Kisah Nyata Sedih Gadis-gadis Amoy, Singkawang
Oleh : Agnesdavonar
Kalimantan memang pulau yang indah nan subur, pulau yang memberikan berkah berlimpah berkat sumber daya alamnya yang kaya. Pulau yang dimiliki oleh tiga Negara sekaligus ini merupakan salah satu pulau terbesar di dunia. Memiliki kekayaan alam, tidak sepenuhnya memberikan berkah bagi penduduk sekitarnya. Indonesia memiliki bagian terbesar daerah di Kalimantan tapi ironisnya, Indonesia memiliki penduduk termiskin yang sangat kontras dengan pemilik pulau lainnya seperti Malaysia dan Brunai Darusallam yang hidup dengan mewahnya.
Ketimpangan sosial ini menimbulkan banyak persoalan dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang hidup di Kalimantan. Banyak dari mereka yang tidak memiliki pekerjaan walaupun sadar tanah yang mereka pijak telah memberikan triliunan Dollar kepada pemerintah dan sebagian pengusaha. Bila kita mendengar terjadinya eksodus TKI dari daerah sekitar Kalimantan menuju Malaysia atau Brunai, maka kita tidak bisa menyalahkan mereka.
Bagi mereka yang mendapatkan pekerjaan di negeri tetangga, itu adalah sebuah berkah, tapi bagi mereka yang tidak punya pilihan karena tidak dapat bekerja. Mereka hanya mengandalkan satu hal, diri mereka sendiri untuk dikorbankan. Itulah yang terjadi pada gadis-gadis Kalimantan yang banyak terjadi di sebuah daerah Kalimantan Barat, Singkawang. Gadis-gadis remaja yang beranjak dewasa atau disebut Amoy, rela melepas perawan mereka dengan diperistri oleh laki-laki luar yang kebanyakan berasal dari Malaysia, Taiwan, Hongkong dan Brunei.
Singkawang memang kota yang unik, hampir sebagian penduduknya secara garis besar adalah warga keturunan China yang telah hidup di Indonesia selama beberapa generasi dari nenek moyang mereka. Banyak dari mereka yang bekerja sebagai petani, nelayan dan pedagang. Sayangnya, tidak semua penduduknya hidup seperti layaknya keturunan China di beberapa Negara atau kota yang hidup mewah ataupun sederhana. Banyak dari penduduknya hidup dibawah garis kemiskinan yang sangat menyedihkan.
Kata Amoy adalah singkatan bagi gadis-gadis remaja keturunan China yang belum menikah. Boleh dikatakan Singkawang memang indentik dengan julukan lain kota Amoy selain kota seribu kelenteng. Parahnya, singkatan itu tidak semuanya berujung baik, Amoy Singkawang indentik sebagai gudangnya pria-pria yang ingin mencari istri secara instans. Fenomena Amoy yang tersohor itulah yang melahirkan pernikahan lintas Negara.
Pernikahan lintas Negara sepertinya sudah menjadi impian bagi gadis-gadis singkawang untuk mengubah garis hidup mereka yang miskin dengan harapan ketika menikah nanti, sang suami bisa mengubah semuanya. Lucunya lagi, keinginan gadis-gadis Amoy itu menjadi ladang bisnis yang subur bagi segelintir orang untuk mendirikan kantor agen biro jodoh. Jadi selain kantor agen biro tenaga kerja, agen biro jodoh ala makcomblang modern, kini sangat banyak tumbuh subur di Singkawang ( CIC: Selang 15 tahun belakangan ini saja sudah terjadi 55.800 lebih perkawinan lintas negara ini. Dan kebanyakan adalah dengan pria-pria dari negara Taiwan )
Keinginan besar untuk segera lepas dari garis kemiskinan membuat banyak gadis-gadis singkawang mendaftarkan diri ke Biro jodoh untuk dicarikan suami tanpa pernah merasakan cinta. Melihat fenomena itu, tidak heran begitu banyak para orang tua yang berharap melahirkan anak perempuan daripada laki-laki. Padahal tidak semua gadis Amoy ya1ng menikah dengan pria asing menjadi kaya seketika. Karena latar belakang pria yang akan menikahi gadis Amoy tidak akan pernah jelas sebelum gadis Amoy itu tiba di Negara Suami.
Gadis Amoy memang menjadi idaman bagi pria-pria asing untuk dinikahi, selain terkenal dengan tekun dan pekerja keras. Gadis amoy juga terkenal dengan rasa hormat serta pengorbanan yang tinggi kepada orang tua mereka. Itu terbukti dengan kerelaan mereka menikah dengan pria asing hanya untuk membantu perekonomian orang tuanya. Padahal, uang yang didapatkan dari hasil pernikahan itu tidak seberapa besarnya.
Seorang agen biro jodoh menjelaskan kalau seorang gadis Amoy yang menikah, biasanya akan mendapatkan mahar nikah dari suami yang berkisar antara 5-20 juta. Dengan uang sebanyak itu, maka sang anak gadis sudah resmi terjual kepada pria yang meminangnya. Celakanya dalam tradisi kebudayaan China, anak gadis ketika menikah dianggap telah lepas dari garis keturunan keluarga, itu terlihat dari hilangnya marga sang gadis mengikuti suami.
Gadis Amoy yang menikah tanpa cinta itu, setelah menikah tidak akan pernah melupakan keadaan orang tua. Biasanya setiap bulan mereka akan mengirimkan uang kepada orang tua, itulah yang membuat banyak orang tua yang berpikir pendek untuk tanpa ragu menikahkan anak gadisnya ketika menginjak usia 14 tahun. Padahal tidak semua pernikahan itu berujung bahagia, bisa jadi malah menjadi petaka.
Seperti yang dikisahkan oleh Asing. Gadis Amoy yang terpaksa menikah dengan pria Taiwan karena ingin membantu orang tuanya yang miskin. Asing menikah disaat usianya 14 tahun. Orang tuanya hanya petani serabutan, ia mendaftarkan dirinya ke agen biro jodoh setempat. Hanya seminggu setelah mendaftar, ia sudah dilamar oleh pria Taiwan berusia 30 tahun atau dua kali lipat umurnya. Dengan mahar sebesar 10 juta, ia pun menikah dan merantau ke negeri suaminya.
Awalnya ia berpikir kalau suaminya adalah orang kaya yang akan mengubah hidupnya, ternyata ia salah. Suaminya berbohong tentang semua kekayaan yang pernah dikatakan. Ketika tiba di Taiwan, ternyata sang suami hanyalah pedagang ikan yang berjualan di pasar. Kalau sudah begitu, Asing tidak punya pilihan selain ikut kepada suaminya, ia tidak bisa lari karena kendala bahasa dan lingkungan yang asing baginya.
Pernikahan itu seolah hanya untuk membuat suaminya memiliki pembantu, terbukti dengan betapa beratnya hidup Asing mengikuti suami. Ia harus membantu berdagang dan mencari ikan di laut. Hatinya miris dan ingin lari dari keadaan tapi tak berdaya, pasportnya ditahan sang suami. Demi membahagiakan orang tua, ia pun terpaksa menutupin semua kesedihan hatinya. Setiap bulan hasil keringat kerjanya dikirim kepada orang tua. Itupun hanya kalau sang suami berbaik hati memberikan uang.
Lain Asing lain pula dengan Alang. Ia menikah dengan pria Hongkong dengan keadaan cacat lumpuh. Ia rela menikah dengan pria itu untuk membantu ibunya yang sudah janda dan adik-adiknya yang masih kecil agar tetap bisa bersekolah. Ia seperti menjadi seorang suster bagi suami yang tidak mampu berjalan, setiap paginya ia harus merawat suami hingga malam. Tapi, sekali lagi.. Demi harapan besar agar hidup keluarganya berubah, ia menutup mata hatinya dan pasrah terhadap takdirnya.
Asing atau Aling hanya sebagian kecil dari ribuan gadis-gadis amoy yang berjuang hidup untuk orang tuanya. Banyak lagi yang tidak beruntung hingga mengalami siksaan fisik , cacat dan lebih buruk lagi dijadikan pelacur oleh suaminya sendiri. Mendengar hal-hal seperti itu, agen biro jodoh malah tidak pernah sepi dari gadis-gadis lugu yang tak berdaya karena kemiskinan untuk mengantri menunggu giliran takdir mereka selanjutnya..
Sungguh pilu melihat keadaan anak-anak Indonesia yang harus hidup tanpa nurani yang mampu berkata ataupun menjerit. Pernikahan ala export itu telah menjadi bagian daripada sindikat penjualan manusia secara legal. Tapi semua pihak tidak pernah bisa berdaya melihat kejadian fenomena ini. Mereka hanya bisa berharap kepada Tuhan agar fenomena ini berakhir, untuk berharap kepada pemerintah rasanya seperti bicara dengan burung didalam sangkar...
: Agnes Davonar adalah dua bersaudara penulis online yang memulai kariernya dari sebuah blog. Tahun 2009 ia terpilih sebagai the most influental blogger 2009, Penulis terbaik pesta blogger 2009, Finalist microsoft bloggership 2010, Kapanlagi blogger 2009 award, the best writing inspiration detik.com 2009, penulis terbaik dsfl blogger 2009, Finalis jawaban blogger inspiration 2009. Selain aktif menulis di dunia online, Agnes Davonar juga telah melahirkan 7 novel yang semuanya mencetak best seller dan diterbitkan di Taiwan.
\
BY.Tisana Wong
Sabtu, 24 Juli 2010
Kekayaan, Kesukses'an & Cinta
"Pada suatu hari ada seorang ibu yang baru pulang dari pasar melihat ada 3 orang berjanggut di halaman rumahnya. Ketiga pria itu terlihat letih dan lapar. Ibu itu mengajak mereka masuk untuk makan, tapi mereka bertanya,
"apakah suamimu sudah pulang?"
"Belum" jawab ibu itu."
"Kalau begitu kami tidak bisa masuk".
Ketika suaminya pulang. Ibu itu menceritakan tentang ketiga orang tsb, dan
suaminya menyuruhnya mengajak ketiga orang itu untuk masuk. Ketika ia
menyuruh mereka masuk, salah seorang berjanggut itu berkata, "Yang itu bernama kekayaan, yang itu kesuksesan dan saya cinta. Kalian harus memilih salah satu dari kami untuk masuk ke dalam rumahmu, kami tidak bisa masuk bersama-sama".
