu membantu ayahnya mendorong gerobak sayur ke pasar. Lalu setelah berada di pasar, Aditya baru berangkat ke sekolah dengan sepeda yang dinaikin ayahnya ke pasar. Karena keseringan mendorong gerobak, maka postur tubuh Aditya menjadi tegap. Sebenarnya wajah Aditya tampan, otaknya juga pintar dan selalu ranking lima besar di sekolahnya.

Pada saat penentuan penjurusan, Erlina tidak berada lagi sekelas dengan Aditya. Erlina mendapat jurusan IPS, sedang Aditya mendapat jurusan IPA. Sedangkan bagi Aditya sendiri, mungkin adalah sebuah mimpi baginya untuk mendapatkan gadis sempurna dan kaya seperti Erlina. Namun, semua kelebihan Erlina tak bisa membuat bayangannya hilang dari kepalanya. Hingga saat kelulusan, Aditya masih memendam perasaannya kepada Erlina yang tentu saja waktu itu sudah mempunyai pasangan yang masih teman sekelas IPS-nya juga.

Waktu berlalu dan kini sepuluh tahun sudah. Aditya sudah mempunyai seorang kekasih yang sangat dicintainya. Seorang gadis yang sederhana dan tipikal easy-going menjadi pasangannya selama tiga tahun terakhir. Bahkan Aditya yang saat itu sudah berprofesi sebagai pemilik toko emas. Ayahnya sudah meninggal ketika Aditya masih kuliah dan dari uang peninggalannya, Aditya mendirikan sebuah toko emas kecil-kecilan di pasar tempat biasa ayahnya berjualan. Ternyata usahanya berkembang dan semakin maju. Karenanya, Aditya tak menemui kesulitan untuk memberikan sebuah cincin tunangan tanda ikatan cintanya kepada Veronica, kekasihnya itu.

Sekitar dua minggu yang lalu, Aditya mendapat undangan dari teman SMP-nya yang dijumpainya kembali di komunitas Facebook untuk menghadiri acara reuni SMA. Acara itu diselenggarakan di Bandung, di sebuah villa keluarga milik teman SMA lainnya. Sebuah acara yang disusun untuk 3 hari, dari Jumat hingga Minggu.

Dikarenakan acara reuni tersebut tidak diperkenankan membawa pasangannya, maka dengan meminta pertolongan Veronica mengurus toko emasnya, yang dibantu pula oleh karyawan-karyawannya, Aditya akhirnya bisa berangkat ke Bandung untuk menghadiri reuni dengan mobilnya yang dikendarainya sendiri.

Singkatnya, acara reuni hari ini berlangsung meriah. Teman-teman Aditya yang semasa SMA banyak yang datang menghadiri acara tersebut, tak terkecuali Erlina. Saat berkenalan kembali dengannya, Aditya mengetahui bahwa Erlina yang pernah menjadi incarannya itu kini ternyata masih single dan tak memiliki pasangan sama sekali.

"Aneh, kok bisa? Gadis primadona SMA yang jadi incaran banyak orang, kenapa justru masih single? Padahal usianya bukannya muda lagi. Aku saja sudah 28 tahun. Erlina tentunya seumuran denganku." Gumam Aditya dalam hati.

Pertanyaannya itu terjawab ketika pada saat makan malam, Erlina memilih duduk di sebelahnya yang kebetulan masih kosong.

"Hai, kamu Aditya kan?" Sapa Erlina pada Aditya yang sedang menikmati makannya itu.

"Heh, iya... iya bener..." Jawab Aditya menatap wajah Erlina. Tak ada perubahan yang berarti pada wajahnya. masih tetap cantik seperti sepuluh tahun yang lalu. Masih ada senyuman khas dan lesung pipinya. Dan rambutnya juga masih tergerai panjang. 'Masih tak berubah, cantik banget, tapi kok masih single ya?' Katanya dalam hati.

"Apa kabar?" Tanya Erlina sambi tersenyum dan menyunggingkan lesung pipinya itu.

"Ba..baik..." Aditya tampak tergagap karena seingatnya Erlina tak pernah mau memulai berbicara dengannya semasa SMA dulu.

"Kamu kenapa sih? Kok jadi salting gitu?" Tanya Erlina sambil menepuk pundak Aditya, hal mana membuatnya jadi semakin salah tingkah.

"Eh... gak... gak kok... Kata siapa gue salting... gak kok..." Jawab Aditya sambil memasukkan sesuap nasi ke dalam mulutnya, namun nasinya malah tumpah dan mengotori bajunya.

"Eh... aduh..." Aditya kaget dan segera menyusupkan tangannya ke kantong celana bermaksud untuk mengambil saputangannya.

"Sini... biar gue aja..." Kata Erlina sambil membersihkan baju Aditya dengan tissue yang diambilnya dengan cepat dari dalam tasnya.

Mendapat perlakuan begitu dari Erlina, suatu hal yang tak biasa dan tak pernah didapat sebelumnya, membuat Aditya tersentak. Dengan terbelalak, ditatapnya Erlina yang masih tetap tenang melakukan semua itu. Sementara itu, teman-teman lainnya yang melihat kejadian itu, mulai mengeluarkan suara siulan dan kata-kata memancing.

"Lho, kenapa? Kok menatap seperti itu?" Tahu-tahu Erlina menyunggingkan senyum lesung pipinya yang membuat Aditya memalingkan wajahnya saking tak kuatnya.

"Dit... liat sini donk... Gak sopan ih orang lagi ngomong dia malah liat ke arah lain..." Kata Erlina lagi sambil mencubit lengan Aditya hingga membuat lelaki itu terlompat sesaat.

Aditya tidak menjawab. Hatinya bingung, jantungnya berdebar-debar. Piring yang dipegangnya akhirnya diletakkannya di lantai di bawah kursi yang didudukinya. Disambarnya gelas minuman di samping piring dan diteguknya air teh yang ada didalamnya.

"Mana sih Adit yang terkenal sopan santun itu?" Kata Erlina lagi. "Kok jadi kaya gini sih?"

Aditya menelan ludah beberapa saat sebelum menjawab, "Ma..maaf, Lin, gue udah ada yang punya..."

Tahu-tahu Erlina tertawa mendengar jawaban Aditya itu. "Adit, Adit... gue udah tau kalo lu udah ada yang punya..."

"Lu pake cincin tunangan kan? Gue udah liat dari awal..."

"Terus kenapa lu masih deketin gue lagi?" Tanya Aditya.

Erlina tertawa lagi. "Lu masih kesel sama gue gara-gara gue cuekin lu waktu itu?"

Aditya tak menjawab.

"Gini deh... anggap aja gue deketin lu gini untuk minta maaf sama lu atas sikap gue selama ini kepada lu..." Ujar Erlina.

"Udah gue maafin kok..."

"Sekalian kalo boleh, gue mau minta tolong sama lu..." Sambung Erlina lagi.

Aditya memalingkan wajahnya menatap Erlina. "Minta tolong?"

Erlina mengangguk. "Yep, minta tolong. Lu mau kan bantu gue?"

"Tergantung, kalo gue bisa bantu, kenapa gak?" Jawab Aditya.

"Gini, Dit... gue punya satu permintaan..." Kata Erlina.

"Apa itu?"

Erlina mendekati Aditya dan tampak membisikkan sesuatu ke telinganya. Hal mana membuat Aditya tersentak kaget dan terbelalak matanya.

0 komentar:

Posting Komentar