Ibu itu masuk ke dalam dan menceritakan apa yang dikatakan orang itu, suaminya berkata, "suruh kekayaan masuk, saya ingin rumah ini penuh dengan
kekayaan"
Tapi ibu itu berkata, "lebih baik kesuksesan, biar semua pekerjaan kita selalu penuh dengan kesuksesan"
Anak2 mereka berkata, "lebih baik cinta, biar rumah ini selalu penuh dengan cinta,"
Akhirnya semua setuju untuk mengajak cinta masuk, ibu itu kembali ke depan dan berkata, "yang bernama cinta silakan masuk,"
Ketika orang yang bernama cinta berjalan masuk, kedua orang yang lain mengikutinya.
Si Ibu heran dan berkata, "kami hanya mengundang cinta, kenapa kalian ikut?"
Orang itu berkata, "Kalau ibu memilih kekayaan atau kesuksesan, kami hanya
bisa berjalan sendiri2. Tapi karena ibu memilih CINTA, kami berdua akan selalu mengikutinya kemanapun dia berjalan. Sebenarnya kami berdua ini buta, hanya cinta yang bisa melihat dan menuntun kami kemanapun dan kapanpun juga …"({})
by.Tisana wong
"apakah suamimu sudah pulang?"
"Belum" jawab ibu itu."
"Kalau begitu kami tidak bisa masuk".
Ketika suaminya pulang. Ibu itu menceritakan tentang ketiga orang tsb, dan
suaminya menyuruhnya mengajak ketiga orang itu untuk masuk. Ketika ia
menyuruh mereka masuk, salah seorang berjanggut itu berkata, "Yang itu bernama kekayaan, yang itu kesuksesan dan saya cinta. Kalian harus memilih salah satu dari kami untuk masuk ke dalam rumahmu, kami tidak bisa masuk bersama-sama".
Ibu itu masuk ke dalam dan menceritakan apa yang dikatakan orang itu, suaminya berkata, "suruh kekayaan masuk, saya ingin rumah ini penuh dengan
kekayaan"
Tapi ibu itu berkata, "lebih baik kesuksesan, biar semua pekerjaan kita selalu penuh dengan kesuksesan"
Anak2 mereka berkata, "lebih baik cinta, biar rumah ini selalu penuh dengan cinta,"
Akhirnya semua setuju untuk mengajak cinta masuk, ibu itu kembali ke depan dan berkata, "yang bernama cinta silakan masuk,"
Ketika orang yang bernama cinta berjalan masuk, kedua orang yang lain mengikutinya.
Si Ibu heran dan berkata, "kami hanya mengundang cinta, kenapa kalian ikut?"
Orang itu berkata, "Kalau ibu memilih kekayaan atau kesuksesan, kami hanya
bisa berjalan sendiri2. Tapi karena ibu memilih CINTA, kami berdua akan selalu mengikutinya kemanapun dia berjalan. Sebenarnya kami berdua ini buta, hanya cinta yang bisa melihat dan menuntun kami kemanapun dan kapanpun juga …"({})
by.Tisana wong
Sahabat Sejati
Aku tidak pernah berpikir kalau hidupku masih bisa bernafas setelah kecelakaan tabrakan mobil yang membuatku koma selama 1 bulan lamanya. Istriku Angel berkata padaku, bahwa Tuhan masih sangat mencintaiku sehingga ia memberikan aku satu kehidupan baru dalam hidupku. Selama proses pemulihan aku hanya bisa duduk terbaring di kursi roda untuk melakukan aktifitas, sebagai anak tunggal satu-satunya dalam keluargaku, ayah dan ibu sangat mencintaiku.
Hidupku terlahir dengan kekayaan berlimpah, istriku cantik dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak orang kaya. Aku bersekolah di Australia saat lulus dari SMA dari Jakarta, menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan, lucunya aku baru tau jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.
Aku duduk di teras rumahku yang menghadap ke laut Jawa dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan rehabitasiku. Istriku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja istriku baru membacanya dan menaruhnya disana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah foto antara aku, istri dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku bernama Fernando.
Bukankah ini foto saat kami berada di Australia, Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, istriku dan dia berfoto bersama saat berdiskusi. Istriku datang dan menghampiriku sembari meletakkan segelas susu di meja.
“ Mengapa foto ini ada disini sayang?” tanyaku
Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.
“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”
Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah.
“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?”
Istriku terdiam, suara telepon tiba-tiba berdering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat. Aku hanya bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras, ia bukan laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus bekerja sebagai pelayan restoran, aku berterima kasih padanya karena berkatnya aku masih bisa hidup sampai detik ini.
Berkatnya juga aku bisa mengenal istri yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah tragedi terjadi dalam hidup kami. Suatu ketika semua orang mempergunjing aku di kampus dan mengatakan aku seorang gay karena terlalu dekat dengan Fernando. Terang saja aku marah, kami normal dan dekat karena dialah satu-satunya sahabatku di Australia dan aku bahkan rela menghajar orang-orang yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan it u terus menghantuiku, sebagian dari sahabatku memang pernah berbisik kalau sahabatku itu gaytapi Angel tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum hadirnya aku.
Tapi hidup memang pahit, di mataku sendiri Fernando berciuman dengan sesama pasangan gay-nya. Aku hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya berbuat demikian. Sidney memang kota bebas bagi gay, tapi tidak buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tau Fernando melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah
“ Aku mungkin gay, tapi aku bukanlah monster yang ada disampingmu selama ini. Bagiku siapapun boleh menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun”
Aku tidak tergoda oleh kalimat itu walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Sidney saat itu juga dengan membawa Angel pindah ke Perth. Aku tau Angel ingin menyarankan aku untuk menerima kenyataan tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gay dan menjijikkan seperti dia. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti yang aku katakan sebelumnya kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu bersama istriku tepatnya 3 tahun setelah kami berpacaran di sebuah restoran mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restorant itu.
Aku sadar ini saat terakhir aku berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Jakarta. Saran istriku padaku untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun di hatiku tidak pernah mau memaafkan statusnya sebagai gay. Kami bicara seadanya tentang hidup kami , dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando.
Istriku kembali, dengan wajah sedikit senduh dia duduk di sampingku.
“ Sayang, sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang foto itu”
“ Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini?”
Istriku menunduk sambil berkata “ Dia ada disini..”. Aku menjadi bingung,
“ Maksudmu apa?”
“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu?”
Istriku menangis sambil bercerita, di saat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah sakit adalah Fernando, Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi. Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan dokter menyarankan Fernando mencari donor jantung. Istriku Angel begitu terkejut dengan berita kecelakaan itu, ia menangis di samping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung yang tepat dalam waktu saat kondisi kritis seperti ini.
” Fernando, sebentar lagi Anthony akan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup hidup bila bayi dalam kandunganku ini tidak memiliki ayah..” ujar Angel.
Fernando tersenyum dan berkata
“ Percayalah kalau Anthony ( namaku) akan tetap hidup di samping kamu untuk selamanya”
Itulah kata-kata terakhir dari istriku, Fernando mendekat pada dokter dan berkata ia mau mendonorkan jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando tidak putus asa, baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan bodoh.
Sesaat sebelum kematiannya ia menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu, dengan tersenyum dibalik telepon Fernando berkata “ Saya menunggu anda di belakang rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon dokter kemarilah dalam waktu 10 menit.” Dengan berani Fernando menabrakkan dirinya pada sebuah truk yang lewat, dia mengorbankan dirinya untuk menjadi donor dalam keadan sekarat.
Angel menerima kabar itu usai operasiku berjalan lancar saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada keluarga, dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Angel tidak mungkin mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan saat inilah aku tau. Aku hanya bisa menangis di atas makam sahabatku. Entah bertapa bodohnya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku. Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada penyesalan dalam hidupku.
“ Dia sahabat yang tidak hanya menolong hidupku satu kali tapi dua kali, bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf tapi akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bertapa dia adalah sahabat sejati dalam hidupku, aku terlalu egois mengatakan bahwa dia gay dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata dia terakhir padaku tidak akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang gay tapi ia bukanlah monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.”
Aku tidak akan pernah melupakan hal ini, walaupun hidupku berjalan dengan waktu, semoga kisahku tidak membuat kalian menjadi seperti aku. Ingatlah sahabat itu hadir dalam hidup kita tanpa pernah kita sadari bahwa sejatinya tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. anakku terlahir beberapa bulan kemudian dan untuk mengenang sahabatku, keberikan nama Fernando padanya.
Gay, lesbi , pria buta, wanita bisu mereka adalah manusia yang memiliki hati untuk mencintai dan kasih dalam persahabatan. Setidaknya kita menyadari saat ini sebelum terlambat.
BY.Tisana wong
Hidupku terlahir dengan kekayaan berlimpah, istriku cantik dan sejak kecil aku terbiasa dimanjakan sebagai anak orang kaya. Aku bersekolah di Australia saat lulus dari SMA dari Jakarta, menjadi orang kaya tidak membuatku dapat memiliki sahabat karena sifatku yang pendiam terlebih kata ibu sejak kecil aku mempunyai jantung yang lemah. Tidak heran mereka selalu mencemaskan keadaanku yang tidak pernah aku pikirkan, lucunya aku baru tau jantungku membusuk saat kecelakaan itu terjadi.
Aku duduk di teras rumahku yang menghadap ke laut Jawa dan memilih tempat itu sebagai masa penyembuhan dan rehabitasiku. Istriku sedang membuatkan aku segelas susu dan aku tanpa sengaja melihat sebuah buku novel tergeletak di meja teras, mungkin saja istriku baru membacanya dan menaruhnya disana. Aku membuka lembaran itu dan terselip sebuah foto antara aku, istri dan seorang sahabat yang telah lupa dalam ingatanku bernama Fernando.
Bukankah ini foto saat kami berada di Australia, Fernando berkerja sebagai pelayan kafe dan saat itu aku, istriku dan dia berfoto bersama saat berdiskusi. Istriku datang dan menghampiriku sembari meletakkan segelas susu di meja.
“ Mengapa foto ini ada disini sayang?” tanyaku
Istriku terkejut, mungkin karena ia takut gambar itu membuat aku teringat masa lalu.
“ Maaf aku tidak sengaja menemukan novel itu dari kiriman pos seseorang dan ketika membukanya terdapat foto kita semasa kuliah.”
Aku terdiam, istriku langsung seperti salah tingkah.
“ Ngomong-ngomong sekarang dimana Fernando, bukannya terakhir kita masih melihatnya saat bulan madu di Perth?”
Istriku terdiam, suara telepon tiba-tiba berdering dan dia langsung meminta izin untuk mengangkat. Aku hanya bisa mengenang foto kenangan itu, Fernando adalah sahabat pertama yang menjadi temanku saat aku nyaris mati karena kedinginan terserang hujan deras, ia bukan laki-laki beruntung seperti hidupku. Bahkan untuk menyambung hidupnya ia harus bekerja sebagai pelayan restoran, aku berterima kasih padanya karena berkatnya aku masih bisa hidup sampai detik ini.
Berkatnya juga aku bisa mengenal istri yang kucintai saat ini, persahabatan kami baik-baik saja hingga sebuah tragedi terjadi dalam hidup kami. Suatu ketika semua orang mempergunjing aku di kampus dan mengatakan aku seorang gay karena terlalu dekat dengan Fernando. Terang saja aku marah, kami normal dan dekat karena dialah satu-satunya sahabatku di Australia dan aku bahkan rela menghajar orang-orang yag menjelek-jelekkan sahabatku itu. Tapi pertanyaan it u terus menghantuiku, sebagian dari sahabatku memang pernah berbisik kalau sahabatku itu gaytapi Angel tidak pernah mengatakan begitu walaupun mereka sudah mengenal sebelum hadirnya aku.
Tapi hidup memang pahit, di mataku sendiri Fernando berciuman dengan sesama pasangan gay-nya. Aku hancur dan malu memiliki sahabat seperti dia, ada yang aneh ketika melihatnya berbuat demikian. Sidney memang kota bebas bagi gay, tapi tidak buat aku. Aku melupakan semua kebaikan yang pernah dia berikan padaku, jijik rasanya aku melihat monster itu hidup bersamaku selama ini. Aku tau Fernando melihatku memergokinnya saat itu, ia panik dan meminta maaf karena selama ini tidak jujur dengan statusnya, hal terakhir yang kudengar dari mulutnya adalah
“ Aku mungkin gay, tapi aku bukanlah monster yang ada disampingmu selama ini. Bagiku siapapun boleh menganggap aku manusia hina tapi janganlah kau sahabatku, karena kaulah satu-satunya sahabat dalam hidupku yang yatim piatu tanpa siapapun”
Aku tidak tergoda oleh kalimat itu walau terasa menyedihkan, kutinggalkan Sidney saat itu juga dengan membawa Angel pindah ke Perth. Aku tau Angel ingin menyarankan aku untuk menerima kenyataan tapi hatiku membeku dan tidak sudi memiliki sahabat gay dan menjijikkan seperti dia. Sejak saat itu aku tidak pernah melihatnya seperti yang aku katakan sebelumnya kami kembali bertemu saat aku sedang berbulan madu bersama istriku tepatnya 3 tahun setelah kami berpacaran di sebuah restoran mewah ketika Fernando mulai menjadi koki di restorant itu.
Aku sadar ini saat terakhir aku berjumpa dengannya, karena aku akan kembali ke Jakarta. Saran istriku padaku untuk setidaknya mengucapkan kata perpisahan dengannya aku turuti, aku pun mengundangnya minum kopi bersama sebagai sahabat lama walaupun di hatiku tidak pernah mau memaafkan statusnya sebagai gay. Kami bicara seadanya tentang hidup kami , dia mengucapkan selamat atas pernikahan kami. Dan kami pun berpisah, ketika pulang aku tidak mengingat semuanya selain sebuah mobil menabrakku dan aku pun koma hingga tidak sempat mengingat Fernando.
Istriku kembali, dengan wajah sedikit senduh dia duduk di sampingku.
“ Sayang, sebenarnya apa yang kamu pikirkan tentang foto itu”
“ Tidak ada selain pertanyaan ke mana Fernando saat ini?”
Istriku menunduk sambil berkata “ Dia ada disini..”. Aku menjadi bingung,
“ Maksudmu apa?”
“ Fernando tidak akan pernah ada di dunia ini lagi, tapi dia akan selalu ada di sini, tepatnya di jantung yang kamu miliki saat ini.”
“ Aku tidak mengerti maksudmu?”
Istriku menangis sambil bercerita, di saat-saat terakhir usai kecelakaan terjadi. Orang yang membawaku ke rumah sakit adalah Fernando, Dokter mengatakan bahwa jantungku sudah tidak berfungsi. Aku hanya memiliki waktu sedikit untuk tetap hidup dan dokter menyarankan Fernando mencari donor jantung. Istriku Angel begitu terkejut dengan berita kecelakaan itu, ia menangis di samping Fernando. Tidak mungkin mencari jantung yang tepat dalam waktu saat kondisi kritis seperti ini.
” Fernando, sebentar lagi Anthony akan menjadi seorang ayah, aku tidak lagi sanggup hidup bila bayi dalam kandunganku ini tidak memiliki ayah..” ujar Angel.
Fernando tersenyum dan berkata
“ Percayalah kalau Anthony ( namaku) akan tetap hidup di samping kamu untuk selamanya”
Itulah kata-kata terakhir dari istriku, Fernando mendekat pada dokter dan berkata ia mau mendonorkan jantungnya padaku. Dokter terang saja menolak keinginan Fernado karena tidak ada hukum yang mengizinkan orang sehat untuk berbuat demikian. Fernando tidak putus asa, baginya hidupnya yang sebatang kara tidak akan memiliki masa depan terlebih tak akan ada seorang pun yang peduli padanya. Ia dengar kalau hanya orang yang sekarat boleh mendonorkan dirinya, sahabatku melakukan tindakan bodoh.
Sesaat sebelum kematiannya ia menelepon Dokter dan mengatakan bahwa seseorang donor yang bersedia menyumbangkan jantungnya. Dokter bertanya siapa orang itu, dengan tersenyum dibalik telepon Fernando berkata “ Saya menunggu anda di belakang rumah sakit, jantung ini hanya bisa bertahan selama beberapa saat, saya mohon dokter kemarilah dalam waktu 10 menit.” Dengan berani Fernando menabrakkan dirinya pada sebuah truk yang lewat, dia mengorbankan dirinya untuk menjadi donor dalam keadan sekarat.
Angel menerima kabar itu usai operasiku berjalan lancar saat itu ia hendak bertanya sosok donor yang menyumbangkan jantungnya dan berpikir untuk mengucapkan terima kasih pada keluarga, dokter mengatakan sang donor adalah Fernando. Angel tidak mungkin mengatakan kejadian itu padaku, ia hanya ingin menunggu saat yang tepat dan saat inilah aku tau. Aku hanya bisa menangis di atas makam sahabatku. Entah bertapa bodohnya aku tidak pernah mengerti arti sahabat dalam kehidupanku. Kalau saja saat itu aku memaafkan apa yang terjadi mungkin tidak akan ada penyesalan dalam hidupku.
“ Dia sahabat yang tidak hanya menolong hidupku satu kali tapi dua kali, bukanlah dia yang seharusnya meminta maaf tapi akulah yang meminta maaf tidak pernah mengerti bertapa dia adalah sahabat sejati dalam hidupku, aku terlalu egois mengatakan bahwa dia gay dan dia adalah petaka dalam hidupku. Mungkin kata dia terakhir padaku tidak akan pernah terlupa dalam ingatanku, ia memang gay tapi ia bukanlah monster yang akan mencintai sahabatnya sendiri.”
Aku tidak akan pernah melupakan hal ini, walaupun hidupku berjalan dengan waktu, semoga kisahku tidak membuat kalian menjadi seperti aku. Ingatlah sahabat itu hadir dalam hidup kita tanpa pernah kita sadari bahwa sejatinya tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. anakku terlahir beberapa bulan kemudian dan untuk mengenang sahabatku, keberikan nama Fernando padanya.
Gay, lesbi , pria buta, wanita bisu mereka adalah manusia yang memiliki hati untuk mencintai dan kasih dalam persahabatan. Setidaknya kita menyadari saat ini sebelum terlambat.
BY.Tisana wong
Masih ada hari esok
Butuh satu jam untuk mengenal seseorang, satu hari untuk jatuh cinta, namun untuk melupakannya bisa jadi butuh seumur hidup.
Pagi belum lagi beranjak siang, namun langit di atas kota Jakarta kelabu tua. Mendung menyelimutinya. Hujan turun rintik-rintik. Air yang jatuh dari atas langit bagai jutaan jarum lembut. Membasahi genting, dedaunan, lalu mengalir sepanjang jalan menuju selokan.
Hari ini adalah hari keempat belas Astri berada di rumah sakit. Setelah dioperasi pada hari pertama dan beristirahat total selama hampir dua minggu, dia akhirnya diperbolehkan pulang. Luka-luka di kakinya sudah mengering. Semua barang-barang Astri juga sudah dimasukkan ke mobil.
Gadis itu mencoba berdiri meski dengan bantuan tongkat.
"Pagi, Dok!" sapanya begitu melihat dokter yang ikut membantu perawatannya sedang berbicara dengan seorang suster di pintu kamar.
Dokter muda itu memandangnya sejenak, lalu membalas sapaannya.
"Sudah mau pulang?"
"Ya, Dokter. Sekalian saya mau pamit."
"Baiklah, Astri. Satu saja pesan saya, hidup harus berjalan terus. Kamu tetap kuat dan tabah ya? Selain berusaha menjaga kondisi badan, mulailah berlatih berjalan setahap demi setahap."
Astri mengangguk. "Terima kasih atas bantuannya, Dokter."
Lalu dibantu papa dan mamanya, gadis itu masuk ke dalam mobil. Semenit kemudian, mobil sedan yang membawanya telah melaju di jalan.
Astri beralih ke tepi jendela. Hujan masih menyisakan rintiknya. Dia teringat kembali tentang Kevin, cowok yang sangat dicintainya, yang dulu pernah menemaninya merenda hari. Sampai detik ini, Astri belum mampu melupakannya. Padahal cukup hitungan waktu untuk mengenang kehangatan dan cinta Kevin padanya. Kecelakaan mobil telah membawa cowok itu tidur lelap ditemani kedamaian. Sementara Astri terpuruk dalam kesendiriannya kini.
Memang, tak seorang pun dapat menduga kapan musibah itu datang. Semuanya terjadi begitu cepat. Astri sama sekali tak pernah menyangka, malam itu adalah malam terakhir dia bersama Kevin. Cowok itu mengajaknya dinner bareng seminggu menjelang keberangkatannya untuk melanjutkan sekolah ke negeri Paman Sam.
"Jika rentang waktu setahun ada 365 hari, maka berapa kali matahari terbenam yang akan kita lewatkan hingga kita bertemu lagi?"
"Aku nggak tahu, Vin." Astri menatap kosong. Dia bahkan belum menyentuh potongan steak -nya yang terhidang di meja.
"Suatu hari nanti, aku ingin kita bisa menikmati matahari terbit bersama-sama. Begitu terus setiap hari." Kevin menggenggam jemari Astri lembut. Mencoba memberi keyakinan pada gadis itu.
Tapi nyatanya, apa yang terjadi sungguh ironis.
Astri masih ingat betul, dalam perjalanan pulang Kevin membanting setir mobilnya ke kanan guna menghindari tabrakan dengan mobil depan yang ngerem mendadak. Namun bukannya terhindar dari maut, tiba-tiba malah muncul mobil dari arah sebaliknya menabrak mereka.
Mobil Kevin yang ringsek berat menjadi saksi bisu betapa kecelakaan itu demikian parah dan tak menyisakan ampun. Saat keduanya tak sadarkan diri di rumah sakit, cowok itu duluan menghembuskan napas terakhirnya. Astri beruntung masih selamat. Dia hanya menderita patah kaki ringan dan beberapa luka gores.
***
Satu tahun lebih berlalu....
Tak mudah memang bagi Astri menjalani hari dengan trauma yang masih membekas. Tak seorang pun juga begitu ambil pusing dengan sikapnya yang tertutup dan cenderung pendiam. Ya, kecuali Andhika.
Kring! Begitu bel kampus berbunyi, Astri bergegas meninggalkan ruangan. Rasanya ingin cepat-cepat pulang karena begitu banyak yang harus dikerjakannya di rumah siang ini.
"Astri, tunggu! Aku mau ngomong."
Astri memperlambat langkahnya sambil menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Tampak Dhika berlari-lari kecil ke arahnya. Sedikit terengah begitu berhasil menjejeri langkahnya.
"Aku nggak punya banyak waktu," Astri lantas memotong seraya membalikkan tubuhnya.
"Please, aku cuma pengen nanya. Boleh nggak aku ke rumah kamu malam minggu ini?" imbuh Dhika sambil tersenyum kikuk.
"Kenapa? Beberapa jam aja nggak lihat aku bikin kangen, ya?" tatapan mata Astri melunak.
"Jadi boleh ya aku main ke rumahmu?"
"Siapa yang bilang boleh?" Astri mendelik. "Aku sibuk!"
"Sibuk? Emangnya mulai punya bisnis apaan?"
Astri tertawa kecil. Andhika yang baik selalu mengingatkannya pada Kevin. Tubuhnya yang tinggi menjulang, kulitnya yang putih serta senyum baby face-nya seolah menjelma pada diri Dhika. Hanya saja....
Astri menarik napas dalam-dalam. "Pokoknya nggak boleh, kecuali...."
"Kecuali apa?"
"Kecuali kamu bisa mempertemukan aku dengan Kevin," tantang gadis itu.
Dhika terperangah. Permintaan itu terasa janggal. Gimana mungkin mempertemukan orang yang masih hidup dengan orang yang sudah nggak ada di dunia ini? Astri hanya mengada-ada.
Dan itu menjadi beban batinnya. Ternyata, menyadarkan seseorang yang terbelenggu cinta tak semudah yang dibayangkannya. Sayang dia keburu terbius oleh gadis itu. Sejak perkenalan pertama beberapa tahun silam, sebelum Astri akhirnya menjadi milik Kevin. Kalaupun saat itu dia memutuskan untuk mundur, itu semata karena Dhika yakin Kevin dapat membahagiakan gadis yang sedikit manja itu.
Perkiraannya tidak meleset. Semuanya berlangsung baik-baik saja. Sampai tiba-tiba kabar buruk itu diterima: Kevin meninggal akibat kecelakaan mobil.
***
Astri menggenggam sebuah boneka beruang kecil di tangannya. Hadiah dari Kevin di hari jadi mereka pacaran.
"Aku bakal ngasih kamu boneka beruang ini di setiap tahun hari jadi kita. Sampe meja belajar kamu penuh! Sebab aku ingin kita selalu bersama," kata Kevin suatu saat.
Astri mengenang hal itu dengan pahit. Hari ini seharusnya hari jadi mereka yang kedua, kalo Kevin masih hidup tentunya. Betapa Astri kangen dengan senyum, tawa, perhatian, bahkan omelan cowok itu saat dirinya lupa sarapan pagi. Sudah setahun pula Astri terus menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang menimpa Kevin. Andai saat itu dia nggak mengganggu konsentrasi Kevin menyetir dengan mengajaknya ngobrol. Andai dinner itu tak pernah ada. Ah, andai....
Sebuah ketukan di pintu membangunkan lamunannya.
"Astri, ada temanmu yang datang. Kalo nggak salah namanya Dhika."
"Eh... iya, Ma." Astri buru-buru menyusut airmatanya.
Ngapain lagi Dhika kemari? Bukannya dia sudah bilang nggak usah mampir?
Di ruang tamu, Astri melihat cowok itu sedang duduk terpekur menatap lantai. Wajahnya langsung sumringah begitu melihat dirinya.
"Hai!" sapa Dhika spontan. Astri Cuma bisa diam mematung di ujung meja. Dhika kelihatan begitu lembut malam ini, dan dia begitu tampan dengan kemeja putihnya itu.
"Malam minggu nggak keluar?" tanya cowok itu lagi.
Astri menggeleng. "Mana ada yang pengen ngajak cewek kuper lagi berantakan kayak aku kencan di malam Minggu."
"Kamu serius? Aku mau!"
Astri tersenyum simpul. Cowok di hadapannya ini, tak putus-putusnya menghibur dirinya sejak kepergian Kevin. Astri tidak buta. Dia sadar perhatian Dhika selama ini.
"Tapi kamu belum mengabulkan permintaanku. Kamu belum mempertemukan aku dengan Kevin," Astri mengingatkan.
"Astri... kamu tahu sendiri kan hal itu nggak mungkin," sahut Dhika.
"Terserah."
"Sampe kapan kamu mau terus mengurung diri, As? Aku yakin Kevin juga nggak suka ngeliat kamu kayak gini," suara Dhika terdengar lembut tapi tegas.
"Kalo nggak suka, kamu boleh kok nggak peduli," jawab Astri dingin.
"Aku peduli, karena aku sayang sama kamu!" jawab Dhika gemas.
"Maafin aku, Dhika. Tapi Kevin tetap hidup di hatiku," jawab Astri setengah terbata. Kevin, kamu di mana? Berilah aku suatu pertanda kalo kamu juga nggak pernah ngelupain aku, bisiknya.
"Jangan berburuk sangka dulu. Aku nggak pernah minta kamu ngelupain Kevin, As. Aku cuma pengen kamu membuka diri bagi orang-orang di sekitarmu. Kan kamu sendiri yang bilang, kita harus menghargai waktu yang ada bersama orang-orang yang kita sayangi. Dan aku menghargai waktu yang aku punya bersama kamu!"
Astri terpana mendengar ucapan Dhika. Ada rasa haru menyeruak di hatinya.
"Aku suka sama kamu sejak dulu, As. Sejak kita pertama kali kenalan. Aku pengen kamu kembali ceria kayak dulu lagi," pinta Dhika sambil tersenyum manis.
"Thanks, Dhika. Tapi aku...."
Dhika mengeluarkan sesuatu yang disembunyikannya sejak tadi. Astaga! Sebuah boneka beruang kecil. Antara percaya dan tidak percaya, Astri menatap takjub saat tangan Dhika terulur padanya.
"Tadi sebelum ke sini, aku melihat boneka ini. Lalu aku berpikir untuk membelikannya untukmu karena setahuku kamu suka pernak-pernik beruang. Sebuah awal yang bagus bukan? Jadi di kamarmu nggak melulu koleksi barang dari Kevin." Lagi-lagi senyum tulus mengembang di wajah cowok itu.
Astri menerimanya dengan hati berdebar.
***
Angin malam menerpa ketika Astri membuka jendela kamarnya. Poninya tersibak. Antara suka dan lara bergayut di hatinya. Astri memandang boneka beruang kecil pemberian Dhika di tangannya, lalu menatap ke atas, menembus kelamnya langit di malam hari.
Astri tersenyum tipis. Dipejamkannya mata. Alangkah terasa kehadiran Kevin di sisinya. Entah kenapa kedamaian tiba-tiba menyelimutinya.
"Kevin," gumamnya lirih, "Aku nggak akan pernah melupakanmu meskipun kini sudah menerima uluran tangan Dhika untuk mengisi kekosongan hati ini, yang akan menemaniku melangkah di lembaran baru. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan di tempatmu yang sekarang."
Angin kembali berdesir. Astri membiarkan jendelanya tetap terbuka.
Sementara dari atas sana, betapa seseorang yang berpakaian seputih kapas itu tersenyum dan tampak melambai hangat kepadanya dari atas sana
by.Tisana wong
Pagi belum lagi beranjak siang, namun langit di atas kota Jakarta kelabu tua. Mendung menyelimutinya. Hujan turun rintik-rintik. Air yang jatuh dari atas langit bagai jutaan jarum lembut. Membasahi genting, dedaunan, lalu mengalir sepanjang jalan menuju selokan.
Hari ini adalah hari keempat belas Astri berada di rumah sakit. Setelah dioperasi pada hari pertama dan beristirahat total selama hampir dua minggu, dia akhirnya diperbolehkan pulang. Luka-luka di kakinya sudah mengering. Semua barang-barang Astri juga sudah dimasukkan ke mobil.
Gadis itu mencoba berdiri meski dengan bantuan tongkat.
"Pagi, Dok!" sapanya begitu melihat dokter yang ikut membantu perawatannya sedang berbicara dengan seorang suster di pintu kamar.
Dokter muda itu memandangnya sejenak, lalu membalas sapaannya.
"Sudah mau pulang?"
"Ya, Dokter. Sekalian saya mau pamit."
"Baiklah, Astri. Satu saja pesan saya, hidup harus berjalan terus. Kamu tetap kuat dan tabah ya? Selain berusaha menjaga kondisi badan, mulailah berlatih berjalan setahap demi setahap."
Astri mengangguk. "Terima kasih atas bantuannya, Dokter."
Lalu dibantu papa dan mamanya, gadis itu masuk ke dalam mobil. Semenit kemudian, mobil sedan yang membawanya telah melaju di jalan.
Astri beralih ke tepi jendela. Hujan masih menyisakan rintiknya. Dia teringat kembali tentang Kevin, cowok yang sangat dicintainya, yang dulu pernah menemaninya merenda hari. Sampai detik ini, Astri belum mampu melupakannya. Padahal cukup hitungan waktu untuk mengenang kehangatan dan cinta Kevin padanya. Kecelakaan mobil telah membawa cowok itu tidur lelap ditemani kedamaian. Sementara Astri terpuruk dalam kesendiriannya kini.
Memang, tak seorang pun dapat menduga kapan musibah itu datang. Semuanya terjadi begitu cepat. Astri sama sekali tak pernah menyangka, malam itu adalah malam terakhir dia bersama Kevin. Cowok itu mengajaknya dinner bareng seminggu menjelang keberangkatannya untuk melanjutkan sekolah ke negeri Paman Sam.
"Jika rentang waktu setahun ada 365 hari, maka berapa kali matahari terbenam yang akan kita lewatkan hingga kita bertemu lagi?"
"Aku nggak tahu, Vin." Astri menatap kosong. Dia bahkan belum menyentuh potongan steak -nya yang terhidang di meja.
"Suatu hari nanti, aku ingin kita bisa menikmati matahari terbit bersama-sama. Begitu terus setiap hari." Kevin menggenggam jemari Astri lembut. Mencoba memberi keyakinan pada gadis itu.
Tapi nyatanya, apa yang terjadi sungguh ironis.
Astri masih ingat betul, dalam perjalanan pulang Kevin membanting setir mobilnya ke kanan guna menghindari tabrakan dengan mobil depan yang ngerem mendadak. Namun bukannya terhindar dari maut, tiba-tiba malah muncul mobil dari arah sebaliknya menabrak mereka.
Mobil Kevin yang ringsek berat menjadi saksi bisu betapa kecelakaan itu demikian parah dan tak menyisakan ampun. Saat keduanya tak sadarkan diri di rumah sakit, cowok itu duluan menghembuskan napas terakhirnya. Astri beruntung masih selamat. Dia hanya menderita patah kaki ringan dan beberapa luka gores.
***
Satu tahun lebih berlalu....
Tak mudah memang bagi Astri menjalani hari dengan trauma yang masih membekas. Tak seorang pun juga begitu ambil pusing dengan sikapnya yang tertutup dan cenderung pendiam. Ya, kecuali Andhika.
Kring! Begitu bel kampus berbunyi, Astri bergegas meninggalkan ruangan. Rasanya ingin cepat-cepat pulang karena begitu banyak yang harus dikerjakannya di rumah siang ini.
"Astri, tunggu! Aku mau ngomong."
Astri memperlambat langkahnya sambil menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Tampak Dhika berlari-lari kecil ke arahnya. Sedikit terengah begitu berhasil menjejeri langkahnya.
"Aku nggak punya banyak waktu," Astri lantas memotong seraya membalikkan tubuhnya.
"Please, aku cuma pengen nanya. Boleh nggak aku ke rumah kamu malam minggu ini?" imbuh Dhika sambil tersenyum kikuk.
"Kenapa? Beberapa jam aja nggak lihat aku bikin kangen, ya?" tatapan mata Astri melunak.
"Jadi boleh ya aku main ke rumahmu?"
"Siapa yang bilang boleh?" Astri mendelik. "Aku sibuk!"
"Sibuk? Emangnya mulai punya bisnis apaan?"
Astri tertawa kecil. Andhika yang baik selalu mengingatkannya pada Kevin. Tubuhnya yang tinggi menjulang, kulitnya yang putih serta senyum baby face-nya seolah menjelma pada diri Dhika. Hanya saja....
Astri menarik napas dalam-dalam. "Pokoknya nggak boleh, kecuali...."
"Kecuali apa?"
"Kecuali kamu bisa mempertemukan aku dengan Kevin," tantang gadis itu.
Dhika terperangah. Permintaan itu terasa janggal. Gimana mungkin mempertemukan orang yang masih hidup dengan orang yang sudah nggak ada di dunia ini? Astri hanya mengada-ada.
Dan itu menjadi beban batinnya. Ternyata, menyadarkan seseorang yang terbelenggu cinta tak semudah yang dibayangkannya. Sayang dia keburu terbius oleh gadis itu. Sejak perkenalan pertama beberapa tahun silam, sebelum Astri akhirnya menjadi milik Kevin. Kalaupun saat itu dia memutuskan untuk mundur, itu semata karena Dhika yakin Kevin dapat membahagiakan gadis yang sedikit manja itu.
Perkiraannya tidak meleset. Semuanya berlangsung baik-baik saja. Sampai tiba-tiba kabar buruk itu diterima: Kevin meninggal akibat kecelakaan mobil.
***
Astri menggenggam sebuah boneka beruang kecil di tangannya. Hadiah dari Kevin di hari jadi mereka pacaran.
"Aku bakal ngasih kamu boneka beruang ini di setiap tahun hari jadi kita. Sampe meja belajar kamu penuh! Sebab aku ingin kita selalu bersama," kata Kevin suatu saat.
Astri mengenang hal itu dengan pahit. Hari ini seharusnya hari jadi mereka yang kedua, kalo Kevin masih hidup tentunya. Betapa Astri kangen dengan senyum, tawa, perhatian, bahkan omelan cowok itu saat dirinya lupa sarapan pagi. Sudah setahun pula Astri terus menyalahkan dirinya atas kecelakaan yang menimpa Kevin. Andai saat itu dia nggak mengganggu konsentrasi Kevin menyetir dengan mengajaknya ngobrol. Andai dinner itu tak pernah ada. Ah, andai....
Sebuah ketukan di pintu membangunkan lamunannya.
"Astri, ada temanmu yang datang. Kalo nggak salah namanya Dhika."
"Eh... iya, Ma." Astri buru-buru menyusut airmatanya.
Ngapain lagi Dhika kemari? Bukannya dia sudah bilang nggak usah mampir?
Di ruang tamu, Astri melihat cowok itu sedang duduk terpekur menatap lantai. Wajahnya langsung sumringah begitu melihat dirinya.
"Hai!" sapa Dhika spontan. Astri Cuma bisa diam mematung di ujung meja. Dhika kelihatan begitu lembut malam ini, dan dia begitu tampan dengan kemeja putihnya itu.
"Malam minggu nggak keluar?" tanya cowok itu lagi.
Astri menggeleng. "Mana ada yang pengen ngajak cewek kuper lagi berantakan kayak aku kencan di malam Minggu."
"Kamu serius? Aku mau!"
Astri tersenyum simpul. Cowok di hadapannya ini, tak putus-putusnya menghibur dirinya sejak kepergian Kevin. Astri tidak buta. Dia sadar perhatian Dhika selama ini.
"Tapi kamu belum mengabulkan permintaanku. Kamu belum mempertemukan aku dengan Kevin," Astri mengingatkan.
"Astri... kamu tahu sendiri kan hal itu nggak mungkin," sahut Dhika.
"Terserah."
"Sampe kapan kamu mau terus mengurung diri, As? Aku yakin Kevin juga nggak suka ngeliat kamu kayak gini," suara Dhika terdengar lembut tapi tegas.
"Kalo nggak suka, kamu boleh kok nggak peduli," jawab Astri dingin.
"Aku peduli, karena aku sayang sama kamu!" jawab Dhika gemas.
"Maafin aku, Dhika. Tapi Kevin tetap hidup di hatiku," jawab Astri setengah terbata. Kevin, kamu di mana? Berilah aku suatu pertanda kalo kamu juga nggak pernah ngelupain aku, bisiknya.
"Jangan berburuk sangka dulu. Aku nggak pernah minta kamu ngelupain Kevin, As. Aku cuma pengen kamu membuka diri bagi orang-orang di sekitarmu. Kan kamu sendiri yang bilang, kita harus menghargai waktu yang ada bersama orang-orang yang kita sayangi. Dan aku menghargai waktu yang aku punya bersama kamu!"
Astri terpana mendengar ucapan Dhika. Ada rasa haru menyeruak di hatinya.
"Aku suka sama kamu sejak dulu, As. Sejak kita pertama kali kenalan. Aku pengen kamu kembali ceria kayak dulu lagi," pinta Dhika sambil tersenyum manis.
"Thanks, Dhika. Tapi aku...."
Dhika mengeluarkan sesuatu yang disembunyikannya sejak tadi. Astaga! Sebuah boneka beruang kecil. Antara percaya dan tidak percaya, Astri menatap takjub saat tangan Dhika terulur padanya.
"Tadi sebelum ke sini, aku melihat boneka ini. Lalu aku berpikir untuk membelikannya untukmu karena setahuku kamu suka pernak-pernik beruang. Sebuah awal yang bagus bukan? Jadi di kamarmu nggak melulu koleksi barang dari Kevin." Lagi-lagi senyum tulus mengembang di wajah cowok itu.
Astri menerimanya dengan hati berdebar.
***
Angin malam menerpa ketika Astri membuka jendela kamarnya. Poninya tersibak. Antara suka dan lara bergayut di hatinya. Astri memandang boneka beruang kecil pemberian Dhika di tangannya, lalu menatap ke atas, menembus kelamnya langit di malam hari.
Astri tersenyum tipis. Dipejamkannya mata. Alangkah terasa kehadiran Kevin di sisinya. Entah kenapa kedamaian tiba-tiba menyelimutinya.
"Kevin," gumamnya lirih, "Aku nggak akan pernah melupakanmu meskipun kini sudah menerima uluran tangan Dhika untuk mengisi kekosongan hati ini, yang akan menemaniku melangkah di lembaran baru. Semoga kamu mendapatkan kebahagiaan di tempatmu yang sekarang."
Angin kembali berdesir. Astri membiarkan jendelanya tetap terbuka.
Sementara dari atas sana, betapa seseorang yang berpakaian seputih kapas itu tersenyum dan tampak melambai hangat kepadanya dari atas sana
by.Tisana wong
Gadis Kecil Dengan Kotak Emas'Nya
Di sebuah keluarga miskin, seorang ayah tampak kesal pada anak perempuannya yang berusia tiga tahun. Anak perempuannya baru saja menghabiskan uang untuk membeli kertas kado emas untuk membungkus sekotak kado.
Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang ayah.
“Ini untuk ayah,” kata anak gadis itu.
Sang ayah tak jadi marah. Namun ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.
“Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!”
Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, “Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu.”
“Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?” bentak ayahnya.
“Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu,” bisik anak perempuan itu.
Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf.
Konon, orang-orang menceritakan bahwa, pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya.
Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta
Keesokan harinya, anak perempuan itu memberikan kado itu sebagai hadiah ulang tahun pada sang ayah.
“Ini untuk ayah,” kata anak gadis itu.
Sang ayah tak jadi marah. Namun ketika ia membuka kotak dan mendapatkan isinya kosong, meledaklah kemarahannya.
“Tak tahukah kau, kalau kau menghadiahi kado pada seseorang, kau harus memberi sebuah barang dalam kotak ini!”
Anak perempuan kecil itu menatap ayahnya dengan mata berkaca-kaca. Ia berkata terisak-isak, “Oh ayah, sesungguhnya aku telah meletakkan sesuatu ke dalam kotak itu.”
“Apa yang kau letakkan ke dalam kotak ini? Bukankah kau lihat kotak ini kosong?” bentak ayahnya.
“Oh ayah, sungguh aku telah meletakkan hampir ribuan ciuman untuk ayah ke dalam kotak itu,” bisik anak perempuan itu.
Sang ayah terperangah mendengar jawaban anak perempuan kecilnya. Ia lalu memeluk erat-erat anak perempuannya dan meminta maaf.
Konon, orang-orang menceritakan bahwa, pria itu selalu meletakkan kotak kado itu di pinggir tempat tidurnya sampai akhir hayat. Kapan pun ia mengalami kekecewaan, marah atau beban yang berat, ia membayangkan ada ribuan ciuman dalam kotak itu yang mengingatkan cinta anak perempuannya.
Dan sesungguhnya kita telah menerima sebuah kotak emas penuh berisi cinta tanpa pamrih dari orang tua, istri/suami, anak, pasangan, teman dan sahabat kita. Tak ada yang lebih indah dan berharga dalam hidup ini selain cinta
Kebesaran jiwa seorang ibu
kejadian ini terjadi disebuah kota kecil di Taiwan.
Ada seorang pemuda bernama A be.
Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewek" yg kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kulia dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager.
Gaji-nya pun lumayan.
Tempat tinggalnya tidak bergitu terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat bnyak teman" kantor senang bergaul dengan dia. terutama dari kalangan cewe" jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.
Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacad seperti luka bakar. Wanita tua ini betul" seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau dia tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.
Walau demikian, sang ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan Rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci(pakai mesin-cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu-satunya A be. Namun A be adalah pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacad menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacad dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu seblum meninggal. "Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab A be.
Hal ini sempat terdengar dan di ketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi Rumah,menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan Obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja.
Hal ini membuat A be jadi BT(Bad Temper) dan uring-uringan dirumah, Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebua box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.
Walau sudah usang,A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang di maxud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung Abe. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud di samping ranjang sang Ibu yang terbaring, Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun ats dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya.."Yang sudah-sudah nak,Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi."
Setelah Ibunya sembuh,A be bahkan berani membawa Ibunya belanja kesupermaket, Walau menjadi pusat perhatian banyak orang. A be tetap cuek...
ALL yang masih mepunya Ibu dirumah, biar bagaimanapun kondisinya, jangn pernh memandang dy dari sisi manapun..Ibu kasihnya yang besar membesarkan kita tanpa pamrih...jngn pernh sia'kan budi Ibu kita..karna selamanya kita gk akan bisa sanggup
untuk membalas jasa nya..Kasih ibu sungguh mulia.
Ada seorang pemuda bernama A be.
Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewek" yg kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kulia dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager.
Gaji-nya pun lumayan.
Tempat tinggalnya tidak bergitu terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat bnyak teman" kantor senang bergaul dengan dia. terutama dari kalangan cewe" jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.
Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacad seperti luka bakar. Wanita tua ini betul" seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau dia tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.
Walau demikian, sang ibu selalu setia melakukan pekerjaan rutin layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan Rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci(pakai mesin-cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu-satunya A be. Namun A be adalah pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacad menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacad dirumahnya, A be selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu seblum meninggal. "Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab A be.
Hal ini sempat terdengar dan di ketahui oleh sang Ibu. Tentu saja Ibunya sedih sekali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mengurusi Rumah,menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan Obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja.
Hal ini membuat A be jadi BT(Bad Temper) dan uring-uringan dirumah, Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebua box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun.
Walau sudah usang,A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang di maxud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung Abe. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud di samping ranjang sang Ibu yang terbaring, Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun ats dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya.."Yang sudah-sudah nak,Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi."
Setelah Ibunya sembuh,A be bahkan berani membawa Ibunya belanja kesupermaket, Walau menjadi pusat perhatian banyak orang. A be tetap cuek...
ALL yang masih mepunya Ibu dirumah, biar bagaimanapun kondisinya, jangn pernh memandang dy dari sisi manapun..Ibu kasihnya yang besar membesarkan kita tanpa pamrih...jngn pernh sia'kan budi Ibu kita..karna selamanya kita gk akan bisa sanggup
untuk membalas jasa nya..Kasih ibu sungguh mulia.
BURUNG BURUNG KERTAS (love story)
Sewaktu Boy dan Girl baru pacaran,Boy Menata rumah Girl,melipat 1000 burung kertas buat Girl,menggantungkannya di dalam kamar Girl.
Boy mengatakan 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya.
Waktu itu Girl dan Boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua
Tetapi pada suatu saat,Girl mulai menjauhi Boy.Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis Paris
Tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali2 itu.Sewaktu Girl mau memutuskan Boy, Girl bilang sama Boy, kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa.
Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya, Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik.
Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah menikah!!
Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras dia pernah menjual koran menjadi karyawan sementara bisnis kecil setiap pekerjaan dikerjakan dengan sangat baik dan tekun.
Sudah lewat beberapa tahun Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya,akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan.Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl,dia masih tidak dapat
melupakannya.Pada suatu hari waktu hujan,Boy dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di depan.Dia mengenali mereka,mereka adalah orang-tua Girl.
Dia ingin mereka lihat kalau sekarang Boy tidak hanya mempunyai mobil pribadi,tetapi juga
mempunyai villa dan perusahaan sendiri,ia ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin
lagi,dia sekarang adalah seorang Boss.
Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang-tua tersebut.Hujan terus turun tanpa henti, biarpun kedua orang-tua itu memakai payung,tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.
Sewaktu mereka sampai tempat tujuan,Boy tercegang oleh apa yang ada di depan matanya, itu
adalah tempat pemakaman.Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya.
Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang dibuatkan Boy.
Dalam hujan, burung2 kertas itu terlihat begitu hidup,Orang-tua Girl memberitahu Boy,Girl tidak pergi ke Paris ,Girl terserang kanker,Girl pergi ke surga.Girl ingin Boy menjadi orang,mempunyai keluarga yang
harmonis,maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu.
Girl bilang dia sangat mengerti Boy,dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil. Girl mengatakan...kalau pada
suatu hari Boy akan datang ke makamnyadan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi. Boy langsung berlutut,berlutut di depan makam Girl,menangis
dengan begitu sedihnya.Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti,membasahi sekujur tubuh Boy.
Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos,Mengingat semua itu,hatinya mulai meneteskan darah. Ternyata selama iniiah hanya menginginkan kebersamaan,bukan sekedar harta Sewaktu orang-tua itu keluar dari pemakaman,mereka melihat kalau Boy sudah membukakan pintu mobil untuk
mereka.Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut.
"Hatiku tidak pernah menyesal,semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas,1000 ketulusan
hatiku,beterbangan di dalam anginmenginginkan bintang yang lebat besebaran di langit melewati
sungai perak,apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapa pun jauhnya,hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu.Masa lalu seperti asap
hilang dan tak kan kembali menambah kerinduan di hatiku.Bagaimanapun dicari,jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.
"PESAN :Kalau kamu menginginkan semua orang di dunia ini menemukan jodohnya,Janganlah menyia-
nyiakan waktu semasa bersama,Seandainya masih bisa bersatu, maka persatukanlah,Jangan sampai
terjadi penyesalan dikemudian hari..........
Boy mengatakan 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya.
Waktu itu Girl dan Boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua
Tetapi pada suatu saat,Girl mulai menjauhi Boy.Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis Paris
Tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali2 itu.Sewaktu Girl mau memutuskan Boy, Girl bilang sama Boy, kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa.
Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya, Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik.
Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah menikah!!
Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras dia pernah menjual koran menjadi karyawan sementara bisnis kecil setiap pekerjaan dikerjakan dengan sangat baik dan tekun.
Sudah lewat beberapa tahun Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya,akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan.Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl,dia masih tidak dapat
melupakannya.Pada suatu hari waktu hujan,Boy dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di depan.Dia mengenali mereka,mereka adalah orang-tua Girl.
Dia ingin mereka lihat kalau sekarang Boy tidak hanya mempunyai mobil pribadi,tetapi juga
mempunyai villa dan perusahaan sendiri,ia ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin
lagi,dia sekarang adalah seorang Boss.
Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang-tua tersebut.Hujan terus turun tanpa henti, biarpun kedua orang-tua itu memakai payung,tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.
Sewaktu mereka sampai tempat tujuan,Boy tercegang oleh apa yang ada di depan matanya, itu
adalah tempat pemakaman.Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya.
Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang dibuatkan Boy.
Dalam hujan, burung2 kertas itu terlihat begitu hidup,Orang-tua Girl memberitahu Boy,Girl tidak pergi ke Paris ,Girl terserang kanker,Girl pergi ke surga.Girl ingin Boy menjadi orang,mempunyai keluarga yang
harmonis,maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu.
Girl bilang dia sangat mengerti Boy,dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil. Girl mengatakan...kalau pada
suatu hari Boy akan datang ke makamnyadan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi. Boy langsung berlutut,berlutut di depan makam Girl,menangis
dengan begitu sedihnya.Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti,membasahi sekujur tubuh Boy.
Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos,Mengingat semua itu,hatinya mulai meneteskan darah. Ternyata selama iniiah hanya menginginkan kebersamaan,bukan sekedar harta Sewaktu orang-tua itu keluar dari pemakaman,mereka melihat kalau Boy sudah membukakan pintu mobil untuk
mereka.Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut.
"Hatiku tidak pernah menyesal,semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas,1000 ketulusan
hatiku,beterbangan di dalam anginmenginginkan bintang yang lebat besebaran di langit melewati
sungai perak,apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapa pun jauhnya,hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu.Masa lalu seperti asap
hilang dan tak kan kembali menambah kerinduan di hatiku.Bagaimanapun dicari,jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.
"PESAN :Kalau kamu menginginkan semua orang di dunia ini menemukan jodohnya,Janganlah menyia-
nyiakan waktu semasa bersama,Seandainya masih bisa bersatu, maka persatukanlah,Jangan sampai
terjadi penyesalan dikemudian hari..........
BURUNG BURUNG KERTAS (love story)
Sewaktu Boy dan Girl baru pacaran,Boy Menata rumah Girl,melipat 1000 burung kertas buat Girl,menggantungkannya di dalam kamar Girl.
Boy mengatakan 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya.
Waktu itu Girl dan Boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua
Tetapi pada suatu saat,Girl mulai menjauhi Boy.Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis Paris
Tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali2 itu.Sewaktu Girl mau memutuskan Boy, Girl bilang sama Boy, kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa.
Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya, Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik.
Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah menikah!!
Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras dia pernah menjual koran menjadi karyawan sementara bisnis kecil setiap pekerjaan dikerjakan dengan sangat baik dan tekun.
Sudah lewat beberapa tahun Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya,akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan.Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl,dia masih tidak dapat
melupakannya.Pada suatu hari waktu hujan,Boy dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di depan.Dia mengenali mereka,mereka adalah orang-tua Girl.
Dia ingin mereka lihat kalau sekarang Boy tidak hanya mempunyai mobil pribadi,tetapi juga
mempunyai villa dan perusahaan sendiri,ia ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin
lagi,dia sekarang adalah seorang Boss.
Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang-tua tersebut.Hujan terus turun tanpa henti, biarpun kedua orang-tua itu memakai payung,tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.
Sewaktu mereka sampai tempat tujuan,Boy tercegang oleh apa yang ada di depan matanya, itu
adalah tempat pemakaman.Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya.
Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang dibuatkan Boy.
Dalam hujan, burung2 kertas itu terlihat begitu hidup,Orang-tua Girl memberitahu Boy,Girl tidak pergi ke Paris ,Girl terserang kanker,Girl pergi ke surga.Girl ingin Boy menjadi orang,mempunyai keluarga yang
harmonis,maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu.
Girl bilang dia sangat mengerti Boy,dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil. Girl mengatakan...kalau pada
suatu hari Boy akan datang ke makamnyadan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi. Boy langsung berlutut,berlutut di depan makam Girl,menangis
dengan begitu sedihnya.Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti,membasahi sekujur tubuh Boy.
Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos,Mengingat semua itu,hatinya mulai meneteskan darah. Ternyata selama iniiah hanya menginginkan kebersamaan,bukan sekedar harta Sewaktu orang-tua itu keluar dari pemakaman,mereka melihat kalau Boy sudah membukakan pintu mobil untuk
mereka.Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut.
"Hatiku tidak pernah menyesal,semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas,1000 ketulusan
hatiku,beterbangan di dalam anginmenginginkan bintang yang lebat besebaran di langit melewati
sungai perak,apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapa pun jauhnya,hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu.Masa lalu seperti asap
hilang dan tak kan kembali menambah kerinduan di hatiku.Bagaimanapun dicari,jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.
"PESAN :Kalau kamu menginginkan semua orang di dunia ini menemukan jodohnya,Janganlah menyia-
nyiakan waktu semasa bersama,Seandainya masih bisa bersatu, maka persatukanlah,Jangan sampai
terjadi penyesalan dikemudian hari..........
Boy mengatakan 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya.
Waktu itu Girl dan Boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua
Tetapi pada suatu saat,Girl mulai menjauhi Boy.Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis Paris
Tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali2 itu.Sewaktu Girl mau memutuskan Boy, Girl bilang sama Boy, kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa.
Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya, Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik.
Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah menikah!!
Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras dia pernah menjual koran menjadi karyawan sementara bisnis kecil setiap pekerjaan dikerjakan dengan sangat baik dan tekun.
Sudah lewat beberapa tahun Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya,akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan.Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl,dia masih tidak dapat
melupakannya.Pada suatu hari waktu hujan,Boy dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di depan.Dia mengenali mereka,mereka adalah orang-tua Girl.
Dia ingin mereka lihat kalau sekarang Boy tidak hanya mempunyai mobil pribadi,tetapi juga
mempunyai villa dan perusahaan sendiri,ia ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin
lagi,dia sekarang adalah seorang Boss.
Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang-tua tersebut.Hujan terus turun tanpa henti, biarpun kedua orang-tua itu memakai payung,tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.
Sewaktu mereka sampai tempat tujuan,Boy tercegang oleh apa yang ada di depan matanya, itu
adalah tempat pemakaman.Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya.
Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang dibuatkan Boy.
Dalam hujan, burung2 kertas itu terlihat begitu hidup,Orang-tua Girl memberitahu Boy,Girl tidak pergi ke Paris ,Girl terserang kanker,Girl pergi ke surga.Girl ingin Boy menjadi orang,mempunyai keluarga yang
harmonis,maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu.
Girl bilang dia sangat mengerti Boy,dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil. Girl mengatakan...kalau pada
suatu hari Boy akan datang ke makamnyadan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi. Boy langsung berlutut,berlutut di depan makam Girl,menangis
dengan begitu sedihnya.Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti,membasahi sekujur tubuh Boy.
Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos,Mengingat semua itu,hatinya mulai meneteskan darah. Ternyata selama iniiah hanya menginginkan kebersamaan,bukan sekedar harta Sewaktu orang-tua itu keluar dari pemakaman,mereka melihat kalau Boy sudah membukakan pintu mobil untuk
mereka.Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut.
"Hatiku tidak pernah menyesal,semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas,1000 ketulusan
hatiku,beterbangan di dalam anginmenginginkan bintang yang lebat besebaran di langit melewati
sungai perak,apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapa pun jauhnya,hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu.Masa lalu seperti asap
hilang dan tak kan kembali menambah kerinduan di hatiku.Bagaimanapun dicari,jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.
"PESAN :Kalau kamu menginginkan semua orang di dunia ini menemukan jodohnya,Janganlah menyia-
nyiakan waktu semasa bersama,Seandainya masih bisa bersatu, maka persatukanlah,Jangan sampai
terjadi penyesalan dikemudian hari..........
Sabtu, 17 Juli 2010
Aku Si Amoy Singkawang yang Malang
Aku Si Amoy Singkawang yang Malang
Andai aku bisa memilih, aku tidak ingin seperti ini. Tapi aku tidak memiliki pilihan. Sama seperti aku tidak pernah memilih lahir di keluarga miskin di daerah Singkawang Kalimantan Barat. Kalau banyak yang berpikir bahwa keturunan China di negara ini hidup dengan berkecukupan bahkan bisa di bilang kaya, maka lihatlah keluargaku. Tidak hanya keluargaku tapi juga banyak keluarga dan gadis lain seperti aku. Di Singkawang sebagian besar penduduknya merupakan keturunan China. Aku lebih suka menyebutnya China miskin.
Kadang aku berpikir kenapa kami tidak seperti keturunan China lainnya? Kalau belum pernah melihat keturunan China menjadi petani, buruh atau kuli bangunan maupun nelayan, maka datanglah ke kampungku.
Di kota kelahiranku Singkawang, aku sering di panggil Amoy. Sebutan untuk gadis yang beranjak remaja dan belum menikah.
Panggil aku si Amoy Singkawang yang malang. Ya…Aku benar-benar malang! Dengarkanlah kisahku karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menghibur diriku.
“Kamu pernah berpikir untuk kuliah?” tanya Ai ling, sahabatku.
Aku hanya menggelengkan kepalaku.
“Kita harus punya mimpi!” lanjutnya kemudian.
“Mimpi? Untuk apa? Toh pada akhirnya kita tetap akan begini terus sampai mati!”
“Bermimpi itu mudah dan ngga perlu keluarin duit. Mungkin mimpi kita ngga akan terwujud tapi setidaknya kita pernah punya mimpi.”
Aku terdiam. Aku si Amoy malang dari kota seribu Klenteng. Kini usiaku 17 tahun. Kata orang masa-masa remaja itu indah tapi aku tidak bisa merasakannya.
Sehari-hari aku membantu kedua orang tuaku bercocok tanam di ladang. Meski kata orang aku memiliki wajah yang cantik tapi toh wajah cantik yang aku punya tidak mengubah nasib ekonomi keluargaku.
Namun itu semua berubah. Ketika ada begitu banyak lelaki asing yang datang ke kampungku untuk mencari gadis. Gadis untuk di nikahi. Ada diantara mereka yang aku tau berasal dari Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Singapura dan bahkan dari Amerika. Bukan rahasia lagi, kalau di amoy-amoy Singkawang terkenal dengan kecantikannya. Tidak hanya cantik. Tapi amoy seperti aku yang berasal dari Singkawang juga terkenal karena tekun, pekerja keras dan memiliki pengabdian yang tinggi kepada orang tua kami.
Aku terdiam memikirkan tawaran ibuku. Sebuah tawaran yang sering aku dengar. Sebuah tawaran yang membuatku dilema. Ibuku menyuruh aku menikah dengan seorang pria Taiwan yang katanya kaya raya. Tidak hanya itu, kalau aku menikah dengannya maka aku akan mendapat 10 juta sebagai mahar.
Aku tau, ibuku termasuk ayahku ingin aku menikah dengan pria itu bukan karena takut aku menjadi perawan tua. Tapi karena uang. Uang yang dianggap akan mengubah nasib keluarga kami.
“Jadi mimpi kamu apa?” tanya Ai Ling membuyarkan lamunanku.
“Aku ingin ke luar negeri.”
“Ke mana?”
“Ke mana saja asal bukan di sini.”
“Aku juga.” Ucap Ai Ling.
Itulah mimpi kami berdua. Dan pada akhirnya mimpi yang sedikit kami paksakan itu menjadi kenyataan. Mimpi yang kami ucapkan secara spontan itu terwujud.
Mimpi itu terwujud. Aku akhirnya tinggal di Taiwan. Tapi tidak seperti yang aku pikirkan. Setelah aku menikah dengan seorang pria Taiwan yang resepsinya di adakan secara sederhana akhirnya aku di boyong oleh suamiku. Itu artinya aku harus mengikuti marga suamiku. Gadis keturunan China jika sudah menikah maka dianggap telah lepas dari garis keturunan keluarga sehingga aku harus mengikuti marga suamiku.
Aku benar-benar kaget ketika tiba di rumah suamiku. Bagaimana aku tidak kaget. Sebelum menikahiku dia bilang dia punya rumah mewah yang lengkap dengan isinya termasuk pembantu yang akan siap melayaniku. Tapi kenyataannya tidak demikian.
Ternyata suamiku hanya seorang pedagang kaki lima yang mendagangkan hasil ladang. Tidak jauh beda dengan keluargaku di Singkawang.
Aku tertipu. Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Kini sudah hampir tiga tahun aku disini. Serasa aku berada di neraka. Dari pagi sampai malam aku harus banting tulang kerja di tambah harus membantu mertuaku membuat kue untuk di jual juga. Tapi untungnya aku dari kecil sudah terbiasa kerja keras.
Aku pernah berpikir untuk kabur dan kembali ke Singkawang saja. Tidak masalah kalau orang-orang di kampungku mengatakan yang buruk tentang aku. Daripada aku harus disini menjadi seperti babu. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Pasporku di tahan oleh mertuaku.
Tapi aku masih bisa dibilang beruntung jika dibandingkan Ai Ling. Ai Ling tinggal tidak jauh dari rumahku. Suaminya adalah sahabat suamiku. Meski rumah kami berdekatan tapi kami jarang sekali bertemu. Tidak seperti dulu sewaktu di kampung.
Ai Ling dijadikan pelacur oleh suaminya sendiri. Tapi kami tidak berani menceritakan apa yang kami alami kepada keluarga kami. Betapa hancurnya hati mereka jika tau nasib anak mereka tidak seperti yang mereka harapkan. Aku dan Ai Ling kadang mengirim uang ke keluarga kami dengan cara sembunyi-sembunyi. Aku sendiri tidak tau kapan derita ini akan berakhir. Kini aku menyadari, kami para amoy Singkawang telah menjadi korban sindikat penjualan manusia yang di bungkus dengan pernikahan agar terkesan legal.
Biarlah kisahku ini tidak terjadi kepada amoy-amoy Singkawang lainnya. Aku hanya berharap tidak ada lagi amoy yang menjadi seperti aku mau pun Ai Ling. Cukup kami yang merasakannya. Sampaikan pada dunia, selamatkan dan lindungi amoy Singkawang dan dari penjualan manusia.
Andai aku bisa memilih, aku tidak ingin seperti ini. Tapi aku tidak memiliki pilihan. Sama seperti aku tidak pernah memilih lahir di keluarga miskin di daerah Singkawang Kalimantan Barat. Kalau banyak yang berpikir bahwa keturunan China di negara ini hidup dengan berkecukupan bahkan bisa di bilang kaya, maka lihatlah keluargaku. Tidak hanya keluargaku tapi juga banyak keluarga dan gadis lain seperti aku. Di Singkawang sebagian besar penduduknya merupakan keturunan China. Aku lebih suka menyebutnya China miskin.
Kadang aku berpikir kenapa kami tidak seperti keturunan China lainnya? Kalau belum pernah melihat keturunan China menjadi petani, buruh atau kuli bangunan maupun nelayan, maka datanglah ke kampungku.
Di kota kelahiranku Singkawang, aku sering di panggil Amoy. Sebutan untuk gadis yang beranjak remaja dan belum menikah.
Panggil aku si Amoy Singkawang yang malang. Ya…Aku benar-benar malang! Dengarkanlah kisahku karena hanya ini yang bisa aku lakukan untuk menghibur diriku.
“Kamu pernah berpikir untuk kuliah?” tanya Ai ling, sahabatku.
Aku hanya menggelengkan kepalaku.
“Kita harus punya mimpi!” lanjutnya kemudian.
“Mimpi? Untuk apa? Toh pada akhirnya kita tetap akan begini terus sampai mati!”
“Bermimpi itu mudah dan ngga perlu keluarin duit. Mungkin mimpi kita ngga akan terwujud tapi setidaknya kita pernah punya mimpi.”
Aku terdiam. Aku si Amoy malang dari kota seribu Klenteng. Kini usiaku 17 tahun. Kata orang masa-masa remaja itu indah tapi aku tidak bisa merasakannya.
Sehari-hari aku membantu kedua orang tuaku bercocok tanam di ladang. Meski kata orang aku memiliki wajah yang cantik tapi toh wajah cantik yang aku punya tidak mengubah nasib ekonomi keluargaku.
Namun itu semua berubah. Ketika ada begitu banyak lelaki asing yang datang ke kampungku untuk mencari gadis. Gadis untuk di nikahi. Ada diantara mereka yang aku tau berasal dari Taiwan, Hong Kong, Malaysia, Singapura dan bahkan dari Amerika. Bukan rahasia lagi, kalau di amoy-amoy Singkawang terkenal dengan kecantikannya. Tidak hanya cantik. Tapi amoy seperti aku yang berasal dari Singkawang juga terkenal karena tekun, pekerja keras dan memiliki pengabdian yang tinggi kepada orang tua kami.
Aku terdiam memikirkan tawaran ibuku. Sebuah tawaran yang sering aku dengar. Sebuah tawaran yang membuatku dilema. Ibuku menyuruh aku menikah dengan seorang pria Taiwan yang katanya kaya raya. Tidak hanya itu, kalau aku menikah dengannya maka aku akan mendapat 10 juta sebagai mahar.
Aku tau, ibuku termasuk ayahku ingin aku menikah dengan pria itu bukan karena takut aku menjadi perawan tua. Tapi karena uang. Uang yang dianggap akan mengubah nasib keluarga kami.
“Jadi mimpi kamu apa?” tanya Ai Ling membuyarkan lamunanku.
“Aku ingin ke luar negeri.”
“Ke mana?”
“Ke mana saja asal bukan di sini.”
“Aku juga.” Ucap Ai Ling.
Itulah mimpi kami berdua. Dan pada akhirnya mimpi yang sedikit kami paksakan itu menjadi kenyataan. Mimpi yang kami ucapkan secara spontan itu terwujud.
Mimpi itu terwujud. Aku akhirnya tinggal di Taiwan. Tapi tidak seperti yang aku pikirkan. Setelah aku menikah dengan seorang pria Taiwan yang resepsinya di adakan secara sederhana akhirnya aku di boyong oleh suamiku. Itu artinya aku harus mengikuti marga suamiku. Gadis keturunan China jika sudah menikah maka dianggap telah lepas dari garis keturunan keluarga sehingga aku harus mengikuti marga suamiku.
Aku benar-benar kaget ketika tiba di rumah suamiku. Bagaimana aku tidak kaget. Sebelum menikahiku dia bilang dia punya rumah mewah yang lengkap dengan isinya termasuk pembantu yang akan siap melayaniku. Tapi kenyataannya tidak demikian.
Ternyata suamiku hanya seorang pedagang kaki lima yang mendagangkan hasil ladang. Tidak jauh beda dengan keluargaku di Singkawang.
Aku tertipu. Tapi apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Kini sudah hampir tiga tahun aku disini. Serasa aku berada di neraka. Dari pagi sampai malam aku harus banting tulang kerja di tambah harus membantu mertuaku membuat kue untuk di jual juga. Tapi untungnya aku dari kecil sudah terbiasa kerja keras.
Aku pernah berpikir untuk kabur dan kembali ke Singkawang saja. Tidak masalah kalau orang-orang di kampungku mengatakan yang buruk tentang aku. Daripada aku harus disini menjadi seperti babu. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Pasporku di tahan oleh mertuaku.
Tapi aku masih bisa dibilang beruntung jika dibandingkan Ai Ling. Ai Ling tinggal tidak jauh dari rumahku. Suaminya adalah sahabat suamiku. Meski rumah kami berdekatan tapi kami jarang sekali bertemu. Tidak seperti dulu sewaktu di kampung.
Ai Ling dijadikan pelacur oleh suaminya sendiri. Tapi kami tidak berani menceritakan apa yang kami alami kepada keluarga kami. Betapa hancurnya hati mereka jika tau nasib anak mereka tidak seperti yang mereka harapkan. Aku dan Ai Ling kadang mengirim uang ke keluarga kami dengan cara sembunyi-sembunyi. Aku sendiri tidak tau kapan derita ini akan berakhir. Kini aku menyadari, kami para amoy Singkawang telah menjadi korban sindikat penjualan manusia yang di bungkus dengan pernikahan agar terkesan legal.
Biarlah kisahku ini tidak terjadi kepada amoy-amoy Singkawang lainnya. Aku hanya berharap tidak ada lagi amoy yang menjadi seperti aku mau pun Ai Ling. Cukup kami yang merasakannya. Sampaikan pada dunia, selamatkan dan lindungi amoy Singkawang dan dari penjualan manusia.